41 : Sekali Lagi Terima Kasih, Bulan (Ending)

83 27 16
                                    

(Siapkan lagu "Kaun Tujhe" dari film Untold Story, kalau nggak kalian juga bisa putar lagu "Timeless" dari NCT U, oh atau nggak kalian juga bisa putar lagu "Rela" dari Shanna Shannon, atau kalian juga bisa siapin lagu By Your Side dari Mirei Touyama, atau ada lagu sedih lainnya? Putar aja.)

"Air matanya tenggelam dalam elegi, lidahnya kelu seakan tak diizinkan untuk protes terhadap skenario yang diberikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Air matanya tenggelam dalam elegi, lidahnya kelu seakan tak diizinkan untuk protes terhadap skenario yang diberikan."

🌛☀️

Matahari bersembunyi di balik awan kelabu pagi ini. Cuaca mendung menjadi pertanda bahwa tak akan ada pagi yang cerah.

Di kamar itu, Mentari menyingkap selimutnya, melupakan rasa kantuk yang masih menyergap kala di otaknya teringat bahwa hari ini adalah hari kelahirannya.

"Yo, selamat ulang tahun, beban dunia!"

Sembari mengumpulkan tenaga, Mentari menoleh ke meja kecil di samping kasur. Cincin pemberian Bulan tersimpan di dalam sebuah kotak merah yang dibiarkan terbuka.

"Argh! Gemes." Erangan pertama Mentari pagi ini timbul karena teringat bagaimana pelukan berdurasi panjang malam itu terjadi, sebelum akhirnya terlepas dengan Bulan yang tiba-tiba mendapat telepon untuk segera pulang ke rumah.

"Pelukan itu dosa, Tari! Kenapa yang dosa itu malah enak, sih?"

Mentari menutup kegiatan bicara sendirinya dengan gelengan kepala dan cengiran kecil. Melangkah gontai keluar dari kamar, pandangan netra Mentari tertuju ke arah kamar Bulan. Tujuan yang awalnya hendak ke kamar mandi, berbelok arah menjadi ke kamar Bulan.

"Jadi kayak kamar kosong," ujar Mentari setelah beberapa detik tangannya membuka pintu itu. Memang, sejak pelukan malam itu, dirinya dan Bulan belum bertatap muka lagi. Pikir Mentari tak apa, justru itu bagus guna menjaga kesehatan jantung Mentari.

"Wohooo, ada foto gue, dong!" Mentari langsung tersenyum kecil kala melihat pigura yang biasanya berisi foto Bulan dan Doy itu terpampang di meja kamar Bulan.

"Sejak kapan ada foto gue di sini?" Tangan Mentari mengelus pigura itu, mencoba menebak kapan sekiranya benda tersebut hadir di kamar Bulan.

"Bentar, kenapa rasanya familiar banget sama obat ini?"

Dahi Mentari mengerut, tangannya meletakkan pigura itu kembali pada tempatnya. Meraih benda kecil mirip bungkusan obat yang baru saja menarik perhatiannya.

"Tunggu ... ANJIR!"

Mentari berubah panik, bagaimana bisa ia baru menyadari kehadiran obat-obatan familiar itu. Bibir gadis itu sedikit bergetar, tangannya mencoba membuka beberapa laci, berniat mencari barang yang seharusnya sudah pasti Bulan miliki.

"Please, jangan sampe ketemu itu barang ...." Tangan Mentari bergetar, hatinya berubah gamang. Sorot matanya berubah panik, dan makin tak tenang kala barang itu tertangkap oleh netranya.

Tiga Belas Misi ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang