29. Take This Medicine!

71 15 2
                                    

"Loh, Yuna? Mau apa ke sini?" tanya Jake heran.

"Mau ngasih ini, Kak." Yuna mengusap lehernya canggung sambil meringis. Di tangannya terdapat lembaran kertas tugas yang belum ia kumpulkan.

Jake meliriknya sekilas sebelum mengambil kertas tersebut. "Oke, tuntas ya." Menundukkan kepala, ia memeriksa jawaban yang ditulis oleh Yuna. Tanpa sadar, bibirnya terangkat samar.

Menyadari tak ada pergerakan dari gadis di depannya, Jake mendongak. Alisnya terangkat sebelah. "Kok gak pulang?" tanyanya.

Yuna mengerjap pelan. "Emangnya gak ekskul?"

"Kan udah gue bilang di grup. Lo gak liat?" Jake menurunkan tangan yang memegang kertas tugas sambil mengernyit.

"Ah ...." Yuna segera mengambil ponsel dari dalam saku. Menekan tombol power, tetapi ponselnya tetap tidak menyala. Sepertinya habis baterai.

Jake bergeming mengamati gerak-gerik Yuna, kemudian kembali menjelaskan, "Ekskulnya diundur jadi besok, kelasnya mau di pake."

Yuna mengangkat wajah dan mengangguk mengerti. "Terus sekarang Kakak ngapain di sini?" tanyanya penasaran.

Jake mengangkat kunci di tangannya. "Mau buka kunci." Melirik Yuna yang manggut-manggut, ia jadi bertanya, "Lo pulang sama siapa?"

Yuna tersentak. "Sendiri sih, Sunoo masih dibabuin wali kelas soalnya."

Menganggap pilihan kosakata Yuna lucu, Jake terkekeh geli. "Terus kenapa gak dibantuin temennya?"

Yuna hanya merespons dengan senyuman tipis. Nyeri yang tadinya sudah hilang, kini kembali. Ia menggigit bibir pelan. "Emh, gue duluan ya, Kak," pamitnya ingin buru-buru pulang. Apalagi setelah ini ia masih harus menunggu angkot.

Baru saja Yuna hendak berbalik, tetapi Jake menahan tangannya. Ia menoleh, melirik tangannya sebelum menatap kakak kelasnya itu. "Kenapa, Kak?"

"Gue anter."

~~~~

Melirik Jake yang tengah memasang sabuk pengamannya, Yuna menghembuskan napas pelan lalu dengan gerakan malas ikut memakainya juga. Meskipun sebelumnya ia bersikeras menolak, akhirnya tetap begini.

Jake menyalakan mesin mobil. Tak lama, mereka pun meninggalkan parkiran sekolah.

"Kak, lo serius tahu rumah gue?"

Jake melirik sekilas lalu mengangguk. "Sebelah rumah Sunghoon kan? Lagian gue udah pernah ke rumah lo waktu itu, lo lupa?"

Iya yah? Lupa gue. Yuna mengangguk pelan sebelum kembali mengalihkan wajah ke depan. Bibirnya mengerucut kecil. Padahal kalau Jake mengatakan tidak tahu, ia akan meminta turun saat itu juga.

Perutnya kembali berdenyut nyeri, sontak Yuna membungkuk kecil. Keringat dingin membasahi keningnya, dengan tenaga yang tersisa ia mencengkeram sabuk pengaman erat.

Dari ujung mata, Jake menyadari gelagat aneh gadis itu. "Kenapa, Yun? Ada yang sakit?" tanyanya dengan raut khawatir.

Yuna menoleh lantas menggeleng. Perlahan ia melepas cengkeraman tangannya dan memasang senyuman terpaksa. "Gak kok, gapapa, Kak."

"Gausah bohong, muka lo pucet gitu." Jake berusaha fokus, tetapi kekhawatiran di hatinya langsung membuatnya buyar. Oleh karena itu, ketika sebuah minimarket terlihat di depan, ia segera mempercepat laju mobil kemudian memarkirkannya di sana.

Setelah mematikan mesin mobil, Jake langsung mengalihkan pandangan pada Yuna. "Apanya yang sakit? Kasih tahu gue."

Yuan berusaha menghindari tatapannya. "Gak—"

"Yuna ...," potong Jake dengan nada lembut.

Melirik Jake ragu, Yuna menipiskan bibir. "S-sakit perut," jawabnya pelan sembari merunduk.

Semburat merah seketika muncul di pipi Yuna. Jake yang menyadari itu akhirnya mengerti. Tangannya bergerak melepas sabuk pengaman. Ia pun keluar tanpa bicara terlebih dahulu.

"Eh, Kak, mau kem—" Yuna tak melanjutkan pertanyaan. Wajahnya merengut. Padahal yang ia inginkan sekarang hanyalah cepat-cepat sampai rumahnya dan merebahkan tubuh di kasur yang empuk.

Waktu berlalu, Jake akhirnya kembali dengan membawa sekantong besar di tangannya.

"Loh, Kak? Itu apa?"

Bukannya menjawab, Jake malah mengeluarkan sebuah jamu khusus untuk datang bulan kemudian menyodorkan nya padanya. "Minum ini dulu. Kata nyokap gue ini ampuh buat ngilangin nyeri haid."

Yuna mengerjapkan mata, memandang takjub pemuda di depannya. "Kalau begitu isi kantong itu apa?" tanyanya penasaran.

"Ah ini." Jake menurunkan pandangan. "Snacks," jawabnya dengan cengiran bangga.

Yuna melongo. "Sebanyak itu?"

Jake mengangguk. "Kata nyokap gue ini obat kedua." Pemuda itu menyimpan kembali jamu di tangannya ke dalam kantong sebelum menyerahkan sekantong besar tersebut kepada Yuna.

"Ambil nih, obat buat sakit perut lo."

TBC

💜❤💜❤

Up : 07-01-23

Happy new year!!

EN- Yeen (EN- Fanfic) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang