Pagi ini Alden sudah sedikit lega karena semua keluarga angkat Evan sudah pulang dari rumahnya.Sangking semangatnya Alden sudah memasak makanan untuk dirinya, dan Alden juga tidak lupa untuk membuatkan kentang rebus untuk Evan sebagai pengganti nasi.
Saat makanan sudah siap Alden langsung bergegas untuk membangunkan Evan yang sepertinya masih asik tertidur di kamarnya.
Dan benar saja saat Alden masuk ke kamar, Evan masih tertidur dengan selimut yang menutupi badannya sebatas dada, dan tangan yang di infus dia biarkan keluar.
"Bangun sarapan dulu," Alden mengusap rambut Evan.
"Masih ngantuk," jawab Evan dengan mata yang masih terpejam.
"Nanti lanjut lagi tidurnya."
"Mau pipis tapi gak mau bangun."
"Heh jangan pipis di kasur ya, cepetan ke toilet," ucap Alden panik.
"Gendong," Evan merentangkan tangannya ke arah Alden, dia hanya menghela nafasnya saja setelah itu langsung menggendong Evan ala koala, tapi saat tubuh Evan sudah ada di gendongannya Alden merasakan ada yang basah di celana Evan.
"EVAN KENAPA KAMU NGOMPOL DI KASUR!" Alden sedikit berteriak saat menyadari ternyata Evan sudah ngompol duluan di kasur. Untung saja Alden tidak sampai melepaskan gendongannya.
"Nggak, bocol kali atapnya," ucap Evan polos.
" rumah gue itu anti bocor."
"Udah lah sini duduk dulu gue bukan dulu infusnya abis itu mandi biar gak mau Pesing," Alden mendudukkan Evan di pinggir kasur.
"Awww sakit sakit sakit, pelan-pelan sakit."
"Udah tuh, buruan mandi sana," perintah Alden, dia sangat emosi sekarang sudah kasurnya di ompoli, sekarang bajunya juga ikut kotor dan Basar karena ompol Evan tadi.
"Dingin," Evan malah kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur."
"Ehhh mandi dulu, badan kamu bau."
"Mandiin."
"Cepat sini," Alden menarik tangan Evan untuk berjalan ke arah kamar mandi.
Rasanya Alden mempunyai anak sekarang, Bangun harus di bangunkan, mandi harus di mandiin makan harus di buatin. Ternyata mempunyai anak tidak semudah apa yang kita pikirkan.
Setelah selesai mandi Alden langsung memakaikan baju ke Evan, dan memasang kembali infusnya di tangan sebelahnya karena Alden juga tau tangan Evan pasti kebas karena sudah dua hari ini tangannya tertancap infus terus.
"Tinggal makan," ucap Alden.
"Lo gak ganti baju dulu?" Tanya Evan menatap Alden.
"Ya ganti lah orang bau pesing gini, kucing aja kalo nyium baju ini pasti langsung mati."
"Ya udah sana cepetan gue udah lapel."
___________"Udah makan aja kenapa sih?"
"Gak ada makanan lain apa?"
"Ada, ada yang lain tapi nasi? Emang mau nasi kalo mau saya ambilin deh di dapur?"
"Nggak, gue makan ini aja," Evan langsung melahap kentang rebus yang Alden buat, ya dari pada makan nasi ya kan mending makan kentang.
"Kunyah dulu agak lamaan sampai halus, kalo udah lembut baru deh di telen," Alden memperingati Evan yang sedang makan.
"Ya elah kentang rebus doang ngapain di kunyah sampai halus?"
" lambung kamu itu udah luka, makannya kalo kamu makan kamu harus yang halus-halus dulu."
"Siapa elo?"
"Saya? Abang sekaligus dokter pribadi kamu," jawab Alden.
"Jadi doktel gadungan aja bangga," ejek Evan.
"Nggak ada yang namanya dokter gadungan, saya asli dokter dan saya juga lulusan dokter asli."
"Terserah."
Derrttt
Alden yang merasa hp nya bergetar langsung mengambil hpnya dari dalam kantong celana, dan langsung mengangkat telpon yang tersambung.
"Okey saya ke sana sekarang," ucap Alden dan langsung memutuskan sambungan telpon tersebut.
"Van buruan sarapannya, kamu ikut saya ke rumah sakit."
"Gak, gue gak mau," bantah Evan.
"Ayolah Van, sekarang keadaanya lagi gawat, pasien saya di rumah sakit ada yang kritis, saya gak mungkin gak kesana."
"Ya udah sana lo aja sendiri gue mau di rumah." Ucap Evan malas.
Alden sangat bingung sekarang, di rumah sakit ada pasiennya yang sedang membutuhkan penanganan Alden, sedangkan Evan di rumah tidak mungkin di tinggal sendiri, bisa-bisa para pawangnya itu marah besar lagi.
"Ya udah saya telponin Abang kamu dulu," ucap Alden.
Setelah menelpon Alan dan temen-temannya Alden langsung pergi dari rumah meninggalkan Evan yang masih makan makanannya.
Tapi saat di depan rumah Alan baru teringat dengan tetangganya, kenapa gak meminta Salwa dan Resti yang menemani Evan terlebih dahulu sebelum para titisan datang ke rumah lagian hari ini hari libur jadi mungkin mereka gak akan kemana-mana. Tanpa berfikir lama Alden langsung menuju rumah tetangganya dan mengetuk pintunya.
"Permisi."
"Iya ada apa? Eh dokter, ada apa dok?" Tanya Resti saat membukakan pintu rumahnya.
"Saya mau minta tolong boleh?"
"Oh, boleh boleh boleh, emang ada yang perlu di bantu apa ya?"
"RESTI LO DI MANA SIH?!" Teriak Salwa dari dalam rumah.
"DI LUAR, ADA DOKTER ALDEN!"
"Hehe ada dokter, ada apa ya dok?" Tanya Salwa cengengesan, malu sekali dia bisa-bisa bersikap bobrok di depan calon suami.
"Gini, di rumah saya 'kan ada Adek saya yang lagi sakit, nah kebetulan saya ada pasien yang kritis di rumah sakit, bisa gak kalian temenin Adek saya di rumah sebentar sampai temen-temen datang ke rumah?"
"Oh jadi di rum---" ucapan Resti terhenti saat Salwa membekap mulut Resti.
"Bisa, bisa banget, lagian kita juga lagi gak ada kerjaan kok."
"Syukurlah kalo begitu, kalian langsung masuk aja ya ke rumah gak di kunci kok, kalo kalian mau makan-makan aja, tadi saya abis masak banyak."
"Gak usah dok makasih, entar kalo makan di rumah dokter bisa abis nasinya," ucap Resti.
"Gak papa kok abisin aja, kalo gitu saya berangkat dulu ya."
"Ihhh res lo tuh ya malu-maluin gue tau gak, udah tau makan kita banyak pake di bocorin ke dokter Alden segala lagi entar nama baik gue rusak tau di depan mata dokter Alden."
"Ya biarin Napa sih, emang makan kita banyak, udah yuk ah kita ke rumah dokter Alden kasian adeknya entar nangis," Resti langsung menarik tangan Salwa untuk berjalan, tapi Salwa malah berhenti dan kembali untuk menutup pintunya.
___________________________________
Aku Double ya besty soalnya seminggu ke depan kemungkinan aku bakalan jarang up karena mau di fokusin buat ulangan.
Buat kalian juga yang Senin ulangan semangat ya, kita berjuang dulu abis itu kita lanjutin halunya...
Di tagih Satu kata buat EVAN :)
KAMU SEDANG MEMBACA
PANGERAN CADEL [END]✓
Ficção AdolescenteDia milik ku. Dia milik kita. Dia milik kami. Dia untuk kita semua. Si nakal yang tidak tau apa yang namanya aturan, suka membantah, sering ngomong kasar tapi gak bisa nyebut R dan melakukan sesuatu dengan sesuka hatinya. Suka kabur dari rumah, bolo...