"Benci itu mulai terkikis karena kebaikan yang sang matahari dapatkan terlampau banyak. Namun apa daya, semesta diam-diam menyimpan skenario di balik skenario."
🌛☀️
"Lo ada hubungan apa sama Bulan?"
Mentari dapat melihat itu, kegugupan melanda gadis di hadapannya. Adakah rahasia tersirat yang Starla sembunyikan perihal hubungannya dengan Bulan? Terlalu privasikah hubungan mereka?
"Gue udah duga kalo lo ternyata gak tau siapa Kak Bulan itu." Starla tersenyum, Mentari terdiam. Sama sekali tidak paham arti kalimat dan arti senyuman yang Starla berikan.
"Lo gak tau nama panjang Kak Bulan, Kak?"
"Tau, tadi dia kasih tau ke gue. Bulan Adlan, 'kan?"
"Nama–"
"Star! Mentari! Gak nyampe dalam hitungan tiga, sendal ini masuk mulut kalian, ya?!"
Dua gadis itu langsung lari terbirit-birit menghampiri Bulan yang meneriaki mereka. Jika saja omongan Starla tidak terpotong, tanda tanya yang ada di otak Mentari akan terjawab, bahkan lebih dari satu.
🌛☀️
Mentari melayangkan tatapan sendu menembus kaca tebal transparan yang menjadi material terbanyak pembangun bangunan tempat ia bekerja. Langit senja sore yang ditemani lalu lalang kendaraan menjadi arah pandang gadis berambut lurus itu.
Belum ada yang bisa membuat atensi gadis itu beralih. Matanya masih memandang ke depan, dengan pikiran dipenuhi banyaknya tanda tanya perihal Doy dan juga Starla.
Gadis yang tadi berhasil menambahkan list pertanyaan dalam otaknya dan pemuda yang secara tidak langsung mengatai Bulan tidak baik, keduanya sudah pergi meninggalkan kafe. Mereka berpisah beberapa saat setelah menyelesaikan ibadah.
"Sengaja menghindar?" batin Mentari. Sedikitnya pelanggan yang datang berkunjung membuat Mentari masih nyaman dengan dunianya sendiri.
"Bantet, mikirin apa?"
Suara Mawar mengintrupsi telinga Mentari, pertama kali setelah sekian menit akhirnya gadis itu mengalihkan atensinya. Ditatapnya Mawar dengan senyum tipis lalu menggeleng pelan.
Suara bel khas pada pintu masuk kafe terdengar, netra Mentari mendapati Faris yang berjalan tertatih sembari dipapah oleh Lisa dan Sinar di kedua sisi. Rasa penasaran langsung menguap hingga membuat Mentari berjalan mendekat, diikuti oleh Mawar di belakangnya.
"Ngape lo, Tong?" tanya Mawar sembari menarik salah satu kursi di meja kosong.
"Ngapain ngasih gue kursi?" tanya Faris dengan raut wajah seperti wanita sensitif yang tengah datang bulan.
"Dih, gue udah berbaik hati bukannya bilang makasih."
"Dia dipatok soang, eh, angsa. Apa namanya yang bener? Pokoknya dia dipatok sama hewan yang suka nyosor."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Belas Misi ✔️
ChickLit"Kalau kamu benci dengan perpisahan, berarti kamu tidak punya hak untuk mengasihi pertemuan." "Kenapa gitu, Kak?" "Perpisahan ada karena eksistensi dari pertemuan. Jadi, bukankah kamu seharusnya membenci apa yang bisa membuat perpisahan itu muncul?"...