Sebelum nya, maaf buat epilog aku buat lama bangetʘ‿ʘ
Enjoy ya-!!!
________________________________________
"Vin..."
Kelvin menoleh mendapati sosok ibunya disebelahnya.
"Iya ma?" Balas Kelvin dengan lembut, bahkan ia sudah lebih sering tersenyum.
"Hati kamu... Masih punya Ara?" Tanya Tyfara dengan hati hati, ia rasa anak nya ini cukup sensitif dengan sesuatu yang bersangkutan dengan Ara.
Tyfara, Rafta, Raifa, dan Kefra mereka kini sudah berusia lanjut. Alvaro yang sudah memiliki keluarga kecil bersama Ella, ia sudah memiliki dua anak laki laki dan satu perempuan.
Kelvin yang mulanya menatap sang ibu, kembali menatap lurus kedepan, lalu tertunduk. Merasa hatinya kembali mendung.
"Sampai kapan pun ma... Hati aku punya Ara, tubuh aku, jiwa aku, itu punya Ara." Jawab Kelvin dengan suara seraknya. Sesak sekali rasanya.
"Kelvin, bukan mama egois. Tapi coba kamu buka hati kamu buat perempuan lain." Ucap Tyfara dengan lirih, ia sudah berusia lanjut, ia juga ingin punya cucu dari darah dagingnya walaupun ia sudah memiliki Bara.
"Kelvin nggak tau ma." Ucap Kelvin dengan datar lalu langsung meninggalkan ibunya.
•••
"Ra... Aku bisa buka hati nggak ya?"
"Mama minta aku buka hati Ra."
"Sekalipun kamu ngijinin, aku yang nolak Ra. Sesak banget rasanya Ra, mama jahat ya Ra?"
"Secara nggak langsung dia nyuruh aku lupain kamu. Aku nggak mau Ra."
Kelvin tersungkur disamping makam Ara. Ia menangis, menumpahkan kesedihannya. Kelvin sudah tidak tau apa yang harus ia lakukan untuk pernyataan ibunya tadi.
"S-sakit Ra..." Lirih Kelvin sambil menggenggam erat bajunya, menahan isak tangisnya agar tak bersuara.
"Papa..."
Ada suara yang datang, Kelvin tak menoleh, Kelvin tak berhenti, Ia tak perduli. Karena Kelvin tau, anak nya yang datang.
"Pa... Udah dong, Bara juga sedih..." Ucap Bara sambil mengelus punggung lebar Kelvin dengan lembut.
"Papa jangan sedih, Bunda pasti bahagia disana. Bara berani janji! Bunda pasti seneng! Tapi kalo liat Papa kayak gini, Bunda pasti nggak suka. Papa harus bisa! Papa harus bisa... Tanpa Bunda." Ucap Bara yang juga ikut menjatuhkan air matanya di makam Ara untuk kesekian kalinya dari bertahun tahun mereka kehilangan Ara.
Kelvin yang kalanya menyembunyikan wajahnya di lipatan tangannya yang bertumpu di nisan Ara, ia mengangkat wajahnya, menghapus jejak air mata di pipinya. Lalu tersenyum pada Bara.
"Udah. Papa udah nggak nangis, sekarang anak Papa juga berhenti nangis nya, kita kuat bareng bareng oke? Tanpa Bunda." Ucap Kelvin lalu memeluk Bara penuh kasih sayang, tapi yang tadi hanya alibi saja. Ia kembali menjatuhkan air matanya disana.
"Tetep disamping aku Ra..." Gumam Kelvin yang makin mendekap Bara erat, sedih, sakit, kehilangan, kosong, tak ada arah, tak ada cahaya, tak ada penuntun, tak ada lagi sosok perempuan yang terus menjadi pujaan hatinya.
"Bara disini Pa... Bara bakal jaga Papa." Ucap Bara yang sama eratnya memeluk sang ayah.
•••
"Papa! Ayo beli boba!" Bara berseru saat melihat kedai boba disana.
Kelvin tersenyum lalu terkekeh, padahal Bara bukan anak kandungnya dan Ara, tapi mengapa bisa sifat anaknya itu sangat mirip dengan ibunya.
"Gih beli, Papa nggak bisa makan manis. Nanti batuk." Ucap Kelvin lalu mengeluarkan uang dari dompetnya lalu memberikan selembar uang berwarna pink pada Bara.
Bara menerima uang dari Kelvin, lalu tersenyum. Ia berlari kecil menghampiri kedai boba yang tak jauh dari keduanya.
"Saya bisa batuk batuk, kamu terlalu manis."
Kata kata itu terlintas diingatan Kelvin, ia terkekeh, gadisnya sangat manis.
Tapi kalau diingat ingat lagi, ia sangat kasar pada kekasih hatinya itu.
"Papa! Americano." Ucap Bara saat kembali sekalian memberikan satu cup americano pada Kelvin.
Kelvin menerimanya dengan senyuman, lalu kembali berjalan berdampingan dengan Bara.
"Bara, kamu udah punya pacar belum?" Tanya Kelvin disela jalan sore keduanya.
"Ih? Papa kepo nih." Ucap Bara dengan tawa nya.
"Ya kan Papa tanya, kalau iya kan Papa juga mau tau." Balas Kelvin sambil mengusak rambut Bara.
"Eum... Bara ada nya gebetan belum jadian Pa."
"Uwaah! Anak Papa udah besar! Ayo tembak sekarang! Jangan tunggu tunggu, biar kayak Papa sama Bunda." Ucap Kelvin dengan semangat 45.
"Tapi... Ujung nya masa kayak Papa juga? Bara kan nggak mau, lagian gebetan Bara udah punya pacar." Balas Bara dengan wajah cemberutnya.
'WOI KOK GELAP???!' -Jeritan Batin Kelvin.
"Mau ikut liat om om nggak nak? Papa mau main ke markas." Ucap Kelvin sembari menatap Bara.
"Boleh! Aku mau main sama dek Livy!" Ucap Bara semangat, mengingat ada anak bungsu dari Alvaro.
"Yang cantik aja ayo kamu! Harus setia! Papa aja cuma punya satu! Tapi mantan juga satu." Cerita Kelvin, mengingat Feli yang dulu menjadi cinta pertamanya.
"Oh berarti Bara harus beda, Papa punya mantan satu. Bara banyak!" Ucap Bara dengan bangga.
"Enak aja kamu anak kecil!" Ucap Kelvin sembari menoyor kepala anaknya.
"Papa? Papa nggak mau?" Tanya Bara dengan menatap ayah nya penuh harap.
"Nggak sekarang nak."
"Bunda kamu kayaknya belum ikhlasin."
"Ayo Pa... Buka hati papa."
"Papa coba."
Udah, epilog ini cuma buat ke sekuel ini kayaknya (?) I don't think so. Liat nanti aja. But, THANK YOU FULL YA!
BYEE!
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Psycho [End]
RandomSeorang Kinara Adinda (France) seorang pegawai cafe dua puluh empat jam yang selalu mendapat shift malam, karena ekonomi keluarganya yang kurang memadai untuk kuliah Ara, yang tidak langsung memaksanya untuk bekerja lembur, Saat pulang, di gang keci...