#31 - sensitif

1.9K 117 0
                                    

Enjoy ya-!!

___________________________________

"Ini minum dulu susunya!"

"Ih? Gak mau yang coklat. Mau nya strawberry ya?"

"Oke oke."

"Bubur nya enak?"

"Enak!"

"Permisi tuan, nona, ini susu strawberry nya..."

Kelvin sangat terlihat berseri, saat merawat gadisnya itu.

Kelvin menatap Ara dalam, gadis yang sedang meminun susu strawberry itu, berhasil membuat hidupnya terombang ambing.

"Kenapa? Gak cantik lagi ya? Luka nya besar." Tanya Ara sedikit menunduk merasa sedih.

"Hei hei! Angkat kepalanya, siapa bilang kamu jelek? Aku patahin lehernya nanti!" Ucap Kelvin cepat, sambil mengangkat dagu Ara.

"Tapi mukanya banyak luka, jadi jelek..."

"Operasi plastik aja!"

"Enak aja! Gak!"

"Iya udah nggak, di laser aja ya? Biar lukanya gak terlalu timbul." Tawar Kelvin

"Eumm... Okay laser." Setuju Ara sambil mengangguk angguk kecil.

"Kel... Jalan keluar yuk, boseen!" Pinta Ara menatap Kelvin dengan mata berbinar

Ah salah satu kelemahannya, GADISNYA SANGAT IMUT SEKARANG!
"Iya ayo..." Kelvin sedikit menunduk, mencoba tak melihat mata menggemaskan milik gadisnya.

"Tuan..."
Yama datang dengan kursi roda lalu ia taruh di sebelah brankar Ara.

"Yama bantuin..."

"Eh? Enak aja! Sama aku." Kelvin langsung mengangkat Ara lalu menaruh Ara dengan perlahan ke kursi roda.

Yama menggigit bibir nya menahan tawa, sedikit membungkuk lalu beranjak ke tempatnya kembali.

"Ke taman belakang aja ya? Yuk!" Kelvin bertanya dan menjawab sendiri, Ara hanya tertawa kecil melihat tingkah kekasihnya itu.

Di taman belakang

"Ambil es krim duluu....!" Rengek Ara

"Iya iya minta, strawberry gak pake toping apa apa, haru smooth." Balas Kelvin lembut, seakan kesabarannya untuk Ara sangat besar, sangat amat dan teramat besar.

"Ih kok gak pake toping nya?" Protes Ara tak terima, sudah nikmat eskrim kesukaan nya, tapi tak pakai toping? Ah itu kurang.

"Gaboleh dulu, perut kamu abis dibelek belek kemaren, gak ada." Tolak Kelvin sambil duduk disebelah Ara.

"Susu coklat aja ya?" Tawarnya dengan senyuman mautnya.

"..."

"Ya ya yaaa?? Susu coklat ajaa!" Rengek Ara

"Oke, susu coklat." Pasrah Kelvin lalu menatap maidnya

Mengetahui kode dari sang tuan, ia langsung membungkuk dan beranjak menyusul Tira.

"Ra... Kamu kok gak bilang kalo jual ginjal? Terus kok kayak gak ada sakit sakitnya?" Tanya Kelvin penasaran.

"Ooh, Biar bisa hidup lah, sakit kok. Kamu aja yang gak tau." Jawab Ara seadanya.

"Kamu gak kasih tau?! Lagian kenapa diem diem coba? Gak bilang, kalo gitu aku yang khawatir sendiri tau!" Geram Kelvin menatap Ara kesal, gadis nya ini terlalu pura pura kuatnya.

"Heh! Santai dong, udah ada lagi kan ginjalnya? Berisik nih ah!" Balas Ara tak santai.

"Kok kamu yang ngegas?!"

"Kamu duluan!"

"Ya kamunya ngeselin!"

"Gak pedul- AH ES KRIM!" Belum selesai ucapannya, netra Ara terganggu dengan senangkuk sedang es krim strawberry

"Nona..." Tira memberi Ara es krimnya.

Ara menatap es krim didepan nya dengan mata berbinar, seakan ada tumpukan emas disitu.

"Eumm... Mau gak?" Tawar Ara sambil menyuapi es krim nya. Dengan senyuman khas seorang Ara, tanpa lesung pipi namun sangat manis

"Aaaa..."

"Minta sendiri lah! Ini punya aku." Ucap Ara sambil berpaling dari Kelvin.

"Ini, dia bipolar kali ya?" Gumam Kelvin

"HEH GAK SOPAN! SIAPA AJARIN BEGITU?!" Bentak Ara dengan mata melotot, sambil mengangkat sendoknya tinggi. Siap untuk menghantam kepala Kelvin.

"Nggak! Nggak! Becanda heh!" Kelvin dengan cepat menjauh memeluk tubuhnya sendiri.

"Pergi sana, Bimo aja yang sama aku." Rajuk Ara lalu lanjut menyantak es krimnya.

"Kemaren diusir tau tau kamu sakit, ini diusir lagi?" Kelvin menatap Ara dengan tatapan memohon

"Aku sakit lagi gara gara siapa coba? Kamu kan nangis di pinggang aku?" Tanya Ara yang berhasil membuat Kelvin bungkam, terdiam seribu bahasa.

"Ngapain diem aja? Pergi sana!" Entah Ara sedang sangat sensitif saat ini.

"Pergi nih? Masih sakit ya? Ya udah aku pergi..." Kelvin berdiri dan mulai beranjak menjauh

"Bim, jagain." Tak ada nada tegas, bahu yang tegap, kepala yang terangkat angkuh, apa lagi wajah datar.

Kelvin merasa sangat bersalah, kebanyakan luka yang Ara dapat itu muncul karena dia, Luka yang Ara terima dominan luka yang harusnya ia miliki.

"Cengeng." Gumam Ara sambil menatap punggung Kelvin yang mulai perlahan menghilang.

"Gak mungkin gua tinggalin. Dia terlalu berharga, sialnya gua suka dia, dengan keadaan gua yang kayak sampah gini. Bangsat!" Kelvin bergumam, menyesali kelalaiannya dalam menjaga sang ratu.

Kelvin berhenti di depan pintu mansion, terjatuh duduk, sangat pusing memikirkan semuanya. Bebannya banyak, sangat banyak, dan itu ia sendiri yang menyebabkan.

"Tuan..."

"Hm..."

"Nona Ara minta tuan untuk kembali ke taman belakang..."

Ucapan Tira membuat Kelvin mengangkat kepalanya.

Terdiam sejenak.

"Tu-"

"Untung sabar, untung sayang nyawa, untung udah biasa." Gumam Tira saat melihat Kelvin sudah lari dengan cepat.

Di taman

"Lama banget sih? Ngapain aja kamu?" Tanya Ara dengan nada tak suka.

"Itu abis minum, kan lumayan jauh dapur nya ke sini." Jawab Kelvin bohong.

"Ngapain minum jauh jauh? Itu dispenser deket kok?!" Mulai tak santai.

"Anu... Kan tadi, kamu yang minta aku pergi dek." Balas Kelvin ragu.

"Oh. Lupa, ayo masuk lagi. Aku laper." Ucap Ara tanpa beban.

"Oke ayo!" Kelvin tak pikir lagi lah sikap Ara yang tadi, yang penting ia tak jauh jauh dari Ara.



TBC
Gatau ga ngerti, cape.

Sweet Psycho [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang