Hari sudah mulai menjelang sore, tapi seluruh keluarga angkat Evan masih belum pulang dari rumah Alden, padahal si tuan rumah sudah sangat risih sekali ada mereka.Mereka terlihat sangat asik dengan dunianya sendiri membiarkan di bontot bermain sendiri di atas tikar berbulu lembut dan halus. Sesekali dia mengomel karena infus yang ada di tangannya tersenggol.
"Abang lepas ih sakit kesenggol mulu," ucap Evan memanyunkan bibirnya, tapi matanya tidak lepas dari mainan yang sedang dia mainkan.
"Ya gimana gak kesenggol mulu orang kamu mainnya kaya gituan, coba kalo diem anteng gitu pasti gak bakalan ke senggolan," ucap Sansan menatap Evan yang sedang asik main sendiri.
"Kok Abang malah nyalahin Evan sih? 'Kan yang nyuluh Alden gak lepas infusnya Ayah bukan Evan."
"Kok Ayah?" Ucap para bapak-bapak serempak, pasalnya ke empat pria itu di panggil Ayah semua oleh Evan katanya biar gampang manggil. Dan Evan juga memanggil parah ibu-ibu semuanya dengan sebutan Bunda.
"Tau Evan lagi ngambek," ucap Evan.
"Abang juga salah, kenapa bawa Evan pulang kalo nyuluh di infus selama dua minggu," lirih Evan.
"Kamu mau kembali lagi ke rumah sakit? Okey ayok kita balik lagi, Eyres beresin barang-barang nih bocah kita balik lagi," Abi langsung mengangkat tubuh Evan ke gendongannya.
"Nggak, gak mau, tulun."
"Katanya mau di rawat lagi di rumah sakit?"
"Abang bego, anak siapa sih?" Tanya Evan sambil menatap Abi.
"Gak tau dek, Bunda gak ngerasa punya anak kaya dia deh," ucap Bundanya Abi.
"Anak siapa ya kok ada di sini?" Balas Ayah Abi.
"Gak papa aku gak di anggap anak juga yang penting udah punya warisan ahahah," ucap Abi setelah itu tertawa puas karena pasalnya memang Abi sudah mempunyai harta warisan dari kedua orangtuanya dan setengah harta nenek kakeknya.
"Bang Alan Evan ngantuk," Evan merentangkan tangannya ke arah Alan yang masih duduk memperhatikan Abi. Dengan senang hati Alan langsung mengambil alih tubuh Evan dari Abi.
Di peluknya tubuh mungil Evan dengan erat oleh Alan, sedangkan Evan hanya menyembunyikan wajahnya di dada bidang Alan mencari kenyamanannya.
Menurut Evan pelukan Alan sangat nyaman sekali untuk di jadikan tempat tidur, entahlah dari pertama kali mereka bertemu pelukan Alan yang Evan suka di bandingkan dengan pelukan abang-abangnya yang lain.
Kalo kalian bertanya di mana Alan, Abi, Sansan, Eyres, bertemu Evan. Mereka bertemu di salah satu pemakaman umum.
Saat itu Evan habis mengantarkan Bunda tercintanya ke pengistirahatan terakhir di pemakaman umum. Waktu itu Evan terlihat sangat terpukul sekali setelah Bundanya yang selama ini menyayanginya, dan merawatnya meninggalkannya bersama sang Ayah yang sering mabuk dan menyiksanya.
_____________"Bunda ninggalin Evan sendilian, Evan gak mau Bunda, Evan mau ikut aja sama Bunda," ucap Evan menangis histeris memeluk makam sang ibunda.
"Evan takut pulang, nanti Ayah malah lagi sama Evan, di pukul-pukul, kalo Ayah mukulin Evan, nanti siapa yang ngelindungiin Evan, bunda tega sama Evan."
"Bunda tega ninggalin Evan, padahal itu semua bukan salah bunda, kenapa halus bunda yang beltanggung jawab, Evan gak mau uang itu Bunda, Evan cuma mau Bunda."
"Bunda bangun, Evan gak mau uang itu BUNDA BANGUN BUNDA EVAN GAK MAU SAMA AYAH, AYAH JAHAT AYAH JAHAT AYAH UDAH AMBIL JANTUNG BUNDA AYAH JAHAT, AYAH YANG UDAH JUAL JANTUNG BUNDA, AYAH JAHAT EVAN BENCI AYAH," Evan berteriak histeris sambil menangis, dia memukuli tanah merah yang masih basah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PANGERAN CADEL [END]✓
Teen FictionDia milik ku. Dia milik kita. Dia milik kami. Dia untuk kita semua. Si nakal yang tidak tau apa yang namanya aturan, suka membantah, sering ngomong kasar tapi gak bisa nyebut R dan melakukan sesuatu dengan sesuka hatinya. Suka kabur dari rumah, bolo...