30. So, This Is It?

74 17 6
                                    

Melangkah menelusuri trotoar, Yuna menunduk pada daftar belanjaan di tangannya. Melihat bahan yang sama dengan kemarin, sontak ia menghela napas. Memang kebiasaan! Sekali saja masakannya dipuji, ibunya akan terus memasak masakan tersebut sampai bosan rasanya!

Suara bel sepeda yang berkali-kali dibunyikan terdengar dari belakangnya. Begitu menoleh, Heeseung sudah melambaikan tangan ke arahnya.

"Yuna!"

Yuna pun balas melambai sembari tersenyum. "Mau kemana, Kak?" tanyanya setelah Heeseung sampai di hadapan.

"Warung. Biasa, belanja mingguan."

"Sama dong kalau gitu." Yuna tersenyum riang lalu memperlihatkan kertas panjang padanya.

Heeseung mengangkat alis tinggi. "Mau bareng? Tapi berdiri gapapa?" tanyanya sebab sepedanya tidak memiliki jok tambahan untuk membonceng.

Yuna mengangguk. "Gapapa, berdiri juga bisa."

"Yaudah, naik." Heeseung menyodorkan tangannya. Yuna menyambutnya dan perlahan mulai menginjak sisi roda belakang sepeda itu.

Beralih memegang pundak Heeseung erat, ia berseru, "Let's go!"

"Go! Go!" sahutnya lantas mengayuh sepedanya.

Melewati jalanan kompleks yang sepi, angin berembus, menerbangkan rambut keduanya. Rambut Heeseung yang mulai panjang, tanpa sengaja menusuk mata Yuna.

"Ah! Rambut Kakak nyolok!" ujarnya sambil berusaha menghalanginya agar tidak mengarah ke wajahnya.

Tanpa berusaha memperbaiki rambutnya, Heeseung hanya tertawa riang. "Sorry-sorry," ucapnya setengah tertawa.

"Ih, Kak Hee!" pekik Yuna sambil meremas pundak pemuda itu guna menyalurkan kekesalannya.

"Aduduh! Ampun, Yuna ...."

~~~~

"Udah belum?"

Yuna meliriknya sekilas. Tangannya bergerak mengambil beberapa siung bawang merah. "Kakak sendiri udah?"

"Udah dong." Heeseung mengangkat keranjang yang telah penuh dengan belanjaan miliknya. "Masih banyak?" tanyanya lagi.

Yuna menggeleng sembari beralih ke rak seberang. "Tinggal sayurnya."

Di sampingnya, Heeseung terus mengekor. "Mau apa?"

"Bayam."

Spontan senyuman jahil terbit di wajah pemuda itu. "Tau gak yang mana?" Matanya menyapu sayuran-sayuran hijau di hadapannya.

Yuna menoleh. Lantas melipat kedua tangan di depan dada. "Aku udah belajar ya!" ucapnya tegas, enggan diremehkan.

"Oh ya?" Heeseung mengangkat sebelah alis.

"Iya!" Yuna kemudian beralih kembali dengan tangan terulur ke depan. "Kangkung, caisim, pokcoy, sawi, kol." Ia mulai mengabsen semua yang ada di rak tersebut. "Dan ini bayam," lanjutnya kemudian memasukkan sayuran tersebut ke keranjangnya.

Yuna menarik sudut bibirnya sembari menaikturunkan alis. "Gimana?" tanyanya sambil menatap Heeseung.

Heeseung mengusap-usap dagunya seolah berpikir. Tak lama, senyuman kembali terpatri di bibir. "Good job!" serunya membuat mata Yuna berbinar senang.

Tangan Heeseung terangkat hendak mengelus pucuk kepala gadis itu. Namun, ketika Yuna baru berniat untuk menghindar, tangan itu terlebih dahulu berhenti—menggantung di udara.

Yuna terdiam melirik tangan itu sekilas sebelum menatap wajah Heeseung yang berekspresi aneh. Ia tidak mengerti apa artinya itu. Apa Heeseung tahu kalau ia berusaha menghindar tadi?

Detik kemudian, wajah Heeseung kembali seperti semula. Di posisinya, ia menatap lekat mata Yuna. "Rambut lo ... udah keramas?" tanyanya.

Yuna tersentak, ingatannya kembali ke beberapa hari yang lalu. Napasnya seketika tercekat.

Menyadari respons tersebut, Heeseung mengepalkan tangan sebelum menurunkannya.

"Masa cewek jarang keramas sih?" ujar pemuda itu berlagak jijik. Meski sebenarnya hatinya kini mulai terasa aneh. Seperti ada sesuatu yang mengganjal di sana.

"A-aku udah keramas kok, cuma—"

"Iya tahu," potongnya cepat. "Gausah ...," Ia berdeham sebelum melanjutkannya, "gausah dilanjutin, gue ngerti kok." Heeseung berusaha menahan senyuman di bibirnya. Hatinya sesak.

Yuna hanya bungkam, menatap ekspresi asing di wajah tetangganya itu.

"Gue mau bayar ini dulu." Tanpa menunggu jawaban, Heeseung berbalik menuju kasir. Genggaman tangan pada keranjangnya mengerat. Ia menarik napasnya pelan lalu menghembuskannya.

Jadi, ini akhirnya?

Sepertinya ... ia baru saja kalah bahkan sebelum mulai berperang.

TBC

❤💜❤💜

up : 23-01-23

Btw, mulai masuk konflik nih gaes...

Padahal rencana ini cerita tuh bakalan panjang. Tapi eh tapi, jadinya gini ehe

EN- Yeen (EN- Fanfic) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang