"Gue sayang banget sama lo. Bukan sebagai sodara, tapi lo sendiri ... seorang Park Sunghoon, pacar gue." Yuna menunjuk pemuda itu dengan telunjuknya.
Sunghoon terkesiap dengan pengakuan mendadak dari Yuna. "Itu—"
"Tapi sekarang gak lagi," lanjut Yuna tak lama setelahnya sambil menurunkan tangan, membuat Sunghoon kembali menutup mulut. Diam-diam, Sunghoon tersenyum miris. Rasanya lucu mengingat ia sempat berharap lagi tadi, padahal sudah jelas kalau hal tersebut mustahil. Akhirnya ia kembali kecewa atas ekspektasinya sendiri.
"Awalnya gue gak mau ngejauh, tapi ...." Yuna terus menjelaskan.
Keadaan yang memaksa Yuna berlaku seolah-olah mereka belum putus, membuatnya harus membangun tembok tinggi-tinggi di hatinya. Ia tidak mau—tidak, lebih tepatnya tidak boleh jatuh hati lagi. Oleh karena itu, saat Sunghoon bilang bahwa ia akan memperjuangkan lagi hubungannya, Yuna memilih menjauh. Ia tidak boleh goyah kembali oleh pesona Sunghoon. Ia harus melakukannya, meskipun tahu kalau apa yang diperbuat akan membuat pemuda itu terluka.
Akan tetapi, siapa yang menyangka kalau semua itu akan membawa mereka ke kecelakaan kemarin. Yuna menundukan kepalanya. "Maaf, Kak. Lo celaka karena keegoisan gue."
Sunghoon memandang Yuna dalam diam dengan ekspresi rumit. Ia menghembuskan napas lalu beranjak duduk di samping gadis itu.
"Sejak awal gue gak pernah nyalahin lo, Yun, lo gausah minta maaf. Lagian dari semua kesalahan yang lo sebut, gue juga ikut andil di situ." Sunghoon menyentuh bahu Yuna membuat gadis itu menoleh. "Gak perlu ngerasa bersalah gitu, lo tenang aja," ujarnya sambil tersenyum simpul.
Yuna memandangnya cukup lama dengan berbagai pemikiran yang terlintas. "Kak, lo ...." Detik kemudian, ia bangun dan menunjuknya marah. "Lo jangan senyum-senyum kaya gitu dong! Lo harusnya marah, maki-maki gue! Atau ... sekalian lo jauhin gue." Yuna sungguh tidak habis pikir dengan pemuda yang menatapnya bingung itu. "Dikira lo keren kali begitu," gumamnya sebal sendiri.
Sunghoon yang mendengar gumaman tersebut mau tak mau menyengir, merasa lucu. "Gue emang keren kali ... baru sadar lo? Bukannya dulu lo macarin gue karena gue keren ya?"
Yuna memasang ekspresi jijik. "Dih, geli banget gue dengernya!"
Sunghoon tergelak akan respon Yuna. Tak lama, gadis itu pun ikut tertawa.
"Tapi gue beneran serius sama apa yang gue bilang tadi, kalo misalnya lo mau ngejauh juga gapapa kok. Gue bakal ngerti," ucap Yuna yang sudah duduk kembali di ranjang seberang.
Sunghoon yang masih menyisakan senyuman di bibirnya, jadi termenung. "Hm ... terus terang gue emang niat gitu sih awalnya."
Yuna refleks mengangguk. "iyalah, emang harusnya—eh, apa?" Ia dibuat melongo dengan jawaban Sunghoon. Meskipun ia telah menebaknya sejak awal, tetapi mendengarnya langsung seperti ini sungguh mengejutkannya.
"Pengecut banget ya gue?" Sunghoon menarik sudut bibirnya samar dengan tatapan menerawang.
Yuna segera menggeleng. "G-gak kok, siapa bilang?"
Sunghoon tersenyum tipis, cukup senang karena Yuna membelanya meskipun dengan cara seperti ini. "Tapi kayaknya gajadi sih," lanjutnya kemudian menatap Yuna lekat. "Lagian, mau gue ngejauh ataupun nggak, kenyataannya gak bakal ada yang berubah kan?"
Yuna tertohok. Ia mengerti menuju kemana arah pembicaraan ini. "Anu ... Kak, soal itu, sebenarnya gue belum tahu."
Sunghoon mengangkat sebelah alisnya seolah-olah tidak mengerti. "Hm?"
Yuna mengangkat wajah. "Itu ...." Tidak sengaja mata mereka bertemu. "Ah, sorry-sorry, lupain aja yang gue bilang tadi." Ia tersenyum samar. Diam-diam bernapas lega karena tersadar beberapa saat sebelum ia berbicara. Jahat banget gue kalau ceritain ini ke lo, Kak.
Ia bangkit. "Udahlah, gue mau balik ke kelas. Makasih ya, Kak, udah dengerin semua penjelasan gue." Yuna pun melenggang pergi.
Sunghoon bungkam dan hanya memandang Yuna yang hampir mencapai pintu. Cukup lama ia berpikir sebelum akhirnya ia membulatkan tekad. "Yuna," panggilnya kemudian
"Kenapa, Kak?"
Tangan kanannya perlahan mengepal. "Mau sampai kapan lo—" ngelak perasaan lo sendiri? Sunghoon membuka kepalan tangannya. "—bawa handuk itu?" tanyanya sambil menunjuk handuk yang dibawanya.
Yuna mengerjap. "Ah, lupa!" Ia kembali dan menyimpan handuk tersebut di atas meja. "Hampir aja gue kena amuk Kak Jay. Thanks ya udah ngingetin. Yaudah deh, gue duluan!" Yuna memberikan cengirannya sebelum berbalik dan pergi meninggalkan UKS.
Cukup lama Sunghoon memandang udara kosong, sampai akhirnya ia kelelahan dan merebahkan diri sambil menutup mata dengan lengannya.
Berakhir sudah. Yuna bukanlah gadis yang ia sukai lagi, kini telah berganti menjadi mantannya saja. Yah ... memang sudah seharusnya begitu sejak awal—ia saja yang serakah.
Beberapa saat kemudian, satu kata umpatan yang telah lama ia tahan pun keluar dari mulutnya.
TBC
❤💜❤💜
Pukpuk buat Sunghoon (っ◞‸◟c)
KAMU SEDANG MEMBACA
EN- Yeen (EN- Fanfic) ✔
FanficAnggap aja kalian Yuna, oke? Silakan menghalu ria!! - Per-bab berisi ± 500 word Start : 21-12-21 End : 29-06-23 1# imagine 19/11/23 1# halu 17/05/24 1# en- 02/07/24 1# yeen 24/07/24