22.kue dan donat

1.5K 115 1
                                    

"Kenapa sih kamu harus marahin Rangga segala? Kan bisa di bicarakan baik-baik, lagian kamu juga tau kan kalo Rangga dari dulu paling gak bisa yang namanya di bentak kaya tadi," ucap Ayah Rangga kepada Alan.

Sedikit informasi, jadi di rumah Alan ini bukan hanya keluarga Alan saja tapi semua keluarga besar keluarga Alan tinggal di rumah ini, itu semua atas perintah kakek dan nenek Alan.

"Udah lah Jon, namanya juga anak-anak wajar lah kalo mereka berantem kaya tadi," ucap Shandy selaku kakak dari Gisan dan ayah dari Alan.

"Ini itu udah di luar kata wajar kak, anak kakak udah bentak-bentak Rangga kaya tadi, kakak juga liat kan tadi Alan hampir saja menampar Rangga kalo aku gak cegah dia."

"Maaf," ucap Alan yang langsung meminta maaf. Alan mengaku salah, tapi itu semua hanya ketidak sengajaan Alan saja karena tersulut emosi saat melihat tingkah Rangga yang menurutnya kekanak-kanakan.

"Bagus lah kalo kamu sadar dengan apa yang kamu perbuat tadi," ucap Jhonny sinis.

"Rangga juga tidak mau meminta maaf?" Tanya Shandy menatap Rangga.

"Buat apa? Orang Abang sama anak sialan itu yang salah bukan Rangga."

"Kau ingat Rangga? Anak yang kamu panggil anak sialan itu anak ayah, meskipun dia buka keluarga asli kita tapi nama Evan sudah tercantum di kartu keluarga ayah, dan sudah terdaftar jadi pewaris harta ayah dan kakek," ucap Shandy lembut.

"Gak aku gak mau, orang asing tetap saja orang asing."

"Kurang ajar!! Lihat saja apa yang akan aku lakukan sama anak sialan itu karena sudah merenggut sebagian warisan Opa dan mengambil perhatian keluarga Shandy dari Rangga."
_______

"Al, kila-kila si Salwa udah pulang belum ya jam segini?" Tanya Evan kepada Alden.

"Belum kayaknya."

"Punya nomol hp nya gak Al?"

"Punya, mau?" Tawarnya.

"Mau, mau, mau, mana," Evan terlihat sangat senang saat akan di kasih nomor Salwa oleh Alden.

"Tapi ada syaratnya," ucap Alden.

"Apa?"

"Panggil saya dengan sebutan Abang."

"Abang minta nomol hp pacal Evan boleh?" ucap Evan dengan nada yang sedikit manja.

"Boleh nih," ucap Alden langsung menyodorkan hpnya.

"Yes, makasih."

"Emmm dasar yang mau pacaran, mukanya langsung berubah jadi ceria," sindir Abi.

"Biasa anak muda," ucap Eyres.

"Ah ah ah ah, akhilnya ku dapet juga." Ucap Evan bernyanyi, tapi tangan dan natanya terus tertuju pada hpnya yang menyala.

"ah ah ah ah, nomor wa si dia."

"ah ah ah ah, kita pun saling bicala," Evan terus bernyanyi saat pesannya di balas oleh sang kekasih

"ah ah ah ah, dunia seakan milik berdua," balas Eyres, Sansan, dan Abi berbarengan.

"kita belcanda dan teltawa, kau buat aku bahagia, hingga entah  mengapa tiba-tiba belbeda."

"kenapa S lagi S lagi S lagi, kok gak LL LL."

"Inget napa pacar kamu siapa Van," ucap Abi.

"kenapa S lagi S lagi S lagi, kok gak LL LL."

"Heh, Abang kasih tau pacar kamu ya biar tau rasa ya."

"kenapa kamu tiba tiba tiba tiba kok belbeda?"

"Beda apanya, kamu yang beda, udah punya pacar kok mau yang lain."

"apa ada yang salah dari yang ku bilang."

"ooh mengapa."

"Gak bisa nyebut R aja mau sok-sok an nyanyi, bikin sakit kuping aja tau gak," ucap Rangga tiba-tiba, entah datang dari mana Rangga sudah ada di dalam kamar Alan.

Seketika kebahagiaan Evan luntur saat itu juga, Evan cukup heran kenapa orang ini selalu saja menganggu kebahagiaanya, Evan begini di omongin, Evan begitu di omongin.

"Bunda!" Ucap Evan saat melihat sang bunda masuk ke dalam kamar bersama Shandy.

"Bungsu bunda ini kenapa sih Hem? Kok tadi pas bunda dateng ke sini mukanya udah cemberut gitu sih?"

"Gak papa bunda, Evan cuma lapel aja meleka gak kasih Evan makanan," ucap Evan memasang wajah lucunya.

"Ututut anak bunda leper ya, ya udah nih kebetulan tadi bunda abis buat kue mau gak?"

Saat bunda akan mengambil piring yang ada di nakas, tiba-tiba piring itu di ambil duluan oleh Rangga, dan di bawa lari keluar.

"Ini punya gue."

"Hah... Kamu makan nasi aja ya?" Tawar bunda setelah menghela nafasnya. Begitupun Shandy dia memijat keningnya melihat ulah Rangga barusan, padahal sang istri sudah capek-capek buat kue buat Evan eh malah di ambil sama Rangga.

"Gak, Evan mau kue itu," ucap Evan menunjuk ke pintu.

"Kuenya udah di ambil sama Rangga sayang," bunda yang tak tega melihat Evan yang akan menangis langsung mengusap rambut Evan.

"Tapi, tapi hiks bunda pasti capek buat kue nya buat Evan, tapi kuenya di ambil," Evan menangis.

"Gak papa sayang, bunda gak capek kok, kalo kamu mau kue nya lagi bunda buatin ya."

"Jangan, nanti bunda capek lagi, mending yang buatin si Alden aja," Evan langsung melirik Alden dan menunjuknya.

"Sayang, dokter Alden kan tamu, gak baik nyuruh-nyuruh tamu kaya gitu."

"Gak papa bunda, dali tadi dia cuma nyuntik-nyuntik tangan Evan aja gak aja keljaan, mending dia buatin kuenya."

"Itu 'kan udah sebagai kewajiban seorang dokter buat ngobatin pasiennya."

Saat mereka asik bicara, tanpa mereka sadari ada enam orang yang masuk ke dalam kamar mereka tanpa mengucapkan permisi lebih dulu, masing-masing dari mereka membawa kantong kresek yang mereka jinjing.

"Abang," lirih Evan saat melihat ke enam orang itu.

"Nih makan," ucap salah satu dari mereka sambil memberikan kantong kresek yang di bawa.

"Apa?" Tanya Evan, sambil membuka kantong kresek itu.

"Kue manis," ucap Evan, dia langsung melahap kue yang abangnya bawa itu dengan lahap. Semua orang yang ada di sana menahan kegemasannya melihat Evan memakan kue itu dengan lahap, bahkan mulutnya mengembung.

"Bwunwda mw?" Evan menyodorkan kue yang ada di dalam dus.

"Nggak, kamu aja yah," ucapnya.

Setelah menerima jawaban dari sang bunda Evan langsung melahap lagi kuenya hingga habis tak tersisa, mereka hanya menggelengkan kepalanya saja karena hal seperti ini sudah biasa bagi mereka. Evan akan memakan semua makanan yang manis, terutama kue, donat dan sebagainya.

"Kok yang di tawarin cuma bunda sih?" Tanya Shandy.

"Ayah mau? Nih," Evan menyodorkan dus kue yang sudah kosong ke arah Shandy.

"Emang ayah apaan di kasih dus?" Ucap Shandy sebal.

"ABANG!!!! YEYYY ABANG BAWA APA?! INI BUAT RANGGA KAN? SINI," Rangga langsung merebut kantong kresek yang ada di salah satu abangnya.

"Waww donat," ucap Rangga antusias saat melihat isi nya.

"Kok punya dia donat, kok punya gue kue, gak adil banget," batin Evan saat melihat Rangga memakan donat.

"Evan, nanti sore mau jalan-jalan sama ayah gak?" Ucap Shandy saat menyadari Evan murung, sudah tau pasti Evan mau donat itu.

"Ayah Rangga ikut, gak mau tau Rangga harus ikut!"

"ABANG ITU PUNYA RANGGA!!"








___________________________________

Haloo Gaisss.....

Jangan lupa buat vote dan komen ya....

Khusus 10k pembaca dalam waktu satu bulan aku bakalan kasih tau akun pribadi  IG si EVAN yang asli.

PANGERAN CADEL [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang