"Alden.""Hemm."
"Alden."
"Apa?"
"Aldennn."
"Apaan?"
"Pengan motol," ucap Evan dengan muka yang di imut-imut kan.
"Gak," balas Alden tanpa melihat ke arah Evan sama sekali, dia masih fokus dengan pekerjaannya yang sudah numpuk karena semenjak ada Evan pekerjaannya sudah di urus dengan orang suruhan Alden, jadi dia hanya mengurus berkas-berkas yang pentil dan harus di urus oleh Alden sendiri.
"Alden pengen motol, masa gue gak punya motol sedangkan temen-temen gue semuanya naik motol."
"Biarin."
Bukk
Evan memukul pundak Alden dengan kasar, tapi menurut Alden itu tidak ada apa-apanya.
"Lo tuh ya ngeselin banget, lo kan kaya, beliin motol satu aja gak bakalan lo bangklut kali, kecuali kalo gue mintanya pesaw---"
Alden langsung mengambil hpnya dan
"Halo, belikan satu pesawat pribadi mewah secepatnya," ucap Alden."Lo udah gila? Gue minta nya motol bukan pesawat," Evan berdiri di hadapan Alden.
"Nanti sore pesawatnya udah siap."
"Tau, gelap ngomong sama lo, dasal tiang listlik badan aja tinggi gak punya otak," setelah mengucapkan itu Evan langsung melangkahkan kakinya ke arah ruang tamu yang kebetulan bersebelahan dengan ruang keluarga.
Evan langsung menidurkan tubuhnya di atas sofa, pergerakan Evan barusan tak pernah luput dari pengawasan Alden.
Dia hanya tersenyum melihat tingkah laku Evan, dia tadi hanya ingin mengerjai Evan saja biar anak itu nangis dan memohon kepada Alden.
"Dari pada tidur mending kamu cuciin mobil saya," ucap Alden pura-pura mengerjakan berkas yang dia pegang padahal berkas itu sudah selesai dari tadi.
"Gak," jawab ketus Evan.
"Jangan jadi pemalas."
"Isshh nyebelin banget sih lo tiang listlik," Evan bangkit dari rebahannya, berjalan sambil menghentak-hentakan kakinya ke lantai persis seperti anak kecil.
"Haha, padahal saya cuma bercanda, uang saya gak bakalan habis untuk sekedar mencuci mobil satu ahahah dasar Evan Evan," dumel Alden sambil menggelengkan kepalanya dan tersenyum.
__________Sedangkan di luar, dengan terpaksa Evan mengambil peralatan yang di butuhkan untuk mencuci mobil Alden, untung saja mobilnya sudah terparkir di samping rumah tempat biasanya mencuci mobil.
"Punya mobil kok gak mau nyuci."
"Kalo gitu gak usah gegayaan beli mobil segala, nyetil sendirili, kalo gak mau ngulus nya, naik akutan umum aja sekalian."
"Nyusahin olang aja, mana maksa lagi."
"Coba aja kalo badan dia itu di bawah gue, udah gue tandang-tendang kepalanya, gue jadiin pelkedel."
Mulut Evan tidak berhenti mendumel menjelek-jelekkan Alden, tanpa dia sadari orang yang di bicarakan ada di belakangnya menyenderkan tubuhnya dan melipat tangannya di dada, Alden terus memperhatikan gerak gerik Evan termasuk mendengarkan curhatan Evan.
"Udah mah di kasih makan cuma ubi, kentang, ubi, kentang telus tiap hali, dia pikil pelut gue itu buat bercocok tanam apa?"
"Perasaan gue nih ya, makanan yang gue makan selama di sini selain ubi sama kentang ya paling hijau-hijauan doang, dia pikil gue kambing, huh dasal nyebelin banget," Evan memukul-mukul kan kain yang dia pakai ke atas pintu mobil, tidak peduli baju dan wajahnya tercipatan sabun.
KAMU SEDANG MEMBACA
PANGERAN CADEL [END]✓
Roman pour AdolescentsDia milik ku. Dia milik kita. Dia milik kami. Dia untuk kita semua. Si nakal yang tidak tau apa yang namanya aturan, suka membantah, sering ngomong kasar tapi gak bisa nyebut R dan melakukan sesuatu dengan sesuka hatinya. Suka kabur dari rumah, bolo...