31. Blushing

77 14 0
                                    

"Sumpah ya, lo tuh sebenarnya lucu banget kalau senyum," Yuna menggigit biskuitnya sebelum kembali melanjutkan, "kiyowo-kiyowo gimana gitu."

Sunoo yang duduk di sampingnya hanya menatap datar dengan mulut sibuk mengunyah.

"Tuh!" Yuna menunjuk tepat ke arah wajah pemuda itu. "Tinggal ke gue aja, lempeng kek talenan!"

"Gak ada untungnya juga gue senyum ke elo." Sunoo membuka kemasan biskuit baru dan menyimpannya kembali ke atas meja. Tidak peduli dengan Yuna yang merengut kesal.

Jungwon menyenggol lengan Ni-ki. Begitu sobatnya itu menoleh, ia segera memberi isyarat dengan mata. Menyadari situasi, Ni-ki segera menghabiskan biskuit di mulutnya dan hendak buka mulut. "Mbak—"

"Lah? Terus lo senyum sok imut ke kakel cantik tadi, ada untungnya gitu?" Yuna terlanjur tersentil emosinya. Bibirnya mengerucut dengan alis yang berkerut.

Ni-ki yang terlambat akhirnya memilih untuk menutup mulut dan Jungwon pun hanya bisa menghembuskan napas. Dalam hati berharap agar dia orang di depannya tidak terlalu lama beradu mulut.

Menoleh tenang, Sunoo melirik biskuit di meja sekilas. "Menurut lo biskuit ini dari mana?"

Yuna tertegun untuk beberapa saat. Ia berdeham pelan. Oke, biskuit tersebut memang pemberian dari kakak kelasnya tadi, tetapi, tetap saja!

"Gue juga!"

Sunoo memandang tak mengerti.

"Lo lihat tugas, minjem penghapus atau apalah itu, dari mana? Gue kan?!"

"Terus?"

"Berarti lo senyum ke gue juga ada untungnya!"

Segera Sunoo terkekeh geli. "Dih, ngebet banget lo pengen gue senyumin."

Yuna mendelik. Ia mengangkat dagunya. "Iyalah! Curang banget lo! Gue sering senyum ke lo, tapi lo-nya?" Gadis itu menghembuskan napas keras. "Give and take dong!"

Sunoo tertegun mendengar penuturan tersebut. Belum sempat ia membalas, Ni-ki terlebih dahulu menyeletuk.

"Wah ... pertikaian kekasih."

Keduanya kompak menoleh. Ni-ki dengan wajah tengilnya hanya memberi cengiran lebar. Jungwon pun sama menyebalkannya. Ia terus menutupi mulut, berusaha untuk menahan tawanya. Tak mau biskuit yang tersisa di mulut keluar dengan tidak elitnya.

"Pertikaian kekasih apaan!" sembur Yuna sembari bangkit. "Dah ah, gue balik." Setelah mengambil bungkusan roti, ia pun pergi.

Ketiga pemuda yang ditinggalkan mau tak mau menatap kepergiannya. Namun, baru beberapa langkah gadis itu ambil, ia kembali.

Dengan pipi merona, Yuna melempar roti di tangannya, kemudian mengambil roti lain yang berada di samping tumpukan kemasan biskuit. Ia salah ambil.

Setelah susah payah menghindari kontak mata dengan mereka, ia pun kembali. Kali ini dengan langkah lebar.

"Gue gak salah liat?" ujar Jungwon sembari melirik Ni-ki dan Sunoo. Ia menutup mulut tak menyangka.

Ni-ki menggeleng. "Mbak gue nge-blush!" Senyuman usilnya mengembang. "Salting dia!" serunya lantas terkikik sendiri.

Berbanding terbalik dengan mereka, Sunoo tetap bungkam. Raut wajahnya pun datar-datar saja. Namun, tersembunyi dalam rambutnya, telinganya memerah.

TBC

💜❤💜❤

Mon maaf saya lama updatenya :)
Gak mau banyak alasan, saya cuma males. Padahal udah bikin outline sampe tamat, cuma gak tau kenapa males banget garapnya. Sekali lagi maaf huhu ... (´༎ຶ ͜ʖ ༎ຶ ')♡

Sampai ketemu di bab selanjutnya (≧∇≦)/—yang entah kapan :)

Up : 07-03-23

EN- Yeen (EN- Fanfic) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang