Lebih dari tiga puluh menit Alden terdiam duduk di atas kasurnya menunggu Evan selesai mandi, tapi hingga kini Evan belum juga keluar.Dug
Dug
DugAlden menggedor pintu toilet dengan kencang.
"Evan buruan kamu keluar, entar masuk angin kalo kelamaan di kamar mandi."
"Bental gue balu gosok gigi," balas Evan dari dalam kamar mandi.
"Eh anak tuyul kamu dari tadi ngapain aja sih, udah tiga puluh menit baru gosok gigi mau cari penyakit kamu?."
"Bental ih, bawel banget jadi olang."
"Iya buruan, gue udah laper."
"Ya makan lah, mana ada olang lapel curhat."
"Gue nungguin anak tuyul selesai semedi dulu, dah buruan entar saya pingsan lagih."
"Lebay lo, sini mana baju gue," tanpa memberi aba-aba Evan langsung membuka sedikit pintu kamar mandi dan hanya mengeluarkan kepalanya saja.
"Nih." Alden memberikan satu stel baju kepada Evan.
Setelah menunggu Evan selesai mengganti baju, Aldepun membawa Evan ke ruangan bawah untuk sarapan.
"SETAN!"
Tapi saat di depan meja makan Evan langsung ngacir ke ruang santai, dia langsung menyusupkan kepalanya ke bawah meja.
"Nih anak ya, eh ngapain sih di situ cepet kita sarapan udah siang ini." Alden menghampiri Evan dan menarik tangan Evan.
"Nggak, gak mau udah lo aja sana gue takut di sana ada setannya," Evan menggelengkan kepalanya.
"Kenapa lo takut sama setan? Lo 'kan anak tuyul jadi lo termasuk setan dong ahahah udah cepet kita sarapan udah siang nih."
"Sialan lo, gue gak mau di sana ada setan."
"Cepet ah gak usah lebay entar keburu siang," Alden menarik tangan Evan, tapi anak itu malah berpegangan ke sisi meja.
"Nggak."
"Cepet."
"Nggak gue takut."
"Evan."
"Nggak."
"Kamu kenapa sih hah? Ketimbang di suruh makan aja gak mau, masih syukur kamu bisa makan daripada di luaran saja banyak yang gak bisa makan."
Evan langsung emosi dengan apa yang di ucapkan Alden barusan, dia tau di luaran sana banyak yang tidak bisa makan karena masalah ekonomi dan Evan salah satunya.
Evan langsung bangkit dan menghadap ke arah Alden, manatapnya serius.
"Gue tau, gue tau betul, gak usah lo kasih tau juga gue udah tau dan itu yang gue alamin selama ini, puas lo hah?!."
"Kenapa kamu jadi marah-marah gini sih, saya kan cuma ngajak kamu makan apa sal---"
"GUE GAK SUKA NASI ANJING!!."
"Dan stop maksa gue buat makan, kalo lo mau makan sana lo makan, makan sampai pelut lo buncit."
"Di sana ada roti lo bisa makan itu."
"Gak gue gak mau, bosen tiap hali makannya loti entar kalo gue lembek lagih," Evan memalingkan wajahnya.
"Di dapur ada bubur cepat saji, sama sereal kamu pilih salah satunya."
"Gue gak suka bubul sama yang namanya selial selial itu."
"Ya terus lo mau makan apa?," Tanya Alden yang sudah pasrah dengan kelakuan Evan.
"Bakso."
"Gak, ini masih pagi," tolak mentah-mentah Alden.
"Chiken geplek."
"Gak itu pedes gak baik buat lambung kamu, ciken biasa aja."
"Gak gue mau chiken geplek yang pedesnya level sepuluh."
"Yang lain."
"Mie."
"Ng---"
"Ya udah gue gak mau makan, sana lo pelgi," Evan langsung terduduk di lantai dengan tangan yang di silangkankan di depan dada, dan bibir yang di monyongkan.
"Okey saya bikinin, cepet ke meja makan," titah Alden kepada Evan yang berada di bawahnya.
"Nggak gue mau makan di sini."
"Ke meja makan Evan, entar karpet saya kotor."
"Ya udah gue mau di kamal aja," Evan langsung berdiri, tapi baru saja kakinya akan melangkah tangannya di tarik oleh Alden.
"Nggak di sini duduk, saya bikinin dulu mie nya."
Evan tersenyum penuh kemenangan, akhirnya makanan yang dia inginkan dari beberapa hari itupun bisa Evan makan.
________Setelah mie yang Alden masak sudah matang dia langsung membawa dua piring mie goreng dengan dua gelas air putih ke ruang tamu.
Di ruang tamu Alden melihat Evan yang sedang menonton tv, dia duduk di atas lantai yang beralaskan karpet bulu lembut, sangking asiknya Evan tidak menyadari kehadiran Evan.
"Nih makan," Alden menyimpan nampan itu di atas meja.
"Ke siniin," titah Evan kepada Alden, padahal jarak meja dengan Evan sangat dekat.
"Nih," Alden menyodorkan piring itu ke depan muka Evan.
Mata Alden yang sedang fokus ke tv pun langsung menatap Alden sinis karena menyodorkan piring yang berisi mie itu tepat di depan matanya sehingga menganggu penglihatannya.
"Gak sopan," ucap sinis Evan sambil menarik mie itu dari tangan Alden.
"Kamu yang gak sopan, udah di buatin mie, malah sewot lagi sama saya, bilang makasih kek."
"Ogah lo aja ngebuatinnya kaya gak ikhlas gitu."
"Dasar anak tuyul."
"Lo babi."
"Serah."
"Abis sarapan saya mau langsung ke rumah sakit lagi, gak lama kok, lo tungguin di rumah anteng-anteng awas aja kalo bandel saya rantai kamu," ancam Alden kepada Evan, tapi Evan malah asik dengan tv dan makananya.
"Van," panggil Alden karena tidak mendapat respon dari Evan.
"Iya," jawab singkat Evan.
"Lo dengerin saya gak sih?."
"Dengel," ucap Evan, tapi matanya masih fokus ke layar tv
"Abisin makannya, gue mau berangkat, awas kalo bandel saya rantai kamu," ucap Alden di depan Evan.
"Iya ih awas lagi selu itu," ucap Evan.
"Iya."
Cup
Satu kecupan berhasil mendarat di kening Evan membuat tubuh Evan menegang seketika, jujur baru kali ini dia di cium lagi setelah Bundanya pergi untuk selama lamanya.
"Kenapa bengong? Lanjut lagi, gue berangkat," Alden mengusap rambut Evan dan mengusaknya sehingga rambut Evan berantakan lagi.
"Iya udah sana ah, ganggu aja."
"Assalamualaikum."
______________________________________
Hehe lama banget ya aku gak up
Ya udah selamat menikmati part nya ya semoga kalian suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
PANGERAN CADEL [END]✓
Teen FictionDia milik ku. Dia milik kita. Dia milik kami. Dia untuk kita semua. Si nakal yang tidak tau apa yang namanya aturan, suka membantah, sering ngomong kasar tapi gak bisa nyebut R dan melakukan sesuatu dengan sesuka hatinya. Suka kabur dari rumah, bolo...