"Salwa, Resti, mamah mau ke rumah teteh dulu ya," ucap mamah Salwa sekaligus Tante Resti."Mah, kenapa sih harus ke rumah teteh Mulu tiap hari?" tanya Salwa yang sangat bosan dengan ibunya. bagaimana tidak bosan, setiap hari ibunya selalu meminta izin untuk ke rumah teteh nya yang rumahnya ada di depan komplek, terkadang Salwa juga bertanya-tanya kenapa mamah nya tidak betah di rumahnya sendiri, padahal 'kan di rumahnya ada Salwa, dan juga di rumah teteh nya sudah ada suami teteh, kenapa mamah selalu ke sana.
"Aduh Salwa kamu 'kan tau teteh kamu itu lagi hamil anak ke dua, kalo mamah gak ke sana siapa yang ngurus keponakan kamu? Siapa yang bantu-bantu teteh kamu yang lagi hamil besar, ngerti dong sayang," ucap mamah Salwa.
Memang benar sih teteh Salwa saat ini sedang mengandung anak ke dua. Dan juga keponakannya yang super nyebelin itu terus nempel sama neneknya.
"Tapi aku mau mamah di rumah, bisa gak sih mah sehari aja mamah ada di rumah?" tanya Salwa dengan sedikit emosi.
"Mamah tiap hari di rumah Sal, mamah harus gimana lagi sih? Mamah di sana siang aja malemnya di rumah, kalo kamu mau seharian sama mamah ya ke rumah teteh aja, udah deh kamu gak usah manja gitu biasanya juga berdua 'kan sama Resti."
"Terserah mamah," balas Salwa, tanpa berpamitan Salwa langsung pergi ke luar rumah.
Sedangkan Resti yang dari tadi hanya menyimak saja sambil mengunyah roti yang sudah di olesi selai coklat hanya menatap Salwa yang keluar rumah lalu ke arah tantenya yang masih berdiri sambil menggelengkan kepalanya.
"Tante mau ke rumah teteh sekarang?" tanya Resti dengan muka polos seperti tidak punya dosa sama sekali padahal tadi sedang ada perang di hadapannya tapi dia hanya santuy memakan makanannya.
"Iya Tante mau ke rumah teteh sekarang, kasian teteh pasti belum nyuci baju, piring, sama beres-beres rumah yang lainnya, Tante titip Salwa di rumah ya," ucap mamah Salwa.
"Tapi Tan di rumah ini juga belum beres beres, cucian piring banyak, baju kotor numpuk di belakang."
"Ya 'kan di sini ada si Salwa, biarin dia beres-beres rumah lah, sekalian belajar jadi istri idaman gitu"
"Kamu juga harus ikut adil beresin rumah ya," lanjut mamah Salwa, dan hanya di angguki oleh Resti.
"Ya udah Tante berangkat dulu ke rumah teteh ya, jangan berantem di rumah."
Setelah tantenya pergi, Resti hanya menghela nafasnya kasar, padahal dia dan Salwa sengaja tidak membereskan rumah ini supaya menarik perhatian tantenya, agar tidak pergi ke rumah teteh nya hari ini, tapi nyatanya sia-sia tantenya tetap pergi ke rumah teteh.
Yang aneh menurut Resti itu kenapa harus tiap hari ke rumah teteh? Iya Resti tau teteh Salwa saat ini lagi hamil anak ke dua tapi apakah perlu berangkat pagi pulang sore dengan alasan menemani tetehnya, padahal kan di rumah tetehnya sudah ada orang yang membantu membereskan rumahnya. Dan juga kenapa tidak sesekali mau ke rumah AA nya Salwa, tantenya ini sangat jarang sekali ke rumah AA tidak seperti sesering ke rumah teteh, paling-paling ke rumah AA pas ada hal penting aja kalo gak penting ya Tante nya yang satu ini malah cuek saja.
________________
"Alden sini lo," panggil Evan kepada Alden yang sedang duduk sambil memangku laptop nya.
"Boy, tidak baik memanggil yang lebih besar seperti itu," ucap Shandy.
"Bialin lah yah, 'kan dia udah janji mau nulutin pelmintaan Evan."
Ya memang benar, tadi Alden masuk ke ruang rawat Evan dan meminta maaf kepada Evan karena ulahnya Evan jadi masih rumah sakit, tapi emang dasarnya Evan jahil banget dia mau menerima maaf Alden asalkan Alden mau menuruti semua permintaanya selama tiga hari, kalo Alden membantah sedikit saja Evan tidak akan tinggal bareng Alden lagi.
"Alden gue gabut, mau gendong sama lo ke sana telus ke sini telus ke sini lagi telus gitu sampe gue tidul," ucap Evan, dan hanya di mengangguk saja.
Meskipun susah karena Alden memangku Evan dengan satu tangan dan tangan sebelahnya lagi dia gunakan untuk memegang tiang infus Evan, Alden tetap menuruti perintah Evan yang sangat aneh itu.
"Alden gue gabut," ucap Evan.
"Tidur aja, meremin matanya."
"Gak bisa tidul."
"Ya terus mau kamu apa?" Tanya Alden.
"Mau susu."
"Kamu mau susu rasa apa sayang Hem? Biar Bunda beliin ya."
"Iya kamu mau susu apa lagi nak? Padahal di meja ada susu loh?" Tanya Ayah Alan.
"Mau susu gantung."
WTF
Semua orang yang ada di ruangan ini tercengang kaget saat apa yang barusan di minta oleh Evan yang sangat tidak masuk akal sama sekali.
"Ganti ya sayang, kamu mau susu apa bilang sama Bunda, biar bunda belikan asalkan jangan yang itu," ucap Bunda Alan sambil mengelus rambut Evan.
"Gak mau Bunda, Evan mau yang itu, Evan kena vilus tiktok, tadi Evan liat bang Sansan lagi nonton olang yang katanya lagi plomosi susu gantung, Evan mau itu, gak mau yang lain," jelas Evan panjang.
"Heh kamu ya siapa yang lagi nonton orang promosi susu gantung, orang aku lagi main game juga," jawab Sansan.
"Nggak! Abang liat olang plomosi susu gantung 'kan, tadi Evan dengel sama liat videonya, olang itu ngomong lagi jual susu gantung."
"Yang lain Van, jangan macem-macem deh minta nya," ucap Alden.
"Emang salah ya gue minta susu gantung, padahal 'kan itu sesama susu, kenapa Evan gak boleh nyicipi susu gantung?" Tanya Evan.
"Nggak salah sayang, cuma susu yang itu tidak di perjual belikan."
"Kenapa gitu? Katanya Bunda mau beliin apa aja, Evan mau di beliin yang itu Bunda. Cuma susu putih di bungkus terus di gantungin di walung-walung."
"Yang lain!" Perintah mutlak Alan.
"Ya udah mau pulang aja," Ucap Evan.
"Beresin semua barangnya," ucap Alan.
Sedangkan ke empat Bunda Evan hanya mengangguk pasrah saja, mereka langsung membereskan semua barang Evan dan memasukannya ke dalam tas tanpa ada yang tertinggal satupun.
______________________________________
Mohon maaf ya ges Evan kadang" kalo minta seusatu kagak di pikir dulu mohon di maklumi ya itu.
Maksud susu itu sebenernya SUSU RENCENG/SUSU SASETAN iya, karena Evan gak tau itu susu apa jad Evan bilangnya susu gantung.
Nih ges muka Evan kalo lagi gabut
KAMU SEDANG MEMBACA
PANGERAN CADEL [END]✓
Teen FictionDia milik ku. Dia milik kita. Dia milik kami. Dia untuk kita semua. Si nakal yang tidak tau apa yang namanya aturan, suka membantah, sering ngomong kasar tapi gak bisa nyebut R dan melakukan sesuatu dengan sesuka hatinya. Suka kabur dari rumah, bolo...