37 : Sakit

65 28 25
                                    

"Kamu tidak sadar, bahwa tulisan pada kertas lusuhmu itu akan melenceng dari tujuan awal ; membahagiakan Bulan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu tidak sadar, bahwa tulisan pada kertas lusuhmu itu akan melenceng dari tujuan awal ; membahagiakan Bulan."

🌛☀️

"SELAMATTT!"

Teriakan serempak itu berasal dari Starla, Faris, dan Lalisa. Tak terhitung hari-hari yang dilalui, Bulan dan yang lainnya akhirnya lulus dan bisa merasakan apa itu wisuda. Ratusan foto nampaknya sudah memenuhi galeri pada ponsel pintar masing-masing.

"Lulus juga gue akhirnya, anjir!" kata Yudha, kalau ditanya siapa yang paling merasa frustrasi perihal skripsi, maka Yudhalah jawabannya.

Mereka masih berada di aula dengan beberapa kelompok orang yang tersisa. Saling memberikan selamat kepada satu sama lainnya, seolah euforia yang mereka rasakan sama besarnya.

Di salah satu sudut aula, Mentari memandang Bulan yang tengah tersenyum dengan yang lainnya. Beberapa menit sebelumnya, ada Mawar di sisinya, tetapi gadis itu sudah pamit pulang lebih dahulu.

"Kak Tari!"

Suara memanggil yang ternyata berasal dari Starla langsung membuat Mentari mendekat ke arah gadis itu.

"Udah siap semua 'kan, Kak?"

Mentari merespon pertanyaan Starla dengan anggukan. Ada senyum yang ia kulum, semua akan merasa bahagia nantinya.

"Astaghfirullah, anjing!"

Semua menoleh ke arah Lalisa yang baru saja istighfar sembari berkata kasar. Wajah bingung itu menyiratkan tanda tanya besar akan alasan dibalik Lalisa berseru tadi.

"Kenapa, Lis?" Mentari datang menghampiri gadis yang tengah memegang ponsel pintar berwarna merah muda itu.

"Ini ... lo coba ngomong sama orang di telepon itu." Lalisa memberikan ponsel pintarnya ke Mentari, ekspresi pada gadis itu makin membuat wajah bingung kian terpatri pada wajah Bulan, Bintang, Yudha, dan Doy.

Mentari mengangkat ponsel pintar itu mendekat ke telinganya. Ada hening sebentar, usai beberapa detik kemudian suara yang sengaja dinyalakan mode loud speaker.

"Ayah Kak Bulan ... meninggal."

🌛☀️

Kalau sedih bisa bicara, maka dirinya akan selalu bertanya mengapa orang-orang membencinya. Sedih itu juga akan merasa cemburu secara penuh pada si bahagia. Namun, bukan untuk itu alasan sedih diciptakan.

"Sedih itu diciptakan agar manusia tau, bahwa di kehidupan yang asli sangat diperlukan keseimbangan."

Kalimat tadi pernah Bulan lontarkan kala Mentari dengan pemuda itu belum terlalu dekat. Mengingat hal itu, justru membuat Mentari hendak menghilangkan efek sedih di dunia ini.

Melihat Bulan yang sejak tadi terdiam, nampak sekali bahwa pemuda itu tengah gelisah. Badannya bergerak tak tenang selama mobil yang mereka naiki bergerak menuju rumah keluarga Bulan.

Tiga Belas Misi ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang