20. The Siblings

105 20 3
                                    

Sudah waktunya pulang sekolah. Seperti biasa Yuna dan Sunoo menunggu angkot di depan sekolah.

Gadis itu menguap. Meski hampir selama jam sekolah ia tidur tapi saat ini matanya masih berat.

Tiba-tiba Sunoo melepas ransel yang dipakai Yuna. "Sunoo! Ngagetin aja!" Gadis itu menetap pemuda di sampingnya sebal.

Pemuda itu mengambil sebuah hoodie dari tasnya kemudian menyodorkannya. "Gitu aja kaget."

"Kaget lah! Gue kira tas gue mau dijambret," ujarnya kemudian melirik hoodie di tangan Sunoo. "Gue pake nih? Itu kan kesayangan lo." Lagi-lagi ia menatap hoodie berwarna abu-abu itu.

Tanpa menjawab, Sunoo mencangklong tas milik Yuna kemudian mengambil langkah. "Kalau gue lagi baik tuh langsung terima, jangan banyak cingcong." Pemuda itu lalu memakaikan hoodie tersebut kepadanya.

"Tangan." Ucapan Sunoo membuat Yuna segera memasukkan tangannya kedalam lengan hoodie tersebut. Setelah selesai, Sunoo kembali ke tempat asalnya berdiri.

"Yaudah, sini tas gue." Pemuda itu tak menjawab, ia hanya memperhatikan arah datangnya angkot.

"Sunoo, woy! Tas gue!" pinta gadis itu sebal.

Sunoo menoleh, ia menghampiri. Bukannya memberikan ranselnya, pemuda itu malah menaikkan kupluk hoodie kemudian menarik talinya sampai hanya hidung Yuna saja yang terlihat.

"Sunoo elah! Apa-apaan sih lo?!" Yuna memukuli lengan Sunoo yang masih memegang tali itu berkali-kali membuat pemuda itu tertawa karenanya.

Saat keduanya sedang asik, sebuah motor tiba-tiba berhenti di hadapannya.

Tawa Sunoo perlahan berhenti. Ia menatap pemuda yang duduk di atas motor itu dengan fox eyes-nya.

"Kalian belum pulang?"

Sunoo menurunkan tangannya. Perlahan Yuna melonggarkan talinya. Jantungnya berdegup kencang, dari suaranya saja ia sudah tahu siapa orang itu.

Benar saja, itu Sunghoon! Dan mata mereka tidak sengaja bertemu membuat jantungnya semakin berdetak tak karuan.

"Yuna, lo mau pulang bareng?" tanya Sunghoon.

"Ha? Ah ... Anu ... Itu ..."

Sunoo meraih pergelangan tangan Yuna kemudian berdiri di hadapannya. "Yuna pulang sama gue," ucapnya.

Sunghoon tak langsung menjawab. Ia menatap sang adik dengan tatapan tak terbaca.

"Naik angkot?" tanyanya tak lama kemudian.

Sunoo tak menjawab pertanyaan itu karena menurutnya itu tak perlu. Kakaknya sudah tahu itu lalu kenapa ia harus bertanya lagi?

Diam-diam Yuna meneguk ludahnya. Rasanya aneh berada diantara adik kakak yang saling menatap dengan tatapan yang—entahlah, dia sendiri tidak mengerti arti tatapan itu.

"Yuna kan sakit, mending dia sama gue. Biar cepat sampai rumah, jadinya nanti bisa langsung istirahat," kata Sunghoon mulai membujuk.

"Justru karena Yuna sakit dia mending pulang bareng gue. Nanti kalau naik motor yang ada dia malah tambah sakit gara-gara masuk angin," sahut Sunoo masih di posisi yang sama.

"Emang menurut lo naik angkot gak bakal masuk angin? Sama ajalah, dia bisa masuk angin gara-gara pintu sama jendelanya yang dibiarin kebuka kan?"

"Nggaklah, Yuna bisa aja duduk di pojok dan gue duduk di sampingnya buat ngehalau angin dari pintu terus gue juga bisa nutup jendelanya."

Di saat keduanya mulai beradu argumen, seorang pemuda yang sejak tadi menguping tak jauh di belakang mereka jadi tersenyum.

"Giliran gue nih." Kakinya melangkah ringan. Jemari tangannya memutar-mutar kunci mobil dengan asik. Sesekali ia bersiul menyenandungkan lagu kesukaannya.

Ia pun sampai di sana tanpa ada yang menyadari. Tangannya langsung merangkuk Yuna yang masih berdiri mematung di balik tubuh Sunoo.

Yuna agak terkejut dibuatnya, ia menoleh. "Kak Heeseung ...."

Pemuda itu hanya tersenyum. Ia lalu berujar, "Kalau gitu Yuna pulang sama gue ya?"

Ucapannya itu membuat Sunoo dan Sunghoon yang tadi sibuk berdua jadi menoleh padanya.

Heeseung memamerkan gigi putihnya yang berderet rapi. Dengan sebelah tangan yang merangkul Yuna, ia mengacungkan kunci mobil yang ada di tangannya tinggi.

"Gue bisa matiin AC. Di mobil gue juga ada selimut kok, jadi gak usah khawatir Yuna masuk angin."

TBC

💜❤💜❤

EN- Yeen (EN- Fanfic) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang