"Sunoo kenapa sih, Kak?"
Sunoo kini terbaring di ranjang pesakitan dengan jarum infus yang menancap di punggung tangannya. Lengan kanannya pun sudah di perban, begitu juga dengan dahinya.
"Kak!" Yuna mengguncang tubuh Sunghoon yang duduk di sampingnya. Sejak tadi pemuda itu hanya termenung dan memandangi kunci motor saja.
Sunghoon sontak menoleh. "Kenapa? Ada apa?" tanyanya cepat. Menyadari mata Yuna berkaca-kaca, ia langsung menarik gadis itu ke dalam pelukannya. "Tenang aja, Sunoo gapapa kok."
"Kalau gapapa dia gak bakal pingsan gini …." Yuna akhirnya menangis juga.
"Udah, tenang aja." Sunghoon menepuk punggung Yuna perlahan sambil sesekali mengelus pucuk rambutnya lembut. Ia tahu betapa khawatirnya gadis itu sekarang. Bagaimanapun juga, Sunoo merupakan sosok yang berarti baginya.
Yuna melepaskan pelukannya lalu mengusap matanya pelan. Ia melirik Sunoo yang masih betah memejamkan mata. "Gimana ceritanya sih dia bisa luka-luka gini?"
Sunghoon menyodorkan kunci mobil padanya. "Kayaknya Sunoo bawa motor gue ke sini."
"Ha? Dia kan gak bisa bawa motor!" Yuna beralih memandang kesal. "Ck, nekat banget sih ni anak!"
"Itu dia." Sunghoon melirik adiknya sebelum menghembuskan napas. Masalahnya Sunoo baru belajar motor, itu pun motor biasa. Motor Sunghoon terlalu berat untuk Sunoo yang belum lancar. Apalagi melihat keadaan sekarang, sepertinya Sunoo membawa motor itu dengan terburu-buru. Jadi, besar kemungkinan ia mengebut tadi.
Entah bagaimana ceritanya sampai-sampai di lukanya terdapat pecahan beling juga.
Saat keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing, Sunoo perlahan tersadar dari pingsannya.
"L-loh, kenapa gue—"
Belum sempat ia melanjutkan ucapannya, Yuna langsung memeluknya. "Akhirnya lo bangun juga!"
"Y-Yu-Yun, tangan gue!"
"Eh, maaf-maaf." Ia merenggangkan pelukannya. "Lo gapapa?"
Sunoo mengangguk. "Gue ngagetin ya?"
"Iyalah!" Yuna mengeplak lengannya sebal.
"Sakit, Yun!" Sunoo melotot kesal.
"Maaf! Gue lupa." Yuna mengusap lengan Sunoo yang ia pukul barusan sambil meringis. "Sakit banget ya?"
"Yaiyalah! Gila lo," sungutnya.
Sunghoon yang sejak tadi hanya diam mengamati, akhirnya bersuara. "Lo jatoh dimana tadi?"
Keduanya spontan menoleh. Tak lama, Yuna beralih menatap Sunoo, ikut penasaran juga.
"Siapa bilang gue jat—" Tatapan Sunghoon menyorot tajam ke arahnya. "—di pembuangan sampah deket sini." Sunoo menggaruk lehernya kikuk.
Yuna mengendus-endus. "Pantesan dari tadi gue nyium bau aneh."
Sunoo meliriknya sebal.
Menganggap Sunoo lucu, Yuna mengacak-acak rambutnya. "Bercanda kaleee!"
"Ish, rambut gue, Yuna!" Sunoo berusaha merapikan rambut kembali.
Sunghoon bangkit. "Tunggu sini."
"Mau kemana?" tanya Yuna.
"Jemput Mama." Sebelum melangkah, Sunghoon menyempatkan diri untuk mengacak-acak rambut Sunoo.
"Bang, elah!"
Yuna menatap kepergian Sunghoon. "Mama siapa?" Ia melirik Sunoo. "Mama gue apa mama lo?"
Sunoo lantas menghentikan tangannya yang merapikan rambut. Mengingat ucapan Sunghoon sebelum pergi, ia spontan duduk.
"Mampus, abis gue!"
TBC
❤💜❤💜
KAMU SEDANG MEMBACA
EN- Yeen (EN- Fanfic) ✔
Fiksi PenggemarAnggap aja kalian Yuna, oke? Silakan menghalu ria!! - Per-bab berisi ± 500 word Start : 21-12-21 End : 29-06-23 1# imagine 19/11/23 1# halu 17/05/24 1# en- 02/07/24 1# yeen 24/07/24