5.Sekolah

7.6K 525 1
                                    


Pagi ini Evan sudah siap dengan seragam putih abunya, meskipun sudah di bilang tidak pagi karena sudah jam setengah sembilan ya biarlah Evan kan ganteng jadi terserah Evan.

Tanpa sarapan dan tanpa mengucapkan apapun Evan langsung saja pergi ke sekolahnya bersama ke empat sohib seperjuangan bolosnya.

Sebenernya tuh Evan punya motor, tapi motornya masih di restoran tempat dia bekerja karena Dokter gadungan itu yang membawa Evan dan meninggalkan Motor dan Hp Evan di tempat kerjanya. Jadi terpaksa hari ini Evan nebeng dulu sama Sansan, entar pulang sekolah baru Evan ambil sambil lanjut bekerja  walaupun Evan tidak yakin bosnya akan tetap mempertahankan Evan alian di pecat.

Kini Evan dan sahabatnya sudah ada di dalam kelas, berbincang sebentar sebelum masuk kelas, tapi beda dengan Evan, hari ini dia terlihat sangat pendiam dan murung, tidak bisanya dia seperti itu.

"Eh Van lo kenapa dah diem-diem bae kaya ayam lagi bertelur," ujar Eyres.

"Otak lo kayaknya ketinggalan di toilet deh Res, si Evan lagi jadi anak baik malah di samain sama ayam, kena ajab pirgous entar lo."

Semua teman-teman Evan tertawa, kecuali Evan yang memang dia sedang tidur, jangan 'kan tertawa perutnya saja sangat sakit seperti di tusuk tusuk.

"Heh mana ada anak baik kaya gue kena ajab hah? Gak ada ceritanya."

"Anak baik anak baik pala lo, anak begajulan kaya lo mau di bilang baik nyebut oy nyebut," ejek Abi sambil menepuk kepala Eyres.

"Iya uang jajan masih minta sama emaknya pengen di bilang baik, mana mintanya sambil menja manja lagi ih Jijik," ucap Sansan.

"Itu namanya."

"BEBAN KELUARGA,"ucap semuanya.

"Eh eh eh, pagi-pagi udah ribut aja, duduk di bangku kalian masing-masing bapak mau mulai pelajarannya," ucap guru yang baru saja datang ke kelasnya.

"Loh bapak kok udah ada di sini, jam masuk 'kan masih lama pak?," Tanya Abi.

"Percuma kaya kalo jam aja gak punya," dumel guru itu, tapi masih di dengar oleh seisi kelas.

"Yeh si bapa gak tau aja, bapak saya itu punya pabrik jam pak ngeremehin."

"Ya udah terserah kamu aja, sekarang buka buku kalian kita lanjut bahas yang Minggu kemarin."

"Eh itu Alan bapak minta tolong bangunin Evan, bapak mau ngebahas materinya," guru itu menunjuk Alan yang ada di sebelah Evan.

"Jam segini kok masih tidur, kalo gak niat sekolah udah keluar aja gue ikhlas kok," ucap salah satu laki-laki yang bangkunya tepat di sebelah bangku Evan dan Alan namanya Rangga. Catet okey namanya Rangga Wijaya, orang yang paling songong se sekolah dan orang yang suka pamerin kekayaan orang tuanya.

"Congor lo minta gue tonjok kali ya?," Sindir Abi kepada Rangga. selama bersekolah di sini dan sekelas dengan Rangga Abi, Eyres, Sansan, Alan dan Evan itu sangat bermusuhan dengan Rangga, bukan mereka yang mencari musuh tapi si Rangga nya yang sering sok berkuasa dan di tambah dengan kesongongannya. Berbeda jika dia di rumah, dia bahkan sering bermanja-manja. Memang dia punya muka dua

"Seharusnya yang keluar itu lo Rangga, percuma lo hidup kalo mau sombong, mana sombongnya pake duit orang tua lagi, malu-maluin banget," balas  Eyres tidak kalah dengan Abi.

Semua yang ada di kelas tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Eyres.

Brakk!!

"Apa lo, mau ribut sama gue hah?!," Teriak Rangga yang tersulut emosi.

"Apa?! lo pikir gue gak berani sama orang kaya lo hah?!," Ucap Eyres yang langsung berdiri.

"Eh eh, kenapa jadi pada ribut sih hah? Rangga, Eyres duduk kalian, biar bapak yang membangunkan Evan."

Rangga dan Eyres hanya menurut saja, mereka duduk di bangku masing-masing tapi mata mereka saling memandang dengan kilatan amarah yang begitu menyeramkan seolah ingin memakan satu sama lain.

Sedangkan pak guru langsung saja mengguncang tubuh Evan dengan kasar.

"Eh pak kalo bangunin temen saya pelan-pelan dong, kalo dia geger otak gimana bapak mau tanggung jawab?," Ucap Abi.

"Lebay kamu."

"Evan, Evan bangun bapak mau mulai pembelajarannya."

Sudah beberapa menit pak Guru terus membangunkan Evan tapi tidak ada pergerakan sama sekali dari Evan.

"Eh bentar deh pak, kayaknya ada yang aneh," ucap Sansan memberhentikan tangan guru itu yang terus memukul pelan tangan Evan.

"Lan lan, coba lo angkat badannya," ucap Sansan.

Alan yang merasakan hal yang sama pun langsung mengangkat tubuh Evan menyandarkan kepala Evan di dada bidangnya, dan telihat lah wajah Evan yang pucat dengan keringat yang membasahi wajahnya.

"Van, Evan," Alan mencoba membangunkan Evan yang masih menutup matanya.

Hingga terdengar ringisan kecil terdengar oleh Alan yang menahan tubuh Evan sepenuhnya.

"Bang pelut Evan sakit banget," lirih Evan, tangannya tidak berhenti menekan dan meremas perutnya.

Tanpa berpikir panjang Alan langsung menggendong Evan ala koala karena selain tubuh Evan yang kecil Evan juga mempunyai berat badan yang sangat ringan jadi sangat mudah untuk Alan gendong seperti anak kecil berusia lima tahunan.

"Ke rumah sakit sekarang," ucap Alan kepada Eyres, Sansan dan Abi.

Mereka yang mengerti pun langsung menyusul Alan dan Evan, tidak termasuk Abi, dia malah membawa dulu tas Evan dan Alan.

"Pak pak pak kita izin dulu ya, oh ya satu lagi saya pinjem mobil bapak cepetan pak cepetan entar saya ganti sama yang bagus cepetan pak," ucap Abi, dan guru itupun langsung memberikan kunci mobilnya. Setelah mendapatkannya Abi langsung berlari menyusul ke parkiran.
________

"Kita mau bawa pake apa?," Tanya Sansan yang sudah mulai panik.

"WOY SINI!!," Abi berteriak dari sebelah kanan mereka.














__________________***_________________

Bay sampai ketemu di part selanjutnya.
Jangan lupa VOTE dan KOMEN.

PANGERAN CADEL [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang