Enjoy ya-!!!
__________________________________
Sudah hampir satu hari dua setengah jam mereka dipesawat akhirnya sampai di bendara.
Ya, cukup jauh, mereka berangkat jam sembilan pagi, sampai di Brazil jam setengah sebelas siang.
"Panas dek, udah yuk cari hotel dulu!" Ucap Kelvin yang masih berdiri di samping jalan.
"Sabar dong, tunggu bus nya!" Jawab Ara sambil memayungi keningnya dengan tas selempang.
"Astaga, Bim!"
Mengerti apa yang tuan nya mau, ia pun bergegas entah kemana, hanya Kelvin, Bimo dan Tuhan yang tau.
"Duduk dulu, panas, betis kamu kotak nanti diri terus, dede nya juga panas kali." Ucap Kelvin menggiring Ara, Bara dan dua koper kecil ke arah tempat duduk halte.
"Sebentar lagi datang tuan." Ucap Bimo yang sudah kembali lalu berdiri disisi Ketiganya.
Tin
TinAra menoleh melihat Mobil BMW hitam berhenti tepat didepan jalan ia menunggu bus.
"Mari, tuan, nona." Ucap Bimo, lalu ia menyeret tiga koper yang cukup besar, dan dua koper kecil.
"Ngapain?" Tanya Ara yang hanya mengikuti perintah Kelvin.
"Ya naik mobil lah, nungguin bus mau lumutan kamu?" Ucap Kelvin lalu memakai kaca mata hitamnya.
"Kamu nya aja yang gak sabaran." Cibir Ara lalu ia berjalan mendekati Mobil itu.
Ara mengambil Bara dari stroller nya, dan masuk terlebih dahulu, biarkan dua laki laki itu yang mengurus Stroller dan koper kopernya.
"Dede mau punya pacar orang sini gak?" Tanya Ara yang membuat Bara terdiam dan menatapnya lekat.
"Nanti nanti, Bara kalo menikah sama orang Brazil kan, anaknya pasti punya mata bagus! Tapi mama saranin carinya yang biru atau gak ijo, dede kan udah abu abu." Ucap Ara yang hanya di respon dengan beberapa kedipan dengan Bara.
Bruk
Keduanya sudah masuk, dan mobil mulai berlaju membelah jalan dengan kecepatan yang stabil.
Kelvin menatap Ara yang sedang bermain dengan Bara, kadang ia bertanya, saat Ara bersama Bara apakah dirinya masih dianggap ada?
"Yang, kalo main tuh ajak ajak dong, main nya sama kamu terus, gak lucu ya kalo dia kenalnya cuma mama." Adu Kelvin tak terima, tidak lucu ya kalau sampai benar seperti itu. Itu melawan hukum per-ayah-an!
"Loh? Siapa yang gak ngajak? Kamu aja yang gak mau join, nye." Ucap Ara dengan wajah sinis
Kelvin hanya bisa menghela nafas, sabar dengan kelakuan kekasih hatinya.
"Yaudah nih ajak dedenya main, aku mau main hp dulu." Ucap Ara lalu memberikan Bara kepangkuan Kelvin.
Dengan cepat Kelvin langsung memeluk Bara saat Ara mendaratkan Bara kepangkuannya.
"Main apa kamu?" Tanya Kelvin sambil menggetarkan kakinya seirama dengan santai membuat Bara nyaman disana.
"Tiktik." Ucap Ara lalu membuka aplikasi dengan warna dominan hitam.
"Tiktik? Apaan?" Tanya Kelvin yang kebingungan, aplikasi macam apa itu?
"Tiktok! Anu, kayak video video singkat loh, ah kaya doang aplikasi aja gak tau." Jelas Ara lalu kembali asik dengan dunia tiktoknya.
Kelvin hanya bergumam, lalu kembali asik bermain dengan anaknya.
"Kel, sehari yuk! Pake bahasa formal, kayaknya asik!" Ucap Ara dengan sumringah.
"Sayang, kita lagi di luar, kan gak mungkin komunikasi terus terusan pake bahasa indonesia? Pulang dari sini, Saya akan menjadi tuan yang kamu inginkan seperti yang kamu lihat dari aplikasi yang saya tidak tahu itu." Ucap Kelvin panjang bahkan dengan bahasa formal seperti yang Ara harapkan.
"Sayangnya manusia gak bisa meleleh aja, jadi aku tetep disini." Ucap Ara dengan senyum senyum sumringahnya.
"Kenapa begitu? Tapi bukankah ini terlalu formal nona? Atau kamu memang lebih menyukai saya seperti ini?" Tanya Kelvin yang masih setia dengan bahasa indonesia yang formal itu, yang membuat pesonanya seribu kali lipat membuat Ara ingin terbang.
"Sudahlah tuan, saya memang menyukai nya, tapi untuk terus seperti itu tidak baik untuk kesehatan jantung." Balas Ara samanya dengan bahasa formal.
"Udahlah, aku bosen juga pake bahasa formal, kamunya aja yang gak tau kemana pas aku sering pake bahasa formal." Ucap Kelvin lalu kembali fokus pada Bara.
Kasihan anak itu, tidak mengerti apa apa. Ia hanya bisa bermain dengan jari besar Kelvin.
"Sudah sampai Tuan." Ucap Bimo saat mobil berhenti, ia keluar terlebih dahulu, lalu membuka pintu untuk Ara. Setelah Ara turun barulah ia membantu sang supir menurunkan koper koper keempatnya.
"Thank you." Ucap Kelvin, lalu dibalas anggukan oleh sang supir, tak lama supir itu kembali pergi dengan mobilnya.
"Kamar lo, didepan kamar gue. Gak perlu jaga jaga di luar kamar. Tapi kayak yang gue bilang sebelum berangkat, pasang kamera, didepan pintu kamar lo, lo jaga aja dari dalem." Jelas Kelvin pada Bimo sebelum masuk dengan Ara dan Bara.
"Baik Tuan!" Ucap Bimo dengan tegas. Setidaknya, walau tidak bersama Keluarga. Bimo bisa sedikit bersantai disini.
"Apapun yang terjadi disini. Lo tetep jagain Ara. Sekalipun gue yang jadi penjahatnya. Misi lo, yang dulu sama yang sekarang gak ada bedanya, cuma kali ini lo jaga dia, bukan cari dia. Sejuta tim, satu milyar bodyguard gue. Untuk Ara, inget! Bahkan gue yang jadi penjahatnya. Lo! Harus jadi tameng terdepan buat dia." Ucap Kelvin tegas, entah apa yang membuat nya berkata seperti itu.
Tapi, ia merasa. Kali ini ia lah yang akan melukai gadisnya itu, ia yang akan membuat gadis itu menangis, perasaannya cukup menggangu, dan menyakiti sisi hatinya yang sangat amat dan teramat menyayangi Ara.
TBC
Oke sorry lama up, but bentar lagi bakal ada konflik lagi, i think ini konflik yang terakhir dari cerita ini. Sampai ketemu lagi, byee-!

KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Psycho [End]
RandomSeorang Kinara Adinda (France) seorang pegawai cafe dua puluh empat jam yang selalu mendapat shift malam, karena ekonomi keluarganya yang kurang memadai untuk kuliah Ara, yang tidak langsung memaksanya untuk bekerja lembur, Saat pulang, di gang keci...