12 : Iya, Ini Karma

133 105 82
                                    

"Semesta semalam menawarkan, berkenankah jika aku mengambil salah satu dari manusia yang kamu sayangi?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Semesta semalam menawarkan, berkenankah jika aku mengambil salah satu dari manusia yang kamu sayangi?"

🌛☀️

"Mentari!"

Mentari lega, sangat lega bila boleh jujur. Suara itu, sudah pasti milik si pemuda berwajah teduh. Siapa lagi kalau bukan Bulan.

"Bulan?" Vania terkejut, tentu saja. Bagaimana pemuda itu bisa ada di sini? Vania tahu, Bulan itu satu gedung dengan dirinya, lalu apa urusan pemuda berkemeja biru itu datang ke gedung kampus yang bahkan tak ada sangkut pautnya dengan pemuda itu?

"Apa yang kalian semua lakuin, hah?!" Bulan menatap nyalang ke arah Vania dan kawan-kawannya.

Brukk

Dalam hitungan detik, Boy jatuh tersungkur akibat dorongan Bulan yang tidak bisa dikatakan pelan. Lelaki itu bahkan meringis karena tangan kanannya yang sedikit tergores. Melihat hal itu, Anetta dan lainnya langsung mundur, menjauhi Mentari.

Bulan berdiri di depan Mentari, memunggungi gadis yang sudah mulai menggigil itu. Urat pada lehernya terlihat dengan jelas ketika mengetahui Mentari diperlakukan seperti itu.

"Saya harap ini terakhir kalinya saya melihat kejadian seperti ini, saya minta kesadaran kalian untuk mengaku kepada pihak kampus atau–"

"Atau apa?" Vania memotong, bahkan setelah dia dan lainnya tertangkap basah melakukan perundungan pun tak ada rasa bersalah yang terlihat dari matanya. "Lo pikir gue sama temen-temen gue mau ngaku gitu? Ogah."

"Motong omongan orang itu gak sopan."

Pemuda yang baru saja datang itu benar-benar membuat Vania mematung. Pasalnya, dia adalah orang yang menjadi alasannya untuk mengganggu Starla hingga berujung mengganggu Mentari.

"Vin, Gue–"

"Diem." Lelaki yang memakai almamater bertuliskan Kevin Doyrendra itu memotong ucapan Vania dengan sengaja, nampak sekali kemarahan pada diri lelaki itu.

"Klasik cara lo, ngebully orang-orang yang lemah. Dengan begini, apa lo gak sadar gue bakal lebih banyak punya alasan untuk nolak cinta busuk lo itu? Lo yakin otak lo udah ditaro di tempatnya?" sindir Kevin.

"Vin–"

"Eh, atau emang gak punya otak?"

Skakmat. Tak ada lagi balasan, semua bibir seakan enggan bicara setelah Kevin membuka bibir pedasnya.

"Bubar, saya harap kalian mau mengaku–"

"Bacot lo, Lan." Vania lagi-lagi memotong ucapan Bulan. Ada kilatan dendam pada matanya yang diperuntukkan kepada Bulan, dia lalu pergi meninggalkan kamar mandi disusul dengan teman-temannya yang lain.

"Mentari, kamu–"

"Gue gak apa-apa, Kak. Gue pamit dulu, hari ini gue izin gak kerja dulu boleh?"

Bulan sabar, ya. Sudah tadi kalimat terpotong oleh teman sebaya, sekarang dipotong oleh adik tingkat.

Tiga Belas Misi ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang