"Luka fisik bisa diobati, luka hati ... apakah bisa?"
🌛☀️
"Samperin, jangan?"
"Samperin, jangan?"
"Samperin, jangan?"
Kalimat yang berulang itu berasal dari mulut Mentari yang kini berdiri di tengah jembatan penghubung antara gedung kampusnya dengan gedung kampus Bulan. Apakah tujuan gadis itu menemui Bulan? Bukan, gadis itu hendak menemui Kevin, atau lebih mudah dipanggil dengan sebutan Doy.
Semalam, Bulan menyebutkan misi ketiga Mentari, membuat Bulan berbaikan dengan Doy. Namun, akar dari permasalahannya saja tidak Mentari ketahui, bagaimana dirinya bisa membantu?
"Masalah di antara kalian emang apa, Kak?"
"Cari tau sendiri coba, katanya kamu mau misi yang susah."
Percakapan di atas adalah kalimat terakhir yang terlontar di antara Bulan dan Mentari sebelum masing-masing dari mereka masuk ke kamar dan menjemput mimpi.
"Misi yang susah sih enak, Kak, tapi ya ... jangan nyusahin gue juga," kata Mentari. Gadis itu masih bersandar pada pegangan jembatan penghubung. Sampai saat di mana matanya menangkap sosok Doy yang berjalan ke arahnya.
"Anjir, ini mata gue gak rusak, 'kan? Dia beneran jalan ke arah gue?" monolog Mentari.
Netra Mentari melirik sekitarnya, orang yang berlalu lalang juga memberikan atensinya kepada pemuda yang kini berjalan ke arahnya.
"Mati gue," batin Mentari saat melihat Vania dan kawan-kawannya. Kakinya berbalik dari tujuan awal, terpacu dengan cepat meninggalkan Doy yang tiba-tiba berteriak memanggil namanya.
Orang-orang yang mendengar teriakan Doy terpaksa menoleh ke arah Mentari yang berlari seperti kesetanan. 'Itu siapanya Doy? Ada hubungan apa sama si Doy?' Kalimat itulah yang bisa mewakili isi otak mereka, tidak lupa kalau Doy ini tampan, 'kan?
Kaki Mentari terus terpacu, telinganya terus berpura-pura menuli terhadap seruan memanggil dari mulut Doy, kakak tingkat yang menurutnya sombong itu. Langkahnya bisa saja makin menjauh apabila ia tidak ...
Brugh
"Aww!" pekik Mentari dan orang yang ia tabrak bersamaan. Mentari sontak membuka matanya dan mendapati Lalisa dan Sinar di hadapannya. Ah, dia menabrak dua orang ternyata.
"Lo kenapa, woi? Kayak dikejar siluman aja," kata Lalisa sembari mengelus bahunya yang terasa nyeri akibat tertabrak Mentari.
"Emang bener, gue dikejar siluman kelinci jadi-jadian, gue cabut dulu, ya!" Mentari langsung memacu kakinya kembali.
"Woi, Mentari!" teriak Doy, pemuda itu berlari sembari mengelus tenggorokannya yang terasa sakit akibat terus menerus memanggil nama Mentari. Kegiatannya itu tak kunjung mendapat respon karena yang dipanggil kian menjauh dari pandangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Belas Misi ✔️
ChickLit"Kalau kamu benci dengan perpisahan, berarti kamu tidak punya hak untuk mengasihi pertemuan." "Kenapa gitu, Kak?" "Perpisahan ada karena eksistensi dari pertemuan. Jadi, bukankah kamu seharusnya membenci apa yang bisa membuat perpisahan itu muncul?"...