"Permisi ... paket!"
Mendengar ketukan pintu serta suara yang familiar, Sunoo sontak menutup buku dan bangkit duduk. Pintu pun terbuka, menampilkan dua pemuda yang berpose sok imut dan di belakang mereka, Yuna menghembuskan napas lelah.
"Ddunoo, kangen sama kita gak?" tanya Jungwon dan Ni-ki kompak.
Sunoo tidak dapat menutupi ketidaksukaannya. Matanya memicing dengan bibir meringis. "Jijik sumpah!"
Ni-ki berlari mendekat kemudian memeluk pemuda yang duduk di atas tempat tidur. "Ddunoo gak kangen sama Iki? Iki kangen loh padahal ...," ucapnya berlagak sedih dengan bibir mengerucut.
Geli dengan tingkah Ni-ki, Sunoo segera menoyor kepalanya agar menjauh. "Jauh-jauh sana!"
"Ih ... kok gitu sih?" Ni-ki tidak mau melepaskan pelukannya.
Sebelum Sunoo kembali mengusirnya, Jungwon menarik Ni-ki dari temannya itu. "Sorry, Ki, yang ini gue gak bisa."
Ni-ki yang sudah diseret mundur, menoleh bingung. "Ap—"
"Jijay!" sahut Jungwon cepat seketika membuat Ni-ki terperangah. "APA?!" Ia memasang ekspresi dramatis sambil menyimpan tangan di depan dadanya.
Sementara mereka sibuk sendiri, Yuna yang sedari tadi memperhatikan dari jauh akhirnya mendekat. Ia menyimpan totebag besar berisi jajanan—titipan dari kakak cantik penggemar Sunoo—ke atas meja sebelum duduk di sisi tempat tidur.
"Itu apaan?" tanya Sunoo sambil menyibak selimut dan pindah ke sampingnya.
Yuna tak langsung menjawab. Ia malah asyik memainkan bulu-bulu karpet di bawah kakinya sampai Sunoo menyikutnya. Gadis itu mengangkat wajah. "Hm?" tanyanya linglung.
Sunoo bungkam dan menatapnya intens.
"Lo kenapa sih?" Yuna tidak nyaman dengan tatapan itu.
"Elo yang kenapa?" Sunoo balik bertanya.
Disaat mereka saling beradu tatap dan menerka isi pikiran satu sama lain, ada Jungwon dan Ni-ki yang ikutan tegang di antara mereka. Keduanya bertukar pandang lalu saling memberi kode untuk keluar dari sana.
Ni-ki berdeham keras. "Duh, kok gue mendadak haus ya?" Ia melirik Jungwon membuat pemuda itu segera berdeham juga. "G-gue juga nih. Minta minum ke bawah yuk!"
"Oke!" Ni-ki menyahut cepat lantas menarik Jungwon keluar. "Kita ke bawah dulu ya gaes!" ujarnya kemudian menghilang di balik pintu.
Mereka berdua tidak mengetahui kalau Sunoo dan Yuna terlalu sibuk untuk menyadari akting buruknya barusan. Seolah-olah sedang berkompetisi, keduanya tidak melepaskan matanya dari satu sama lain. Sampai akhirnya Sunoo menyerah dan membuang muka.
"Terserahlah."
Mendengar itu, ada riak samar di mata Yuna. Ia memandangnya sejenak sebelum melirik perban yang melingkar di lengan pemuda itu. Tak lama, ia pun kembali menundukkan wajah. "Yaudah," sahutnya pelan. Diam-diam, ia meremas ujung roknya.
Atmosfer yang mengelilingi mereka terasa berat. Mereka memang duduk bersebelahan, namun sama sekali tak ada yang berniat untuk membuka pembicaraan. Tidak, jangankan bicara, untuk saling melihat saja sepertinya mereka enggan.
Beberapa saat waktu berlalu, tetapi mereka tetap sibuk dengan pikirannya masing-masing.
"Gak bisa gini ...," gumam Sunoo. Ia menoleh lalu menarik tangan Yuna. "Sebenernya ada apa sih?" tanyanya sambil menangkup tangan Yuna dengan kedua tangannya.
Yuna membelalak. Beberapa saat kemudian, air matanya tumpah.
TBC
❤💜❤💜
Kenapa nangis, Yun?
KAMU SEDANG MEMBACA
EN- Yeen (EN- Fanfic) ✔
FanfictionAnggap aja kalian Yuna, oke? Silakan menghalu ria!! - Per-bab berisi ± 500 word Start : 21-12-21 End : 29-06-23 1# imagine 19/11/23 1# halu 17/05/24 1# en- 02/07/24 1# yeen 24/07/24