"Mentari tak cukup hebat, sinarnya belum berhasil menembus segala rahasia dalam hidup sang rembulan."
🌛☀️
Pagi ini diawali dengan ketukan kasar pada pintu utama rumah yang Mentari tinggali. Gadis yang tadi tengah bersiap-siap membuat sarapan sebelum berangkat bekerja itu terpaksa harus berhenti dari aktivitasnya dan menyambut tamunya.
Tok tok tok
"Woi, buka!"
"Sabar, kampret!" balas Mentari sedikit kesal.
Ceklek
"Gue ke sini mau ngomo– lah, lo kenapa bisa di sini?"
Mentari melotot karena terkejut dengan kehadiran siluman kelinci di hadapannya. Sel-sel dalam otaknya seakan belum tersambung secara sempurna hingga tidak bisa memberi perintah kepada mulutnya agar segera bertanya akan tujuan Kevin datang ke tempat ini.
"Hei, lo ngapain di sini?" tanya Kevin lagi dengan volume suara sedikit besar, seolah mengira gadis di hadapannya itu tuli.
"Bukannya gue yang harus nanya, Kak? Lo ngapain ke sini?" Bibir Mentari membalikkan pertanyaan yang sama kepada pemuda dengan hoodie abu-abu itu.
"Dih, ini rumah gue. Gue yang nanya sama lo, ada urusan apa lo di sini?"
Mentari terkejut, tentu saja. "Lah, ini rumah lo? Bukannya rumah–"
"Dahlah, bacot. To the point aja, di mana Bulan?" Kevin memotong ucapan Mentari dengan pertanyaan mengenai keberadaan Bulan.
Mentari yang diajak bicara memasang ekspresi bingung. "Mana gue tau, Kak. Di rumahnya mungkin."
"Lo kenapa bisa di sini? Lo selingkuhannya Bulan?" tanya Kevin.
"Enteng amat itu mulut, gue bukan selingkuhannya Kak Bulan, anjir. Gue di sini ka–"
"Ah, bacot. Pergi aja dah gue."
Demi apa pun, Mentari benar-benar ingin memaki kakak tingkatnya di depan wajah bak kelinci jelek (baca : tampan) itu. Bagaimana bisa orang seperti itu hadir di dunia ini? Menyebalkan.
Brakk
"Aww! Pantek!"
Mentari menutup kasar pintu rumah utama itu setelah Kevin menghilang dari pandangannya. Namun, tangan malangnya justru terjepit oleh pintu itu.
Mentari, sabar, ya. Masih pagi sudah tertimpa kesialan.
🌛☀️
"Kiww, Neng Manis. Lagi ngapain, nih?"
"Paduan suara, buta lo? Pergi sana, gue lagi kerja." Bentakan dari Mawar membuat Faris—lelaki yang menggodanya tadi— pergi menjauh, cari aman. Mentari yang melihat hal itu hanya bisa terkikik geli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Belas Misi ✔️
ChickLit"Kalau kamu benci dengan perpisahan, berarti kamu tidak punya hak untuk mengasihi pertemuan." "Kenapa gitu, Kak?" "Perpisahan ada karena eksistensi dari pertemuan. Jadi, bukankah kamu seharusnya membenci apa yang bisa membuat perpisahan itu muncul?"...