03 : Rembulan Sang Penyelamat

230 179 252
                                    

"Rembulan hari ini terlampau terang, seakan memberi tahu kepada semesta bahwa akan datang euforia yang baru untuk sang matahari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Rembulan hari ini terlampau terang, seakan memberi tahu kepada semesta bahwa akan datang euforia yang baru untuk sang matahari."

🌛☀️

Mentari memasuki bangunan itu, hanya pencahayaan remang-remang yang memasuki netranya.

Apa kata mereka? Diskotek? Bar? Club malam? Ah, apa pun itu. Di tempat inilah Mentari bekerja. Kata sepupunya—si Mawar— ia hanya akan membuatkan pesanan yang diinginkan tamu.

"Tari Bantet. Sini, Neng," panggil seorang gadis, Mentari memicingkan matanya, si Mawar. Kakinya ia ajak untuk mendekat kepada sosok yang memanggilnya tadi.

"Gue kira lo bakal nolak, secara lo selalu ceramah ke gue 'kata ibu gue, harga diri kita itu yang paling penting.' See? Malah ikutan kayak gue sekarang," ucap gadis itu ketika Mentari sudah berada di dekatnya.

"Lah? Lo bilang tugas gue cuman ngeracik minumannya? Sekalian nganterin ke tamunya, itu aja 'kan?" Mentari mulai bingung. Mengapa sepupunya tiba-tiba bicara soal harga diri?

"Ck, polos banget sih. Lo perhatiin deh tempat ini," kata Mawar sembari melirik ke seluruh penjuru tempat di mana mereka berada.

"Banyak lelaki hidung belang, banyak cowok yang pengen nafsunya dipuasin, masa lo–"

Belum selesai Mawar bicara, Mentari memotong, "Jadi lo ngajak gue buat jadi *PSK?! Gak, gue ga–"

Namun, belum selesai Mentari bicara, Mawar menutup mulut Mentari dengan tangannya karena volume bicara Mentari yang naik satu oktaf.

"Kagak, bukan gitu, Tari. Nih, lo perhatiin bartender yang ada di sana, perhatiin baik-baik."

Mentari menurut, dia memperhatikan dengan lamat-lamat arah pandang Mawar. Terlihat seorang wanita yang tengah meracik minuman, di depannya sudah ada pria berkumis dengan setelan jas yang menurut Mentari lumayan keren. Pasti pejabat yang suka makan uang rakyat.

Pria berkumis itu seperti tengah membicarakan sesuatu pada wanita yang tengah meracik minuman, tak lama kemudian si wanita mengangguk lalu mengikuti langkah pria berkumis tadi.

"Itu! Itu dia setuju buat disetubuhi, tetapi Bos bilang, tiap pelanggan harus make pengaman, jadi jangan khawatir, lo gak akan hamil."

"Pengaman? Kondom maksud lo?" Mentari bertanya, demi apa pun dia tidak menyangka akan ditawari pekerjaan seperti ini.

"Iya, tapi kalo kondomnya bocor, ya resiko," jawab Mawar, terkesan santai, itu yang buat Mentari kesal.

"Ah, gak jadi, gue masih sayang sama tubuh gue anjir. Lo santai banget lagi ngomongnya!" kata Mentari.

"Akwoakwokw, ya gimana lagi, udah dari SMA gue begini, maklum bukan anak orang kaya, gak kaya lo, Tar."

"Gue udah miskin sekarang. Mau ngehina gue lo?" sinis Mentari.

Tiga Belas Misi ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang