16. Secret Admirer

104 19 4
                                    

"Buset, lo kenapa bonyok gitu?!" seru Jungwon begitu melihat Sunoo yang datang dengan siku diperban dan wajah penuh luka.

"Jatuh dari motor dia," ucap Yuna mewakili Sunoo.

Sedangkan sang empunya dengan tak pedulinya berjalan menuju kursinya. Segera teman-temannya pun mengikutinya.

"Gimana ceritanya bisa jatuh dari motor? Setahu gue lo naik motor aja ga bisa." Kali ini Ni-ki yang berkomentar.

Sunoo menatap kedua temannya itu malas. "Karena gue gak bisa makanya gue belajar." Ia mengeluarkan buku-bukunya dari dalam tas kemudian menidurkan kepala di atasnya.

"Jadi lo belajar motor?" tanya Ni-ki dijawab deheman malas Sunoo.

Yuna di sampingnya memandanginya heran. "Ada angin apa lo mau belajar motor? Bukannya dulu lo paling anti motoran?"

"Manusia berubah, Yuna ...," sahut pemuda itu di posisinya.

Wajah Yuna berubah sendu. "Iya, manusia emang berubah ya?" ucapnya lirih.

Spontan Sunoo bangkit menatap Yuna sebal. "Dih, malah lu yang galau. Dasar sad girl!"

"Enak aja lo. Gue bukan sad girl ya!" protesnya.

Dan berlanjutlah acara adu mulut di antaranya keduanya.

"Mulai lagi mereka," lelah Jungwon.

Ni-ki mengangguk kemudian menarik Jungwon untuk menghadap ke depan. "Biarinlah, nanti juga capek sendiri."

~~~~

Yuna dan tiga 'kurcaci' baru keluar dari laboratorium setelah praktek tadi. Gadis itu melihat langit yang sudah gelap.

"Bentar lagi hujan ini mah," ucapnya.

"Iya dah, mana gue gak bawa payung lagi. Terpaksa mandi hujan ini sih," timpal Ni-ki yang rumahnya tak jauh dari sekolah.

"Gue juga gak bawa. Lo bawa gak?" tanya Yuna pada Sunoo di sampingnya.

Sunoo menggeleng. "Ngapain? Naik angkot ini."

"Kan dari sini ke jalan juga lumayan elah, terus dari angkot ke rumah? Pasti butuh payung kan?" jelas gadis itu meski tak terlalu didengar oleh Sunoo.

"Untung gue deket," ujar Jungwon.

"Lo sih enak! Tinggal lewat gerbang belakang langsung nyampe," ucap Ni-ki.

Memang rumah Jungwon itu tepat berada di belakang sekolah. Karena ayahnya yang merupakan penjaga sekaligus petugas kebersihan sekolah ini.

Akhirnya sampai di kelas. Segera mereka melangkah ke meja masing-masing.

"Eh?"

Yuna berhenti. Matanya menatap sebuah payung biru tua yang ada di atas mejanya.

"Ini payung siapa?" tanya gadis itu melirik ketiga temannya.

"Ada namanya gak?" tanya Jungwon.

Yuna mengambil payung itu kemudian matanya meneliti setiap bagian yang ada. Ia menggeleng.

Mata Sunoo tertuju pada sticky note kuning di atas meja Yuna. Ia pun mengambilnya. Kertas kecil itu bertuliskan 'Jangan sampai kehujanan ya!'.

"Itu apa?" Ni-ki merebut kertas itu dari tangan Sunoo.

"Wah gile! Ini mah ada yang sengaja ngasih buat lo, mbak!" seru pemuda itu membuat Jungwon ikut penasaran isi kertas itu.

Yuna ikut melihat kertas kecil di tangan Jungwon. Begitu selesai membacanya, ia mengerutkan kening bingung.

"Fiks sih ini .... Pasti dari secret admirer lo!" ujar Jungwon.

"Secret admirer apaan?" cibir Sunoo tak suka.

TBC

💜❤💜❤

Hai semua!
Maaf ya makin sini updatenya makin jarang.
Sebenarnya ini drafnya masih sisa banyak, tapi karena satu dan lain hal buat publish satu bab aja gak sempet.
So, yaa intinya gitu. Sorry ya :)

Btw, mau nanya dong. Kalian ketemu cerita ini dari mana?

Okee, jangan lupa vote dan comment! Share juga cerita ini ke temen kalian ya! Terima kasih 😍

Byee 🖐

Up : 11-04-22

EN- Yeen (EN- Fanfic) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang