27. Realized

83 16 0
                                    

Hari ini berbeda dari biasanya karena Yuna terlihat turun dari angkot sendiri. Padahal biasanya Sunoo selalu ada bersamanya.

"Punya teman sibuk ya gini," gumamnya mengingat tadi Sunoo yang menyuruhnya pulang sendiri karena dia masih mengurus berkas-berkas di ruang guru. Yuna tidak tahu Sunoo itu terlalu baik atau malah terlalu bodoh. Padahal jelas-jelas ia sedang diperbudak oleh wali kelasnya. Tapi ia bisa apa? Toh, Sunoo sendiri yang memilih untuk membantu.

Ketika Yuna melewati sebuah gang, dari ujung matanya ia melihat sebuah siluet. Karena itu ia jadi melangkah mundur.

"Apa itu?"

Karena posisi gang itu berada di antara dua rumah bertingkat, sinar matahari pun tidak bisa memasukinya. Yuna yang penasaran pun berjalan mendekat, mencari tahu apa sebenarnya siluet itu.

Dengan langkah pelan Yuna berhasil mendekat dan ternyata itu adalah siluet seseorang yang tengah berjongkok. Gang ini memang agak sempit dan juga jarang di lewati orang. Oleh karena itu, ada orang yang berjongkok di sana pun tidak terlalu mengganggu lalu lalang orang yang lewat.

Mata Yuna agak bergetar ketika menyadari kalau orang itu memakai seragam yang sama dengannya. Lalu saat ia beralih pada tas yang dipakainya, sebuah gantungan kunci menarik perhatiannya.

Gue kayaknya pernah lihat gantungan itu.

Yuna sudah berdiri di belakang orang itu, tetapi sepertinya kedatangannya tidak disadari. Perlahan tangannya terulur hendak menyentuh pundak orang itu. Namun, detik kemudian tangan Yuna ditarik dan dipelintir.

"Aduh-aduh ...."

Semuanya terjadi sangat cepat. Bahkan saat ini posisi Yuna sudah menghadap tembok dengan tangan kanan di belakangnya.

"Ini Yuna, Kak!" pekik Yuna membuat seseorang yang menahan tangan kanannya tadi membelalak terkejut.

"Y-Yuna?!" Heeseung segera melepaskan cengkeramannya. "Maaf-maaf, gue refleks tadi," ucapnya lalu meraih tangan gadis itu kembali dan mengusapnya lembut.

Yuna hanya menghembuskan napasnya pelan. "Iya gapapa, aku juga salah tadi gak nyapa dulu," ujarnya.

"Sakit banget ya?" tanya pemuda itu khawatir. Yuna hanya menggeleng dan menarik tangannya pelan.

Heeseung terdiam cukup lama sebelum ia menyadari sesuatu. "Lo ngapain ke sini? Bukannya lo tahu ya gang ini tuh rawan sama preman?"

"Tadi aku gak sengaja lihat ada orang di sini, yaudah aku samperin, eh taunya Kakak."

"Bagus itu gue! Gimana kalau preman yang biasa di sini coba?!" omel pemuda itu.

Yuna terdiam. Ia tidak memikirkannya sejauh itu. "Maaf," ucapnya menyesal.

Heeseung menghela napas. "Gak perlu minta maaf."

Yuna mengangguk. "Kakak sendiri kenapa tadi jongkok di sini?"

"Ah itu ...." Heeseung menunjuk sepatunya. "Tadi gue lagi ngikat tali sepatu yang lepas," jawabnya.

Yuna mengernyit. "Kok di sin—oh iya yah! Rumah kakak kan dekat sini," jelasnya heboh sendiri.

Menganggap tingkah Yuna lucu, Heeseung jadi tersenyum. "Yah, meski gue juga jarang lewat sini sih."

Yuna manggut-manggut.

Masih dengan senyuman yang terpatri di wajahnya, Heeseung menatap Yuna. "Gue tahu lo itu keingintahuannya besar, tapi kalau bisa jangan keseringan ya? Apalagi kalau sendirian, kan bisa aja yang lo samperin itu bahaya."

Yuna hanya diam mendengarkan lalu kemudian mengangguk.

"Nah gitu dong!" Tangan Heeseung terangkat hendak mengelus rambut Yuna. Namun dengan spontan gadis itu menarik diri membuat tangan Heeseung terdiam di udara.

Menyadari apa yang dilakukannya, Yuna jadi melirik Heeseung canggung. "Eh, itu ... aku belum keramas, jadi takut rambut aku bau, hehe," ringisnya kemudian.

Meski awalnya pemuda itu agak terkejut, senyum di bibirnya kembali mengembang.

Yuna ikut tersenyum kikuk.

Sejujurnya tadi ia berbohong. Yuna tentu saja sudah keramas. Akan tetapi, ia tidak tahu kenapa respons tubuhnya menghindar seperti tadi.

Namun, tebakannya adalah ...

Karena ia sudah menyadari arti sesungguhnya dari semua perlakuan Heeseung padanya.

💜❤💜❤

up : 27-11-22

EN- Yeen (EN- Fanfic) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang