48. james' problem

782 116 99
                                    

──────────── ✦ ────────────

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

──────────── ────────────

Author

Auriga menatap kosong ke arah batu nisan yang memiliki nama Regulus Black tertulis disana. Regulus Black, adik laki-lakinya itu. Auriga tidak sempat menghabiskan banyak waktu dengannya, semuanya sudah terlambat.

"Hei, sudah membaik?" Remus bertanya kepada Auriga yang saat ini masih di sosok Animagusnya yang merupakan rubah merah. Auriga pun mengubah sosoknya kembali menjadi manusia, mengangguk kecil.

"At least lebih baik daripada sebelum ini." kata Auriga, wajahnya masih murung.

"Tolol.." kata Sirius pelan, langsung cepat-cepat mengusap air matanya yang mulai keluar. "Sirius, ayolah. Dia sudah tiada, kau serius masih mau menjelek-jelekkannya?" James mendecih kemudian memukul lengan sahabatnya itu pelan.

"Dia tolol saja," kata Sirius sekali lagi. Remus menghela nafas panjang, memijat pelipisnya pasrah.

Peter mengulum bibir, keningnya berkerut, tetapi tidak mengeluarkan air mata sebutir pun. "Siapa yang membunuhnya?" Peter bertanya, membuat Auriga mendengus kesal.

"Bellatrix Lestrange. Perempuan gila." jawabnya sinis. Peter hanya mengangguk kecil kemudian membayangkan sosok Bellatrix yang menurutnya sangatlah mengerikan itu membunuh sepupunya sendiri dengan Killing Curse.

"Suatu saat dia pasti akan menerima balasannya." tekan Auriga. Peter hanya diam, menatapnya ragu. "Dia kelihatan lebih k-kuat.." gagapnya, membuat Auriga menoleh, menghadap ke arahnya.

"I don't bloody care." kata Auriga, keningnya berkerut. "Aku hanya ingin menghabisinya."

"Kau nanti yang t-terluka." Peter berkata sekali lagi. "Peter, aku bisa mengurus diriku sendiri. Dan aku juga bisa mengurus Bellatrix. Aku kenal dengannya sepuluh tahun." balas Auriga, tersenyum tipis.

Peter pun menelan ludahnya kasar. Dia pun mengangkat tangan kirinya, menatap ke arah arlojinya itu. "Aku harus pergi. Selamat tinggal," pamitnya, langsung berlari meninggalkan kelima temannya itu.

"Hati-hati di jalan, Pete!" Lily berkata cukup kencang, tetapi sepertinya Peter tidak mendengar suaranya—dia tidak mengacuhkannya dan tetap berlari sekencang mungkin.

"Ah, Peter selalu pulang lebih awal.." omel Auriga pelan, mengerucutkan bibir. "Yeah, mungkin dia memang tidak ingin pulang malam-malam lagi. Ditunggu Ibunya." sahut James, mengangkat bahu.

"Hei," sebuah suara membuat semuanya berbalik.

"Marlene, hei," sapa Lily balik, tersenyum kecil. "Hei, McKinnon." Remus menyapa.

𝐌𝐈𝐒𝐂𝐇𝐈𝐄𝐕𝐎𝐔𝐒, james potterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang