26 : Sudut Pandang Lain

79 48 38
                                    

"Hatinya diam-diam menolak untuk menerima cerita lain yang semesta sajikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hatinya diam-diam menolak untuk menerima cerita lain yang semesta sajikan. Mentari yang terlalu jatuh pada Bulan atau memang masih ada plot twist dari semesta nantinya?"

🌛☀️

Teriknya matahari siang ini tak membuat langkah Mentari terhenti untuk terus melangkah menuju gedung kampus B. Langkahnya nampak gontai, kosongnya tugas kuliah hari ini memberikan dirinya sedikit waktu untuk melakukan hal lain sebelum berangkat ke tempat kerja.

Tujuan Mentari kali ini adalah menemui dua pemuda yang Mentari kenali sebagai teman dekat Bulan, Jeffri dan Yudha.

Apakah Mentari tahu jurusan apa yang dua pemuda itu ambil? Tentu saja tidak. Apakah Mentari berniat untuk bertanya? Tidak juga. Apakah Mentari setidaknya bertanya kepada Bulan? Tidak, sangat tidak. Karena dirinya benar-benar hendak menghindar dari Bulan saat ini.

Wajah-wajah asing langsung tertangkap oleh netra Mentari tatkala ia memasuki lokasi yang ia yakini sebagai kantin. Netranya meneliti ke seluruh penjuru sembari berharap dirinya dapat bertemu dengan dua orang yang ia cari.

"Tanya orang aja kali, ya?" monolog Mentari saat beberapa menit netranya tidak menangkap dua pemuda yang ia cari. Lagipula, bagaimana bisa otaknya terpikir bahwa dua orang itu ada di kantin?

"Malu, anjrot," maki Mentari dalam hati.

"Malu bertanya, sesat di jalan, Tari, ayo tanya ke orang-orang!" Mentari menyemangati dirinya sendiri. Baru saja bibirnya hendak terbuka dengan tangan yang sudah terulur guna mendapatkan atensi orang di hadapannya, netranya berhasil menangkap sosok berkacamata.

Itu dia, Yudha. Tepat di sampingnya ada Jeffri yang tengah tergelak entah menertawakan apa. Kaki Mentari melangkah mendekati meja yang hanya dihuni dua manusia itu.

"Permisi, Kak." Mentari berusaha sesopan mungkin, memasang senyum seolah dirinya adalah adik tingkat paling sopan.

"Dih? Lo ngapain ke sini?"

Mentari mendelik, sedikit terkejut. Si kacamata mengapa menatapnya seolah tak suka? Punya dosa apa dia dengan kakak tingkatnya ini? Jangan bilang kalau kakak tingkatnya ini ingat kejadian waktu mereka saling tertabrak?

"Emm, kakak kenal saya?"

"Lo yang tinggal sama Bulan, 'kan?" Bukan Yudha yang bertanya melainkan Jeffri. Mentari sedikit mengangguk sebagai respon atas pertanyaan Jeffri.

"Hahaha, muka lo kek anak ilang, anjir! Santai aja, Tar, gue gak gigit," kata Yudha, wajahnya yang awalnya tak menunjukkan keramahan, langsung berganti menjadi seperti kawan lama yang sudah akrab.

"Lo mau ngapain ke sini btw? Kalo nyari Bulan ke sini, gak ada dia di sini." Jeffri berkata sebelum tangannya beralih untuk mengaduk segelas es teh di hadapannya.

"Anu, bukan, gue nyari lo berdua, Kak."

Ucapan Mentari menciptakan kerutan pada dahi dua pemuda itu. Sempat hening sebentar, sebelum akhirnya mulut Yudha bertanya mengenai alasan munculnya Mentari di gedung kampus mereka.

Tiga Belas Misi ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang