Jika nanti semesta memberikan paku lagi, injaklah paku baru, jangan yang sudah berkarat. Karena kamu belum tentu bisa menyembuhkan lukanya, apalagi menghilangkan bekasnya.
🌛☀️
"Huahhhh! Akhirnya hari ini selesai!"
Siang yang cukup terik, matahari masih menumpahkan sinarnya dengan sedikit menyengat, sangat sesuai dengan waktu yang sudah menunjukkan pukul satu tepat. Mentari, Lalisa, dan Sinar kini tengah melangkah seirama menuju rumah kedua bulan.
"Belum selesai, besok masih ada lagi," ujar Sinar usia mendengar Lalisa berkata seperti tadi.
"Iye, maksud gue ulangan hari ini kelar juga akhirnya. Ini mau langsung ke rumah Kak Bulan aja?"
Mentari yang sedari tadi hanya terdiam kini mengangguk, tempo melangkahnya jadi sedikit cepat kala menyadari jarak mereka dengan rumah Bulan sudah tidak jauh lagi.
"Ett, buru-buru amat." Lalisa kewalahan menyeimbangi langkahnya dengan Mentari, Sinar juga nampaknya memiliki reaksi yang sama seperti Lisa akibat tempo langkah Mentari yang tiba-tiba makin cepat.
"Jam sidang Kak Bulan udah dua jam yang lalu, dia pasti udah nyampe sekarang di rumah."
"Starla sama Faris udah di sana?"
Mentari mengangguk. "Faris masih ada jam ujian, Starla tadi ngechat gue, Kak Doy, Kak Bintang, Kak Jeffri, sama Kak Yudha lulus sidang. Di sana juga udah ada ayah Bulan."
Langkah Mentari langsung memelan, Lisa dan Starla sangat menyadari perubahan raut wajah Mentari kala menyebut orang yang mereka duga sebagai dalang dari pembunuhan ibu Mentari.
"Lo gapapa, Tar?"
Mentari menoleh ke arah Sinar yang baru saja bertanya. "Kalem, sekarang bukan saatnya mikir masa lalu, gue udah dugun-dugun ini."
Tinggal sekitar tujuh belas langkah lagi kiranya saat Mentari menyelesaikan kalimatnya. Langkah mereka makin memiliki tempo yang tidak beraturan kala kaki masing-masing sudah hampir sampai di tempat tujuan.
Empat langkah sampai, Mentari mengetuk pintu utama rumah kedua Bulan itu. Nampaklah wajah sumringah dari Starla yang langsung menyambut mereka.
"Kak Bulan udah selesai?"
Starla menggeleng. "Belum ada kabar, ini kita lagi pada nungguin dia, kalian masuk aja, ikut gabung sama yang lain."
Mentari mengangguk, gadis itu lebih dulu melangkah masuk kemudian diikuti oleh yang lainnya. Pemandangan pertama yang matanya tangkap adalah wajah bingung dari ayah Bulan, ah, sudah tentu kecil kemungkinan pria itu tahu perihal Mentari yang sudah menetap di sini.
Memilih untuk tidak peduli, Mentari melangkah menuju Bintang, Doy, Yudha, dan Jeffri, nampak sekali empat manusia itu tengah asik berbicara mengenai sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Belas Misi ✔️
ChickLit"Kalau kamu benci dengan perpisahan, berarti kamu tidak punya hak untuk mengasihi pertemuan." "Kenapa gitu, Kak?" "Perpisahan ada karena eksistensi dari pertemuan. Jadi, bukankah kamu seharusnya membenci apa yang bisa membuat perpisahan itu muncul?"...