50. Sunshine

81 11 0
                                    

"Yun, gue tahu Ni-ki di mata lo tuh emang gak ada harganya ...," Jungwon berucap pelan di samping Yuna yang sibuk mencoret-coret buku gambarnya, "tapi, jangan disamain sama monyet juga dong ... kasihan tahu," lanjutnya.

Yuna menoleh.

"M-maksud gue, kasihan sama monyetnya. Dia harus disamain sama tuh bebek satu." Jungwon seketika meralat ucapannya. Tatapan tajam yang menyorot padanya membuatnya takut. Bisa-bisa habis ia nanti jika salah bicara sedikit saja.

"Lo bilang apa? Gue bebek?!" sembur Ni-ki yang tidak terima.

Jungwon melotot padanya sambil memberi isyarat agar pemuda itu diam. Urusan dengannya dapat diundur. Ia rela membiarkan telinganya pengang dengan omelan ajaib Ni-ki—si bebek jadi-jadian yang bercita-cita menjadi puma—nanti. Namun, sekarang ia harus menghadapi macan betina—yang entah kenapa beberapa hari ke belakang menjadi sangat sensitif—di hadapannya lebih dulu.

"Emang gue gak boleh gambar monyet?" tanya Yuna serius.

"Ha?" Jungwon meringis. "Gak, bukannya gak boleh. Cuma kan sekarang tugasnya itu ngegambar sketsa orang yang ada di depan lo. Jadi kala—"

"Apa?" Yuna membelalak. "B-bukannya gurunya belom datang ya dari tadi?" Yuna melirik sekitar dan tidak menemukan sosok guru di depan.

"Yun ... lo dari tadi ngapain aja?" Jungwon benar-benar tidak habis pikir dengan gadis di sampingnya. "Lo sadar gak sih lo aneh beberapa hari ini?"

Yuna tertegun. "Sebenarnya gue kena—"

Selang beberapa menit, pintu terbuka. "Pak Sujan barusan bilang, sketsanya terakhir dikumpulin pas jam pelajaran terakhir. Sekarang kita udah boleh balik ke kelas," ucap Sunoo yang berdiri di depan kelas.

"—kenapa lagi? Siapa lagi kalau bukan karena dia!" batinnya berteriak.

Beberapa hari terakhir, Yuna berusaha mencari tahu tentang perasaan Sunoo terhadapnya. Berbagai cara ia lakukan, tetapi pemuda itu tidak pernah meresponsnya. Ia berlaku sama seperti biasanya, cuek dan menyebalkan. Namun, seketika berubah saat berhadapan dengan para penggemarnya. Cara bicaranya berubah manis dan tidak pernah lupa untuk menunjukkan senyumannya. Sangat menyebalkan bukan?

Yuna tidak mau Sunoo sampai mengetahui kalau ia menyukainya. Oleh karena itu, ia memendam semua kecemburuan dan kekesalannya lalu bersikap biasa saja seolah-olah tak merasakan apapun. Namun, ketika ia sudah tidak dapat menahannya lagi, ia akan melampiaskannya pada kegiatan lain. Contohnya sekarang, ia menggambarkan kekesalannya dengan seekor monyet. Meskipun akhirnya Jungwon malah salah paham terhadapnya.

"Yun, lo ngapain bengong?"

Yuna mendongak dan Sunoo sudah berdiri di sampingnya. Ia melihat sekeliling. Teman-temannya yang lain sudah kembali ke kelas, menyisakan mereka berdua di sana. Oleh karena itu, ia buru-buru membereskan alat tulisnya.

"Lo ngerasa gak sih kalau belakangan ini lo gak pernah fokus?"

"Ha? Nggak kok." Yuna bangkit. Meliriknya sekilas sebelum berjalan melewatinya. Memejamkan mata, ia merutuk dalam hati. Bagaimana bisa jantungnya berdebar sekencang ini hanya karena tidak sengaja berkontak mata dengannya?

Sunoo yang tetap pada posisinya, menoleh sejenak kemudian berjalan mengejarnya. "Beneran?" tanyanya sambil melangkah di sampingnya.

"Iya ...."

Sunoo mengangkat sebelah alisnya sebelum maju selangkah dan berjalan mundur. Matanya memandang lekat gadis di depannya. "Hm ...." Ia bergumam panjang.

Yuna berusaha setengah mati untuk mengendalikan dirinya. "Apa sih?!" Debaran jantungnya mulai tidak normal. Matanya gelisah ingin cepat-cepat memutuskan kontak mata, tetapi ia takut Sunoo akan menganggapnya aneh.

EN- Yeen (EN- Fanfic) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang