13. Flat-faced Boy

115 16 0
                                    

"Sayang, menurut kamu Jay gimana?"

Sore itu, tiba-tiba ibunya datang ke kamar dan bertanya hal yang menurutnya aneh.

"Apa sih?" Yuna yang sedang fokus dengan ponselnya merasa terganggu.

"Ih, serius Mama nanya. Menurut kamu Jay gimana?" tanyanya lagi.

Yuna menoleh bingung. "Gimana apanya sih, Ma?"

"Ya gimana?! Ganteng gak? Baik gak?"

Yuna menghela napas. "Kalau ganteng sih ya jelas, gak perlu ditanya. Kalau baik ya aku mana tahu, kenal aja cuma sekedar tahu dia ada di dunia ini," jelasnya.

"Yang serius dong kamu ya!" omel sang ibu.

"Serius gimana sih? Ya aku serius, orang aku cuma tahu dia itu kakak kelas aku, temennya Kak Sung—eh?" Gadis itu jadi membungkam mulutnya begitu tersadar.

Melihat itu segera ibunya berusaha mengalihkan topik. Ia meraih pundak putrinya. "Kamu mau gak sama Jay?" tanyanya.

Yuna mengernyitkan. "Mau apa sih, Ma?"

"Mama sama mamanya Jay rencananya mau jodohin kamu sama dia."

Mendengar itu refleks Yuna bangkit. "Jodohin gimana?! Jangan aneh-aneh deh, Ma! Aku itu baru masuk SMA, masa udah dijodohin aja." Ia lalu meraih kenop pintu, hendak keluar. "Pokoknya aku gak mau, titik!" ujarnya sebelum membanting pintu keras.

~~~~

"Apa dah Mama biasa juga gak suka martabak ini malah nyuruh beli," gerutu Yuna begitu melihat gerobak martabak di pinggir jalan.

Segera Yuna meneruskan langkah. Sesampainya di sana, segera ia memesan kemudian menunggu di meja belakang.

Saat hendak menarik kursi plastik, matanya menangkap sesosok pemuda yang duduk tak jauh di sampingnya. Seketika ia mengerti dengan tingkah aneh ibunya.

"Pantesan," gumamnya cukup keras membuat pemuda yang tengah merunduk pada ponselnya menoleh.

Yuna mengangguk pelan, menyapa dengan senyuman kakunya. "Kak Jay lagi beli martabak ya?" tanyanya basa basi.

Jay mengalihkan wajah kembali merunduk pada ponselnya. "Stupid question," celetuknya seketika membuat Yuna naik pitam.

Gadis itu merutuk dalam hati. 'Kagak tahu basa basi apa ya?!'

Tiba-tiba ucapan ibunya soal perjodohan tadi sore kembali terngiang. Gadis itu melirik Jay kesal. "Gak sudi gue!" gumamnya pelan.

Selang beberapa lama, pesanan Jay sudah siap. Ia pun segera membayarnya. Yuna hanya fokus pada ponselnya, tidak peduli juga dengan pemuda itu.

Hingga akhirnya ia sampai pada titik bosan. "Pak, martabaknya masih lama?" tanyanya.

"Gak, Neng, tinggal satu lagi."

Yuna pun mengangguk. Saat hendak membuka ponselnya, dari ekor matanya ia melihat bayangan yang berdiri bersandar pada tiang tenda.

"Lah, lo belum pulang, Kak?" tanya gadis itu heran padahal sudah hampir 10 menit yang lalu martabak miliknya siap.

"Sekarang udah malam," ucapnya membuat alis Yuna bertaut bingung.

"Iya, emang udah mal—"

"Lo cewek, bahaya pulang malam sendirian," potongnya.

"Ha?"

"Gue antar lo pulang."

Yuna menganga tak percaya. Ia memandang ekspresi wajah pemuda di hadapannya yang sama sekali tidak berubah sejak awal. Datar. Sedatar kertas HVS.

TBC

💜❤💜❤

Up : 28-02-22

EN- Yeen (EN- Fanfic) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang