Motor sport Alden berhenti di depan rumah bertingkat dua yang sudah terbengkalai di tengah hutan, perasaan Alden sudah tidak tenang semenjak orang yang tidak dia kenal mengirim alamatnya, dia ingin sekali cepat-cepat masuk ke dalam untuk menemui Evan, semoga saja orang itu tidak membohongi Alden.Alden berlari sekuat tenaga masuk ke dalam, tapi saat di dalam suasananya sangat menyeramkan sekali, gelap gulita tidak ada pencahayaan sekali. Alden langsung mencoba mencari ke arah barat tapi dia tidak menemukan Evan di sana, dia kembali lagi ke arah selatan tapi masih tidak ada tanda-tanda Evan ada di sana, Alden melihat tangga menuju lantai dua, dia berlari, sesampainya di atas Alden bingung harus mencari nya lagi ke mana, rumah ini sangat besar sekali.
"Di sana," ucap Alden sambil menunjuk ke arah kanan. Dia langsung berlari mencari Evan ke semua penjuru ruangan di bagian kanan.
"EVAN!!"
Dan benar saja dugaannya tepat sasaran, disana Alden melihat Evan yang tergeletak di lantai yang kotor dengan kondisi yang memprihatinkan, kenapa Alden bisa melihat Evan di tempat yang gelap ini, karena ada sedikit celah cahaya yang masuk yang langsung bersorot ke wajah Evan.
Alden mengangkat kepala Evan ke pangkuannya, menepuk-nepuk pipi Evan perlahan, Alden terpaku saat melihat genangan darah di sekitar tubuh Evan.
___________Di lorong rumah sakit terdengar begitu nyaring suara roda berputar begitu cepat, semua pasien dan orang yang berlalu lalang di sana langsung terdiam saat mendengar keributan yang setelah salah satu mobil berhenti di depan pintu rumah sakit dan membawa salah satu pemuda yang tak sadarkan diri dengan tubuh yang berlumuran darah.
Petugas yang melihat itu semua langsung bergegas membantu atasan mereka sekaligus salah satu dokter di sana untuk membawakan branka.
"CAPAT SIAPKAN RUANG OPERASI!!" Alden berteriak di koridor rumah sakit memerintahkan semua petugas nya.
"BELAJAR BEKERJA CEPAT SIALAN!!" Alden langsung emosi karena petugas rumah sakit ini sekarang terlihat sangat lelet sekali melakukan apa yang harus mereka lakukan kepada pasien daruratnya.
"Dok, ruang operasi sudah siap," ucap salah satu suster yang ikut menangani Evan.
"TUTUP MULUT MU!!"
"Dok pasien kekurangan banyak darah, detak jantungnya melemah."
"JANGAN BANYAK BICARA! LALUKAN APA YANG HARUSNYA KALIAN LAKUKAN ATAU SAYA BUNUH KALIAN SEMUA KALO DIA MERENGGANG NYAWA KARENA KELELETAN KALIAN!!"
"Baik dok."
"Bertahan, semuanya akan baik-baik saja," ucap Alden berbisik ke telinga Evan. Dia sudah tidak memperdulikan sekitarnya yang menatapnya aneh atau kasian yang terpenting di otaknya sekarang adalah kesembuhan Evan.
Pintu ruang operasi sudah di buka lebar saat Alden sudah berada di depan pintu ruang operasi, dia langsung membawa Evan masuk ke dalam, dan ternyata di dalam sana sudah ada beberapa dokter dan suster yang sudah siap melakukan apa yang harus mereka lakukan.
Sedangkan Alden dia menarik sebelah tangan Evan jadi terlentang, setelah itu dia juga langsung menyibakkan baju lengannya.
"DOK JANGAN, ITU BAHAYA!!" Ucap salah satu dokter yang menyadari apa yang akan di perbuat Alden.
"DIAMM!!"
___________Di lain sisi terlihat seorang pemuda yang berbadan kekar dan tinggi itu merebahkan tubuhnya di atas kasur, dia sudah berguling ke sana-sini mencari posisi ternyaman.
Pikirannya terus berkeliaran memikirkan salah seorang yang sudah dia anggap sebagai adiknya sendiri. Entah apa yang terjadi di sana tapi dia terus memikirkan Evan sejak pagi, dia juga sudah mencoba menghubungi Evan namun nomornya tidak aktif membuat rasa cemasnya bertambah berkali-kali lipat saat ini.
"Ada apa ya, kok perasaan gue gak tenang gini?"
"San? Kamu ini kenapa sih ayah perhatiin dari tadi kok kaya gak tenang gitu?" Tanya sang ayah.
"Eh ayah? Sejak kapan ada di sana yah? Mau cosplay jadi Tutut?" Ucap Sansan saat baru menyadari ayahnya berdiri sambil menyender ke dinding.
"Enak aja, kalo ayah Tutut berarti kamu anak Tutut dong."
"Heheh," Sansan hanya cengengesan.
"Hahah heheh, ayah nanya loh, kamu kenapa kok kaya gak tenang gini?"
"Gak tau yah, tiba-tiba Sansan kepikiran Evan."
"Mungkin kamu kangen kali sama Evan, coba di telpon ayah juga kangen sama Evan, sekali an mau nanyain mau di kirim apa dari sini."
"Nggak bisa yah, dari tadi Sansan udah coba buat nelpon Evan tapi nomornya gak aktif."
"Kenapa ya? Ayah jadi khawatir."
"Sama."
"Ya udah kamu siap-siap sekarang, kita pulang sekarang juga, ayah mau ngasih tau yang lainnya juga."
"Iya yah."
_____________
Empat jam berlalu, suasana di rumah sakit tadi sudah mulai tenang tapi beda hal nya di salah satu ruang operasi, mereka sedang di landa kepanikan karena kondisi pasiennya menurun, tapi mereka harus profesional menjalankan tugasnya.
Jantung mereka sudah berdetak dua kali lipat karena kondisi Evan masih terus menurun, bisa celaka mereka jika pasiennya yang satu ini sampai meninggal.
Beberapa saat kemudian, akhirnya mereka bisa bernafas lega karena kondisi Evan sudah mulai stabil tapi tidak bisa di bilang baik-baik saja karena sekarang Evan Koma, entah sampai kapan Evan akan tertidur lelap seperti ini.
"Siapkan ruangan khusus," ucap Alden lesu.
"Baik dok."
"Maaf saya telat menolong mu Evan."batin Alden terus menjerit dan menyalahkan dirinya sendiri karena telat menolong Evan, mungkin jika Alden tidak telat menolongnya kondisi Evan akan sedikit lebih baik dari sekarang.
___________Setelah di pindahkan keruangan khusus yang Alden minta, Alden masih setia menemani Evan di sampingnya.
Tangannya mengusap rambut tebal nan tebal Evan, Alden tersenyum sedu melihat Evan yang terbaring lemah di sini, wajah imutnya hampir di penuhi dengan lebam merah keunguan, mulut yang biasanya mengoceh tak jelas, berteriak kini di masuki selang. Alden sangat khawatir jika nanti Evan bangun, dan marah karena dia tidak bisa bicara.
"Maaf saya lalai menjaga mu," Alden langsung menunduk menyembunyikan air matanya yang meluncur bebas.
"Van, bangun yuk, saya punya sesuatu untuk kamu, semoga aja kamu suka dengan semuanya."
"Dan menerima semuanya, saya mengharapkan yang terbaik saat nanti kamu bangun dan mengetahui ini semua."
____________________________________
DOR......
Huhu gak tega aku buat si Evan kaya gini rasanya pengen nangis tau.
Biasanya dia tuh kan yang paling bawel, cerewet, suka teriak-teriak sekarang dia lagi sakit, tidurnya bakalan lama dan kalian harus bersabar ya menunggu Evan bangun.
Dah ya sekian duku GOBOR nya alias GOSIP BARENG AUTHOR
Jangan lupa meninggalkan jejak, vote dan komen BYBYBY ayang.....
KAMU SEDANG MEMBACA
PANGERAN CADEL [END]✓
Teen FictionDia milik ku. Dia milik kita. Dia milik kami. Dia untuk kita semua. Si nakal yang tidak tau apa yang namanya aturan, suka membantah, sering ngomong kasar tapi gak bisa nyebut R dan melakukan sesuatu dengan sesuka hatinya. Suka kabur dari rumah, bolo...