38 : Matahari yang Kembali Terluka

52 23 11
                                    

"Kata semesta, kamu akan bahagia lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kata semesta, kamu akan bahagia lagi. Namun, tidak sekarang, tunggu sebentar lagi, ya?"

🌛☀️

Mentari pernah mendengar, bahwa orang yang sering diberi paku oleh semesta sebenarnya sedang dipalu untuk menjadi seseorang dengan versi terbaiknya. Hati kecil Mentari setuju, tetapi mengapa rasanya paku yang ia terima tiada hentinya?

Mentari paham bagaimana proses kesembuhan luka yang mungkin pernah Starla lewati, bagaimana gadis itu mencoba untuk menang atas trauma yang Mentari ciptakan.

Namun, bukan berarti Mentari akan terus menjadi pihak yang harus disalahkan, bukan? Bagaimana dengan luka yang Mentari dapatkan? Siapa yang bertanggung jawab atas pedihnya hal itu?

Temaramnya malam masih menampakkan bagaimana dewi malam bermain dengan kerlip kecil bintang-bintang. Mentari melihat bagaimana dua benda langit itu seolah menertawakannya karena terus menerus menerima luka.

"Gue benci sama lo, Kak Bulan."

Satu kalimat itu terus mulut Mentari lontarkan, langkah kaki lemas milik Mentari kini hanya punya satu jalan pulang.

"Gue benci sama lo, Kak Bulan."

Rumah yang terlihat familiar di mata Mentari mulai terlihat kala mulutnya sudah puluhan kali melontarkan kalimat yang sama. Rumah Mawar, satu-satunya jalan pulang yang Mentari temukan.

Langkah Mentari mulai berat, luka yang hanya ditutupi oleh kain itu berdenyut nyeri menunggu obatnya. Namun, luka itu sama sekali tak sebanding dengan apa yang hati Mentari terima.

Tok tok tok

Tamu yang tak tahu malu mungkin bisa disematkan untuk Mentari karena sudah tak sopan berkunjung di waktu mendekati tengah malam. Telinga Mentari dapat menangkap suara ibu Mawar dan Mawar sedang protes akan suara ketukan pintu itu.

"Lho, Nak Tari?"

"Eh, lo ngapain ke sini malem-malem, Bantet?"

Tak ada suara, tak ada jawaban dari Mentari, selain air mata yang kembali turun membasahi pipi gadis itu. Dua orang di hadapannya langsung merangkul Mentari, membawanya masuk ke dalam rumah kecil mereka.

Dua manusia tadi memang belum tahu apa yang Mentari tangisi, tetapi keduanya sama-sama tahu bahwa Mentari kembali diberi luka.

🌛☀️

"Kalo kata orang dulu, manusia emang tempatnya salah, kebenaran cuman milik yang di atas. Kita udah tau kebenaran cuman milik yang di atas, kenapa mesti nyalah-nyalahin Dia?"

Hari ini, terhitung tiga hari sejak fakta menyakitkan itu terungkap. Tubuh kurus dan wajah lesu milik Mentari menjadi bukti bahwa gadis itu pasti tidak mendapatkan asupan energi yang cukup. Ah, bukan tidak mendapatkan, melainkan memang dirinya yang tidak menginginkan.

Tiga Belas Misi ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang