54. under the moonlight

617 122 76
                                    

──────────── ✦ ────────────

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

──────────── ────────────

Author

Tepat setelah hari kematian Marlene adalah hari kematian Dorcas. Sungguh, hati Lily terasa sangat tercabik-cabik, tidak bisa berkata-kata lagi. Kedua sahabatnya telah meninggal dunia dan pasti tidak bisa hidup kembali.

Kemarin malam Dorcas ditemukan tergeletak tidak bernyawa di bawah lantai bersama kedua orang tuanya. Voldemort sendirilah yang membunuh dia bersama keluarganya itu.

Lily kini hanya memiliki Mary, yang tentu saja kabarnya tidak terlalu jelas. Tetapi itu membuat Lily sedikit lega sebenarnya, para Pelahap Maut atau Voldemort tidak akan bisa mendatanginya.

Tetapi di sisi lain, Lily juga khawatir apakah Mary benar-benar baik-baik saja karena memang dia tidak pernah mengirimkan surat lagi setelah hari pernikahannya dengan James.

Itulah yang Lily sampaikan di suratnya yang ditujukan kepada Remus, Sirius, dan Auriga. "Parah," komentar Remus, nafasnya tertahan sebentar.

"Damn.. Si Riddle itu memang tidak main-main.." gumam Auriga mendesis. "Cukup sudah. Siapa lagi targetnya? Aku? Aurie? Remus? James? Lily?" Sirius membuka suara, Auriga pun menghela nafas berat.

"Jangan berkata seperti itu, Sirius," katanya, Sirius hanya mendengus kemudian menundukkan kepalanya. "Dorcas adalah Darah-Murni. Dan Voldemort menghabisi mereka.." Sirius berucap kembali.

"Artinya Voldemort benar-benar ingin menghabisi seluruh penyihir." lanjutnya, Auriga menganggukkan kepalanya mantap.

"Voldemort ingin menguasai dunia sihir. Jadi dia benar-benar menghabisi seluruh orang yang menentangnya dan para Darah-Murni, Darah-Campuran," jelas Auriga yang membuat Sirius diam menatapnya, melongo.

"Kau bagus sekali dalam menyimpulkan itu." komentarnya. "Trims, Sirius. Tapi itu nyata. Riddle akan menghabisi kita. Dia tahu kalau kita menentang kesupremasian keturunan Darah-Murni." sahut Auriga, kening Sirius berkerut.

"Nyawa kita semua dalam bahaya. Kecuali kalau kau mendukungnya," Remus menambahkan.

"Yeah, he's right. Jadi, mulai hari ini.. kita.." Auriga memulai kembali kemudian Sirius menyela, "Tetap tinggal di rumah walaupun sudah bosan?"

Auriga mengangguk kecil mendengar pertanyaan kakak laki-lakinya itu. "Mungkin seperti itu. Atau kita boleh pergi keluar, asalkan siap dengan serangan yang mendadak." katanya, Sirius pun memasang pose berpikir.

𝐌𝐈𝐒𝐂𝐇𝐈𝐄𝐕𝐎𝐔𝐒, james potterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang