11 : Hampir

138 118 93
                                    

"Reka kejadian di masa lalu hampir dijadikan sebagai karma untuk cucu Adam yang konon katanya kuat itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Reka kejadian di masa lalu hampir dijadikan sebagai karma untuk cucu Adam yang konon katanya kuat itu."

🌛☀️

"Hei, Jalang! Gue mau ngomong sama lo."

Seruan dari seseorang yang Mentari yakini ditujukan untuknya itu tak ia hiraukan, langkah kakinya masih berlanjut, menjauh dari orang yang memanggil tadi.

"Bangsat! Lo tuli?!" Orang yang memanggil tadi mencekal lengan Mentari, menghentikan langkah Mentari.

Vania Larastika. Masih gadis yang sama, bedanya dia datang dengan teman-temannya—yang Tari yakini adalah kakak tingkatnya juga— dan dua orang yang Mentari kenali, Anetta dan Boy, ingat mereka?

"Ada perlu apa sama gue, Kak?" tanya Mentari, tak ada ketakutan sedikit pun yang terpancar dari cara bicaranya.

"Gue kakak tingkat lo asal lo tau, bisa bicara lebih sopan?" Vania menatap sinis ke arah Mentari.

"Maaf, Kak. Di otak gue masih terbayang kejadian dua hari yang lalu tentang apa yang lo lakuin sama Starla, gue jadi lupa caranya untuk sopan santun sama orang rendahan kayak lo."

"Jaga bicara lo, anjing!"

Plak

Usai memaki Mentari, tamparan mulus langsung Vania layangkan ke pipi kanan Mentari. Gadis yang ditampar meringis sembari menahan panas yang menjalar pada wajahnya.

"Berapa kali gue bilang, tangan kotor lo gak berhak untuk nyentuh kulit gue."

"Bacot, lo! Nih, yang mau nyiksa duluan silahkan."

Kedua tangan Mentari ditarik paksa oleh Boy dan Anetta, dirinya digiring menuju salah satu kamar mandi, Mentari berontak sekuat yang ia bisa, tetapi tenaganya tak cukup untuk melawan.

Mereka sampai di kamar mandi, mengapa tempat untuk mendapat perundungan harus kamar mandi, tidak adakah yang lebih bagus lagi?

Keadaan kampus saat ini sudah mulai sepi karena jam sore sudah habis, sedangkan jam malam belum dimulai. Hal itu makin membuat Vania dan kawan-kawan berani untuk mengganggu Mentari. Toh, pos satpam dengan kamar mandi juga memiliki jarak yang cukup jauh.

"Kenapa diem aja? Udah mulai takut lo?" sindir Anetta yang dibalas senyum miring oleh Mentari. Jangan lupa, Mentari yang sedang dihadapi oleh enam orang itu bukan sosok Mentari yang biasanya.

"Mulut gue gak digunakan untuk membalas gonggongan anjing," kata Mentari.

Bruk

Mentari terdorong hingga kepalanya terbentur tembok, ia meringis menahan rasa nyeri dan pusing yang menghantam kepalanya.

"Ngomong sekali lagi lo, anjing!" pekik Vania, tangannya ia ulurkan untuk mencekik leher Mentari. Gadis malang yang mendapat cekikan itu masih tak bicara, mulutnya terbuka untuk mengambil napas sebanyak-banyaknya.

Tiga Belas Misi ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang