──────────── ✦ ────────────
Author
Setelah membaca semua surat itu, Auriga jadi sedikit ragu untuk kembali ke rumah James. Tetapi dia juga tidak bisa tetap tinggal di rumahnya yang asli ini, dia tentu saja tidak ingin bertemu dengan Ibunya—Walburga Black—melihat saja sudah malas.
Dan kini Auriga dan Regulus telah sampai di depan pagar rumah James. Auriga menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya panjang, sementara Regulus hanya diam, terlihat cukup tegang.
"Apakah James akan marah? Kalau Sirius pasti marah besar. Bagaimana kalau Remus dan Peter? Lalu Evans—maksudku, Lily...." racaunya, Regulus pun langsung menepuk bahu kakak perempuannya itu pelan.
"Aurie, jangan terlalu tegang." katanya, Auriga hanya mengangguk kemudian dia menjulurkan tangan, mengetuk pintu pagar rumah. Hal itu membuat James yang saat ini berada di ruang tamu bersama Lily pun mendongak.
"James, mungkin itu dia." kata Lily, James beranjak berdiri dan mengintip melalui jendela.
"Yeah, itu Aurie. Bersama siapa itu di sampingnya?" kata James, kemudian senyumannya memudar saat melihat lelaki yang berdiri di samping sahabatnya itu. "Entah. Bukakan pintu saja," balas Lily setengah berbisik.
James pun membuka pintu rumah dan berjalan cepat ke arah Auriga yang saat ini tersenyum lebar dan melambaikan tangan. "Aurie, kau darimana saja? Aku, Remus, dan Peter mengkhawatirkanmu.." tanya James, meraih bahu Auriga.
"Yeah, aku uh-- jalan-jalan bersama Regulus tadi.." jawab Auriga canggung. James pun menoleh, menatap ke arah lelaki bernama Regulus yang merupakan adik laki-laki dari Auriga cukup intens.
"Aurie, dia Pelahap Maut itu, kan?" bisik James yang bisa di dengar oleh Regulus. Regulus menghela nafas berat dan berbalik. "Baiklah, aku permisi dulu. Lagipula aku hanya ingin mengantar kakakku ke rumahmu, selamat tinggal." katanya yang membuat Auriga menaikkan kedua alisnya.
"Ah, James, apakah kau menerima satu tamu lagi?" Auriga bertanya sembari menarik lengan Regulus. James yang mendengar itu hanya diam sambil menatap ke arah Regulus, menaikkan alisnya sebelah.
"Aurie, aku tidak menerima Pelahap Maut di rumahku, apalagi kalau Sirius tahu, aku mungkin bisa diberi kutukan Cruciatus atau Killing Curse." kata James menghela nafas pasrah. Auriga menggelengkan kepalanya cepat.
"Regulus bukan orang yang jahat, James. Percayalah," ucap Auriga menatap James, mengerutkan kening dan tersenyum lemah. James yang melihat itu pun hanya bisa mengulum bibir dan memijat pelipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐈𝐒𝐂𝐇𝐈𝐄𝐕𝐎𝐔𝐒, james potter
Fanfiction꒰ completed - james potter x readers ꒱ ꒰ written in bahasa indonesia ꒱ mis·chie·vous/ˈmisCHivəs/ causing or showing a fondness for causing trouble in a playful way. ia mengenali lelaki itu. lelaki yang menurutnya sangat nakal dan tidak s...