37. Not Yet

42 8 0
                                    

"Yun, gue boleh minta tolong? Nanti kalau Jay nawarin berangkat bareng, lo tolak ya?"

Yuna memasuki gedung sekolahnya dengan langkah berat. Mengingat ucapan Sunghoon, entah kenapa ada sedikit ketidaknyamanan di hatinya. Terlebih, tadi adalah pertama kalinya mereka berbicara setelah kecelakaan kemarin. Selain itu, Yuna juga menangkap makna lain dari permintaannya tersebut.

Sunghoon ingin menjauh darinya.

Yuna mengetahui alasannya, ia juga mengerti kenapa pemuda itu menginginkannya. Tentu saja, ia akan menurutinya. Namun, ia tidak dapat membohongi perasaannya sendiri. Terus terang, Yuna agak sakit hati. Akan tetapi, ia tidak dapat berbuat apa-apa. Karena ironisnya, ia pernah melakukan hal yang sama terhadap Sunghoon. Oleh karena itu, ia tidak berhak protes. Semua ini hanyalah hasil dari perbuatannya dan ia layak mendapatkannya.

Wajah Sunghoon kembali terbayang di benaknya. Yuna menghentikan langkah, kembali menurunkan pandangan pada surat yang dipegangnya. Ia bungkam cukup lama sampai sebuah pertanyaan terlintas di pikirannya. Apa ia menyukai Sunoo? Yuna menghela napas. Sebenarnya tidak membutuhkan waktu lama untuk menjawab pertanyaan itu.

Tentu ... tentu saja, ia menyukainya. Mereka susah saling mengenal sejak kecil. Selain sebagai sahabat, Sunoo sudah ia anggap sebagai saudaranya sendiri. Akan tetapi, jika pertanyaannya adalah menyukai sebagai lawan jenis ... jawabannya akan berbeda. Yuna tidak tahu, ia belum bisa menjawabnya.

"Yun!" Tepukan di pundaknya segera menarik lamunannya.

Jungwon sudah berdiri di sampingnya. "Lo sekolah? Sunoo bilang katanya lo kecelakaan kemaren."

Yuna mengelus lehernya canggung sebelum mengangguk. "Tapi gue gapapa," sahutnya dengan senyum samar.

Alis Jungwon terangkat sebelah. "Sunoo mana?" tanyanya saat menyadari gadis itu hanya sendirian.

Tanpa disadari, Yuna meremas surat ditangannya. Ia mengangkat kepalanya. "Sunoo gak cerita apa-apa?"

"Tentang?"

"Kecelakaan kemarin."

Jungwon mengerjap sembari menggaruk keningnya. "Kecelakaan lo kan?"

Yuna spontan menggeleng. "Selain itu maksud—"

"Big news! Big news!" Ni-ki berlarian dari ujung koridor. Berhenti di depan kelas, ia menatap Yuna dan Jungwon bergantian dengan napas yang memburu.

"Lo tahu apa yang gue lihat barusan?"

"Apaan?" tanya Jungwon.

"Tadi gue lihat Kak Sunghoon di-gips dong tangannya!" seru Ni-ki dengan mata yang melotot. "Ter—"

Jungwon menghela napas lantas menyentil kening Ni-ki membuatnya berteriak kesakitan. "Lo baca grup gak sih? Sunoo kan udah cerita kalau kakaknya kecelakaan kemarin."

Ni-ki mencebikkan bibirnya kesal. "Gue baca lah!"

"Ya terus? Disitu juga Sunoo jelas-jelas bilang tangan kakaknya cedera. Kenapa lo heboh sekarang?"

Kini Ni-ki yang menyentil kening Jungwon. Belum sempat pemuda itu protes, Ni-ki segera menjelaskan, "Tadi itu gue belom selesai! Makanya dengerin dulu, jangan maen sentil aja!"

Jungwon hanya dapat menelan sumpah serapahnya sambil mengelus dahinya yang memerah. Sedangkan Yuna yang sejak tadi hanya mendengarkan, diam-diam tersenyum melihat mereka.

"Jadi gue mau bilang ... Kak Sunghoon yang tangannya di-gips tadi malah bawa buku paket segunung. Gila kan?"

"Ha?" Yuna mengernyit.

"Kan? Kan? Parah banget kan?!"

"Kalau gitu lo kenapa gak bantuin sih?" tanya Jungwon heran.

"Kan gue—"

Yuna menarik tangan Ni-ki. "Dimana lo lihatnya tadi?"

"D-di lapangan."

Yuna memberikan surat izin Sunoo kepada Ni-ki lalu berbalik pergi, membuat kedua pemuda yang ditinggalkan saling beradu pandang dengan wajah bingung.

TBC

❤💜❤💜

Sebelum ke bab selanjutnya, boleh dong tekan bintang di pojok kiri dulu hihi

Buat yang udah, terima kasih ya 😊

EN- Yeen (EN- Fanfic) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang