35 : Bertemu

62 26 14
                                    

"Mentari tidak menuli, gadis itu hanya tidak sadar kalau hatinya sebentar lagi akan patah kembali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mentari tidak menuli, gadis itu hanya tidak sadar kalau hatinya sebentar lagi akan patah kembali."

🌛☀️

"Akhirnya kita ketemu lagi, kamu gak inget sama saya?"

Mentari kembali meneliti sosok di sampingnya. Tubuh pria di hadapannya berhasil terjamah oleh netranya. Namun, tak ada satu pun petunjuk mengenai siapa pria itu di otak Mentari.

Hal yang pasti, wajah pria itu sangat familiar baginya. Di mana rasanya Mentari pernah bertemu dengan orang ini?

"Om siapa, ya?"

"What the hell Om? Kamu manggil saya Om?"

Mentari kini meringis dalam hati, benar, dirinya sangat familiar dengan wajah dan cara bicara orang ini. Netron dalam otaknya bekerja dengan sedikit keras dibanding sebelumnya, mencari di mana memori yang menyimpan nama pria itu.

"Saya Rakha, Rakha Rahardian Tralaksa, pengacara ayahmu dulu."

Degup jantung Mentari terasa berhenti kala mendengar nama pria itu. Tentu saja, bodohnya Mentari bisa lupa dengan pria itu. Pria yang beberapa tahun lalu datang ke kediaman ayahnya lalu menawarkan untuk membantu kasus kematian ibunya.

Serta pria yang juga menghamili Vania. Mentari kini meringis dalam hati, betapa memori otaknya tidak mampu menampung ingatan sesingkat itu.

"Kamu apa kabar?"

"Kayaknya gue harus kabur, deh." Bukannya menjawab, Mentari justru memikirkan berbagai macam cara untuk menghindari pria ini.

"Hei, kamu mau ke mana, Tari? Tunggu saya!"

Mentari tidak menggubris, langkah kakinya terpacu untuk sesegera mungkin pergi dari taman kota. Beberapa kali kepalanya menoleh ke belakang guna memastikan apakah pria itu mengejarnya atau tidak.

"Gue ngapain kabur, anjir?"

Memang, ya. Otak yang mendapat beasiswa belum tentu bisa menjadi pemikir handal. Mentari kini bingung sendiri mengapa dirinya harus lari dari Rakha.

"Tari!"

Mentari menoleh pada sumber suara, dilihatnya Rakha yang berada dalam radius sekitar lima puluh meter lebih darinya. Gadis itu kembali memacu kakinya, menuli terhadap teriakan memanggil namanya.

Lagi, Mentari juga tidak tahu mengapa ia harus melarikan diri dari Rakha.

🌛☀️

Mentari berbaring di atas kasurnya dengan handphone di tangannya. Menatap sendu ke arah room chat aplikasi mengirim pesan online, pesan terakhir yang ada di room chat itu berasal dari Mentari, lengkap dengan dua garis biru.

Iya, hanya dibaca, tidak dibalas.

Pesan itu sudah terkirim hampir enam jam yang lalu, info kontak orang yang Mentari kirimkan pesan online itu bahkan memiliki status online.

Tiga Belas Misi ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang