30 : Kembali

67 31 28
                                    

"Hati gadis itu hanya memahami apa yang netranya tangkap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hati gadis itu hanya memahami apa yang netranya tangkap. Dirinya tidak tahu apa yang tersembunyi."

🌛☀️

"Tari, minggu depan saya sidang skripsi, doain agar semua lancar."

Mentari yang tengah merasa lemas akibat menunggu waktu berbuka langsung saja berdiri dengan wajah cerah. Lemasnya terasa hilang kala telinganya menangkap ucapan Bulan.

"Seriusan, Kak? Anjay, semoga lancar, Kak, SEMANGAT!" Mentari mengakhiri kalimatnya dengan seruan bahagia, beberapa waktu lagi akan ada satu dari deretan misi lainnya yang ikut terselesaikan.

"Iya, terima kasih banyak, Tari, ngomong-ngomong, ujian akhir semester kamu kapan bakal diadain?"

Mentari terdiam sebentar, mengingat beberapa informasi yang salah satu dosennya pernah sampaikan. "Empat hari lagi, Kak, dari Senin sampe Sabtu."

Bulan mengangguk kemudian tersenyum. "Semangat, Tari!"

Mentari hanya merespon dengan anggukan karena setelah itu terdengar denting bunyi khas dari pintu masuk kafe yang mengharuskan dirinya untuk melaksanakan pekerjaannya.

Kala dirinya sadar siapa pelanggan yang berkunjung, Mentari berusaha untuk memberikan senyum terbaiknya pada dua orang itu. Doy dan Bintang.

"Sore, Kak, mau pesan apa, ya?"

Tak ada jawaban yang Mentari dapatkan, senyum canggungnya masih terpampang jelas ketika netra Doy dan Bintang tengah fokus menatap Bulan yang sibuk mengobrol dengan para pekerja.

"Ekhem, ada yang mau dipesan, Kak?"

Nampaknya dua minggu tidak pernah bertegur sapa benar-benar membuat Mentari merasa canggung dengan dua orang di hadapannya sekarang. Belum juga mendapat respon, Mentari mengetuk meja yang dua orang itu tempati.

"Eh, sorry, gue menu paket buka puasa satu aja." Doy akhirnya menjawab, disusul dengan Bintang yang turut menyebutkan menunya.

Baru saja Mentari hendak beranjak untuk memberikan kertas berisi pesanan Doy dan Bintang, kalimat Doy membuat gadis itu berhenti.

"Bulan ... masih marah?"

Lidah Mentari terasa kelu, ditambah dengan otaknya yang tidak tahu harus menjawab apa membuat dirinya makin kebingungan. Tatapan Bintang turut terarah padanya, seolah menunggu sedikit kabar baik dari mulut Mentari.

"Emm ... gue juga kurang tau, Kak, gue gak berani nyinggung soal kalian sama dia, kalo mau ... kalian ketemu langsung aja, gimana?"

Doy tersenyum tipis, membuat kesan tampan pada wajahnya makin terlihat. "Gue kenal Bulan, kalo dia gak dateng ke gue buat nyelesain, tandanya dia belum bisa ngasih maaf, inget tentang masalah gue sama dia yang dulu, 'kan?"

Mentari hanya mengangguk, baru saja mulutnya hendak kembali berpamitan, Bintang langsung membuka mulut.

"Kita boleh minta tolong ke lo, Tar?"

Tiga Belas Misi ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang