42. Don't Get Sick

57 9 0
                                    

Sunoo melebarkan mata, spontan menarik Yuna ke dalam dekapannya. Dengan panik, ia berkata, "U-udah jangan nangis ... Kalau gak mau cerita, yaudah. Gue gak bakal maksa lagi dah, janji." Tangannya bergerak menepuk-nepuk punggung gadis itu.

"Bukan gitu ...," sahutnya lirih membuat Sunoo perlahan merenggangkan pelukannya.

"Terus?"

Yuna membalas tatapan yang mengarah padanya sekilas lalu menunduk. "Gue gak tahu."

Sunoo memandangnya dalam diam.

Yuna mengusap pipinya yang basah. "Dari pas gue masuk ke kamar lo, perasaan gue mulai gak enak." Ia mengangkat wajah. "Gue juga gak ngerti kenapa gue ngerasa gitu."

Sunoo menghembuskan napasnya pelan. "Yaudah, gausah dipikirin," katanya sambil mengelus pucuk rambut Yuna dengan tangan kirinya.

Awalnya Yuna tidak apa-apa, ia hanya melirik tangan Sunoo yang ada di atas kepalanya sejenak sebelum mengalihkan pandangannya kepada Sunoo yang kini tersenyum kepadanya. Baru saat itulah perasaan aneh yang sejak tadi menghinggapi hatinya semakin menjadi-jadi. Dia merasa sesak dan tanpa aba-aba, air matanya kembali membasahi wajah.

Refleks Sunoo menarik tangannya kembali. Matanya membelalak. Kemudian seakan-akan kembali ke situasi awal, ia lantas memeluk Yuna lagi. Yang berbeda, sekarang dia hanya diam dan mengelus belakang kepala gadis itu. Walaupun tidak mengerti apa yang terjadi sebenarnya, Sunoo hanya ingin menenangkan Yuna saja agar tidak menangis terus.

Di dekapan sahabatnya, Yuna menangis tersedu-sedu sambil meremas kerah baju Sunoo—entah kenapa. "Gue tahu sekarang," ucapnya dengan terbata-bata karena tangisannya.

Sunoo menyadari genggaman Yuna di bajunya semakin mengerat membuatnya hampir tercekik. "Oke-oke ... bagus kalau gitu." Ia menarik kerahnya pelan agar menyisakan sedikit ruang untuknya bernapas. "Tapi kalau bisa jangan narik-narik baju gue kaya gini, boleh?" lanjutnya dengan berhati-hati agar Yuna tidak tersinggung.

Selanjutnya Yuna memang melepaskan bajunya, tetapi belum sempat Sunoo bernapas lega, gadis itu malah memukul dadanya kencang. Seketika membuat Sunoo melotot kaget.

Yuna mendorong Sunoo menjauh. "Lo sakit apa sih sebenernya? Gue lihat kayaknya kemarin lo gak begini!" Dengan cepat, ia menghapus air matanya dengan punggung tangan kiri lalu menunjuk tepat wajah Sunoo dengan tangan kanannya. "Lo lihat! Kemana perginya bibir merah lo? Kenapa sekarang pucet gitu ...? Mana pecah-pecah juga. Itu lagi! Perban di jidat lo! Itu ... lo—" Yuna tak dapat melanjutkan ucapannya, ia menurunkan telunjuknya.

Yuna menunduk sejenak untuk mengusap matanya yang basah lalu kini mengangkat tangan kanan Sunoo perlahan. Ia mengamatinya sebentar sebelum beralih menatap Sunoo. Berbeda dengan dirinya yang meledak-ledak beberapa saat yang lalu, kini ia bertanya dengan lembut, "Tangan lo pasti sakit banget ya? Gue lihat lo gak pernah pake tangan ini dari tadi."

Sunoo menggeleng pelan sambil tersenyum samar. "Gapapa," jawabnya lalu seakan ingin membuktikannya, ia menggunakan tangan kanannya untuk mengusap sisa air mata di bawah matanya.

Yuna memperhatikan gerakannya tanpa banyak bicara. Beberapa saat kemudian, matanya kembali berkaca-kaca. Sebelum air matanya kembali tumpah, Yuna segera memeluk Sunoo membuat pemuda itu terkesiap—meskipun selanjutnya ia pun membalas pelukan tersebut tak kalah eratnya.

"Lo tahu gak semengkhawatirkan apa lo di mata gue sekarang?" Yuna berucap tanpa melepaskan pelukannya. Dari posisinya sekarang, ia dapat merasakan detak jantung Sunoo.

Yuna melepaskan pelukan lalu mendongak, menatap Sunoo tepat. "Jangan sakit lagi."

Sunoo balas menatapnya heran. "Kenapa?"

"Gue gak suka. Lihat lo sakit, gue ikutan sakit jadinya."

TBC

❤💜❤💜

Pengen jadi Yuna huhu

EN- Yeen (EN- Fanfic) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang