49. Coward

33 6 0
                                    

Sambil menunggu bel masuk berbunyi, Jake berdiri di depan kelasnya sambil bersandar pada dinding pembatas. Matanya menerawang jauh ke bawah, memperhatikan para murid yang berlalu lalang—sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.

Tanpa disadari, pikirannya kembali pada saat ia duduk di bangku SMP atau lebih tepatnya, ketika Jake pertama kali bertemu dengan Yuna.

"Siapa dia?" tanya Jake begitu melihat Sunghoon yang biasanya tidak pernah mau dekat-dekat dengan perempuan, sekarang malah menggandeng gadis mungil itu dengan lembut.

"Ngapain lo? Jangan harap bisa macem-macem ya!" serang Sunghoon dengan begitu protektif.

"Gue nanya doang elah!" Jake sangat kesal karena dituduh tiba-tiba seperti itu.

Sunghoon melanjutkan, "Dia adek gue."

Jake mengernyit bingung. Setahu dia, Sunghoon hanya memiliki Sunoo sebagai adiknya. Belum pernah ia dengar Sunghoon punya adik lagi. "Sejak kapan lo punya ade cewek?"

Sunghoon meringis. "Maksud gue, dia tetangga yang udah gue anggep adek sendiri, gitu. Ya kan, Yun?" Ia menoleh pada Yuna dan gadis itu pun mengangguk. "Yaudah, kenalan dulu. Ini Jake, temen gue."

Sunghoon menuntun Yuna agar mengulurkan tangan.

Jake hanya diam menatapnya.

"Buruan, nunggu apa lagi?"

Jake mengerjap kemudian langsung menyambut tangan Yuna. "Gue Jake."

"Yuna, Kak."

Memang tidak ada yang berkesan dari pertemuan tersebut. Namun, entah kenapa setelah itu Jake jadi sering memperhatikan Yuna. Gadis yang dulunya pemalu itu sering mengintil Sunghoon—yang otomatis membuat mereka sering bertemu.

Sebenarnya Jake juga bukannya menyukai gadis itu, ia hanya sekedar tertarik dan penasaran padanya. Akan tetapi, setelah mengetahui kalau Sunghoon dan Yuna akhirnya pacaran, ia baru merasa ada yang aneh dengan dirinya.

Entah kenapa Jake tidak suka, hatinya pun sakit ketika melihat mereka bersama. Namun, ia tidak dapat berbuat apa-apa. Keduanya sudah menjadi sepasang kekasih saat itu. Tidak peduli ia memang sesungguhnya suka atau tidak pada Yuna, kenyataan tersebut tidak akan mengubah apapun.

Selama beberapa tahun Jake hanya dapat memendam perasaannya. Sampai ketika Sunghoon bilang kalau dirinya dan Yuna sudah putus, Jake pun memberanikan diri untuk mendekati Yuna. Namun, kebiasannya selama bertahun-tahun tidak mudah untuk diubah. Sulit baginya untuk menghadapi Yuna secara langsung. Karenanya, tanpa sadar ia malah menjadi secret admirer untuk gadis itu. Sayangnya, belum sempat ia jujur, Yuna sudah terlebih dahulu mengetahui semua itu. Akhirnya terjadilah kejadian kemarin.

Jake mendengus dan menyeringai samar. Mengingat dirinya yang malah mundur kemarin, rasanya ia ingin tertawa. Berlagak keren demi menutupi sisi pengecut dalam dirinya ... benar-benar luar biasa, Jake! Iya, ia tahu betul bahwa keberaniannya tidak sebesar itu. Mungkin inilah sebenarnya penyebab kenapa ia hanya dapat memandang gadis itu dari jauh selama bertahun-tahun—selain fakta bahwa Yuna punya pacar. Ia memang seorang pengecut ... bahkan sampai akhir pun tetap begitu.

"Kak!"

Jake tersentak spontan menoleh. "Y-Yuna?"

Yuna mendecak sebal. "Kakak ngapain sih? Gue udah manggil berkali-kali dari tadi."

"Sorry." Jake menegakkan tubuh dan menghadap padanya. "Ada apa lo kesini?" tanyanya.

"Nih, mau balikin payung." Yuna menyerahkan dua payung padanya.

Jake melihatnya sekilas. "Kenapa?"

"Lah, kenapa ... ya karena ini punya lo-lah!"

"Tapi kan gue ngasih, bukan minjemin."

Yuna menghela napas sebelum menarik tangan Jake dan memberikan payung hijau tua padanya. "Seenggaknya ambil yang ini."

Jake memandang payung dan Yuna secara bergantian dengan bingung.

Yuna mengangkat payung biru tua di tangannya. "Yang ini mungkin emang lo kasih, tapi yang itu kan lo cuma minjemin kemarin."

Jake terdiam beberapa saat sebelum akhirnya setuju. "Oke."

"Yaudah, sekarang ambil ini." Yuna menyerahkan totebag yang tadinya menggantung di lengannya.

Jake mengernyit. "Itu apa?"

"Kue. Buka aja."

Jake mengambil kotak makan di dalam yang kemudian ia buka. Aroma kesukaannya langsung tercium.

"Bolu kukus duren, Mama yang bikin. Sebagai tanda terima kasih karena lo udah minjemin payung kemarin."

Jake melongo. "Eh?"

"Kenapa? Sesama pecinta durian kan harus saling berbagi."

Jake mengerjap sebelum akhirnya tersenyum senang. "Thanks ya."

Yuna mengangguk. "You're welcome," balasnya sambil tersenyum.

Pemuda itu seketika tertegun. Senyuman itu ... Jake ingin menjaganya. Ia harap Yuna tidak pernah kehilangan senyuman manisnya. Iya, hanya itu harapannya. Semoga Yuna dapat terus berbahagia—dengan atau tanpa dirinya.

TBC

❤💜❤💜

Tenang Jake, Yuna bahagia kok ... bentar lagi :)

EN- Yeen (EN- Fanfic) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang