Bulan sudah tenggelam, di gantikan dengan sinar matahari yang cukup terang. Pagi ini Alden baru saja sampai di rumahnya, sebenarnya tadi malam dia berniat untuk pulang karena mengingat ada Evan di rumah nya, tapi asisten pribadi nya malah melarang Alden untuk pulang malam karena terlalu bahaya sekali, apalagi Alden habis melakukan operasi jadi pasti sangat cepek sekali. Dan alahasil Alden mengikuti apa kata asistennya, dia menginap di rumah sakit.
Saat masuk ke rumah, Alden sungguh terkejut saat melihat isi rumahnya yang berantakan seperti kapal pecah, sampah berserakan di mana-mana, lampu menyala semua, barang-barang dan perhiasan rumah Alden sudah tidak ada di tempatnya, televisi yang menyala. Sungguh jika tau akan seperti ini lebih baik Alden pulang saja tadi malam.
"Lama-lama rumahnya yang bakalan di ratain sama tuh anak," ucap Alden sambil menatap sedu seisi rumahnya yang ancur berantakan.
Tap
Tap
Tap
Tap"Dasal bang Toyib, pelgi pagi pulang pagi," sindir seseorang yang berdiri di ujung tangga sambil mendorong tiang infusnya.
"Siapa yang berantakin ini semua?" Tanya Alden serius.
"Gue, kenapa gak suka?!" Ucap sewot Evan.
"Heh say---"
"Siapa suluh pulang pagi," potong Evan.
"Iya okey, saya ngaku saya salah, ya tapi jangan gini juga kali Van, ini namanya keterlaluan, rumah saya kamu bikin ancur berantakan kaya gini."
"Kalna lo udah ingkal janji, katanya lo gak bakalan lama, tapi lo pulang pagi, dan satu lagi lo kan yang nitipin gue sama si domba galut?"
"Dom..... Domba Garut?" Alden cukup bingung dengan apa yang di ucapkan Evan, domba Garut? Siapa perasaan Alden tidak pernah membeli domba.
"Ya domba galut, tuh si tetangga yang bawel, jelek, lambutnya di kucil dua kaya domba galut huh gue gak suka," ucap Evan.
"Resti," ucap Alan tiba-tiba sudah ada di samping Evan.
"Dasar anak tuyul ngomong gak jelas."
"Belisik lo bang Toyib."
"Permisi tuan," seseorang yang berbaju serba hitam dan berbadan kekar masuk ke dalam rumah Alden.
"Maaf menganggu waktunya tuan, saya sudah memesan dua puluh orang pembersih untuk membersihkan rumah ini, maaf bukan saya lancang tapi sebaiknya tuan semuanya keluar dulu dari rumah ini takutnya banyak debu dan kuman," ucapnya.
"Siapa yang nyuruh?" Tanya Alden terheran-heran karena perasaan Alden tidak memesannya tapi kenapa orang ini memesannya atas perintah siapa?.
"Tuan Alan, tuan."
"Okey, terimakasih kalau begitu."
"Sama-sama tuan."
"Alan terimakasih karena kamu mau bertanggung jawab membersihkan rumah saya," ucap Alden, tapi hanya di angguki saja oleh Alden.
"Oh ya, sekarang kita mau ngungsi di mana nih?" tanya Alden.
"Rumah saya," ucap Alan singkat.
"Ya udah lebih baik kita berangkat sekarang, biar rumahnya cepat-cepat di bersihkan."
____________Kini mereka sudah sampai di depan rumah Alan yang sangat megah dan mewah ini, sangking mewahnya, rumah ini mempunyai lima lantai sekaligus, halamannya yang luas.
Mereka semua langsung masuk ke dalam rumah Alan, hanya untuk ke ruang keluarga saja cukup memakan waktu sekali sangking besarnya rumah ini.
"BANG ALAN!!" Terdengar suara teriakan melengking dari samping mereka semua, Alan, Sansan, Abi, dan Eyres sudah tau itu siapa. Siapa lagi kalo bukan sepupu Alan yang super duper manja dan nyebelin, dia namanya Rangga wijaya. Rangga umurnya setahun lebih muda dari Alan, dan dia juga merupakan anak bungsu dari keluarga besarnya.
"Abang kemana aja sih? Aku nyariin Abang dari kemaren tapi gak ada," ucap Rangga yang langsung memeluk Alan, meskipun Alan tidak membalas pelukan Rangga.
"Evan sakit," jawab Alan meskipun sangat tak ingin membalasnya.
"Tapi 'kan aku juga lagi sakit, kenapa Abang gak jagain aku aja dari pada dia, lagian dia siapa nya kita? Keluarga aja bukan," ucap Rangga.
"Aku juga yakin dia pasti cuma pura-pura sakit, biar bisa deket-deket sama Abang."
Alan yang tidak suka dengan ucapan Rangga langsung melepaskan pelukannya, dia menatap tajam wajah Rangga, kalo saja bukan anggota keluarganya udah di pastikan wajah Rangga tidak akan mulus lagi seperti ini.
Tanpa bicara lagi, Alan langsung menarik pelan tangan Evan.
"Ihh Abang kenapa sih?! Yang adik Abang itu aku bukan dia," ucap Rangga menaikan sedikit suaranya sambil menunjuk Evan.
"Diem, dia lagi sakit," ucap Alan.
"Abang kenapa sih gak percaya banget sama aku?! Dia itu cuma pura-pura aja, kalo masih gak percaya nih aku buktiin sama Abang."
Srekk
Rangga menarik tangan Evan dan mencabut paksa jarum infus yang menancap di tangan Evan, membuat Evan meringis kesakitan, tangannya mengeluarkan darah cukup banyak hingga darahnya berceceran ke lantai.
"Ehhh nih orang minta gue bonyokin apa gimana sih?!" Ucap Sansan sedikit emosi yang melihat kejadian itu
"Gila lo," ucap Abi.
"Woy woy woy ini darahnya banyak banget, kalo Adek gue kehabisan darah gimana," ucap Eyres yang terlanjur panik saat melihat darah yang keluar dari tangan Evan cukup banyak.
"Dek, jangan kaya gini, ini bahaya," ucap Alan memperingati Rangga, meskipun dia tidak tau dia siapa tapi perbuatannya ini sudah cukup keterlaluan.
"Kenapa kalian belain dia sih!? Dia itu penipu, dia itu cuma caper sama keluarga kita biar dia di angkat jadi keluarga kita terus dia ambil semua harta kita," ucap ceplos Rangga.
"Kenapa sih lo fitnah gue telus? Lo punya masalah apa sama gue?" Ucap Evan.
"Gue gak fitnah tuh, emang kenyataanya lo muna 'kan?"
____________________________________
Halo ges apa kabar nih.....
Sebel gak sih sama orang yang modelan kaya si Rangga ini?
Mulutnya minta di suapin aboncabe sekarung ya bund, yok ah yang mau berdonasi buat beli abon cabeknya hubungi Author segera, soalnya orang kaya gini gak boleh di biarin lama-lama gitu aja takutnya habitatnya semakin merajalela :)
KAMU SEDANG MEMBACA
PANGERAN CADEL [END]✓
Teen FictionDia milik ku. Dia milik kita. Dia milik kami. Dia untuk kita semua. Si nakal yang tidak tau apa yang namanya aturan, suka membantah, sering ngomong kasar tapi gak bisa nyebut R dan melakukan sesuatu dengan sesuka hatinya. Suka kabur dari rumah, bolo...