Satu bulan sudah semenjak kejadian itu kini keluarga Alan, Eyres, Abi, dan Sansan terus mendapatkan masalah dan teror misterius dari seseorang. Salah satunya Mereka sering sekali mendapatkan serangan dadakan dari musuh padahal semua orang-orang kepercayaan ke empat keluarga itu sudah bekerja sama untuk membalaskan dendam mereka, bahkan sangking waspada mereka bahkan diam di salah satu rumah yaitu rumah Alan.
Semua perempuan yang ada di rumah ini sangat di larang keras keluar rumah oleh para lelaki, mereka sangat takut jika saat di luar nanti ada yang menyerangnya lagi. Biarkan para lelaki yang keluar itu pun jika ada hal yang sangat mendesak dan tidak bisa di tinggalkan, selebihnya mereka akan mengurusnya di dalam rumah saja.
Bahkan Alan, Sansan, Eyres, Abi dan anggota keluarga yang lain, yang masih sekolah dan kuliah mereka harus belajar dari rumah, mesipun bosan dan kurang nyaman tapi mereka mengikuti apa yang di ucapkan para orang tuanya.
Seperti pagi ini, semua nya yang masih bersekolah sedang belajar di ruangan khusus, meskipun ada juga yang tidak memakai jasa guru alias online tapi mereka tetap di dalam satu ruangan.
"Abang Abang Abang, Rangga ngantuk ishh," rengek Rangga menggoyangkan tangan Sena sang kakak kandung.
"Tidur aja hemm, nanti Abang gendong ke kamar," ucap Sena.
"Gak mau di gendong sama Abang, Rangga mau di gendong sama bang Alan sekarang, bang ayo kita ke kamar Rangga, Rangga udah ngantuk," Rangga menarik baju lengan Alan, tapi Alan malah diam saja menyalin tugasnya yang ada di papan tulis ke bukunya.
"Abang ayok Rangga udah ngantuk," Rangga terus saja menarik baju Alan.
"Rangga sama Abang aja yok, bang Alan nya lagi belajar gak boleh di ganggu," Sena mengangkat tubuh Rangga ke dalam gendongannya, tapi Rangga malah memberontak dan berteriak di samping Alan. Alan yang sedang dalam mode tidak ingin di ganggu pun sangat marah dan langsung menggebrak meja belajarnya.
Brakk
"BISA DIAM GAK SIH LO HAH?! KALO LO MAU TIDUR SANA KE KAMAR SENDIRIAN GAK USAH MANJA!!"
"KELAKUAN SAMA HATI LO ITU BERTOLAK BELAKANG ANJING, GUE MUAK SAMA LO!!" Teriak Alan sambil menunjuk Rangga yang menundukkan kepalanya.
"Ab---"
"APA MAU NANGIS? NANGIS GUE GAK PEDULI, LO MAU NGADU? SANA NGADU GUE GAK TAKUT SAMA LO BANGSAT!!"
Bugghh
Satu Bogeman mentah berhasil mendarat di pipi Alan yang mulus dari Sena, ternyata pukulan Sena tidak main-main.
"Jaga ucapan lo Lan!" Ucap Sena dengan penuh penekanan.
Bughh
Alan membalas pukulan dari Sena di pipi kiri Sena.
"Gue lagi gak mau di ganggu anjing, adek lo yang brengsek ini ganggu gue terus!!"
"Apa Brengsek? YANG ADA LO YANG BRENGSEK ANJING, ADEK LO MINTA DI ANTAR KE KAMARNYA TAPI LO MALAH MARAH-MARAH, BENTAK-BENTAK ADEK GUE MASALAH NYA DI MANA LAN DI MANA GUE NANYA?!"
"MASALAHNYA GUE GAK SUKA SAMA ADEK LO, ADEK LO ITU LEBIH DARI KATA MUNAFIK!!"
"WOYYY STOP!! Kalian ini kenapa sih cuma gara-gara sepele malah berantem kaya gini?" Ucap Sansan mencoba memisahkan mereka.
Sansan, sangat tau betul perubahan sikap Alan yang sangat drastis, semenjak Evan menghilang bahkan sampai semua orang tuanya melarang mereka untuk keluar rumah Alan begitu berubah sekali, emosinya yang sering naik turun. di pancing sedikit langsung emosi, bahkan saat mereka ngobrol dan bermain pun terkadang Alan sering emosi dan marah-marah tidak jelas. Mengurung dirinya di kamar beberapa hari dan tidak makan dan minum sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
PANGERAN CADEL [END]✓
Teen FictionDia milik ku. Dia milik kita. Dia milik kami. Dia untuk kita semua. Si nakal yang tidak tau apa yang namanya aturan, suka membantah, sering ngomong kasar tapi gak bisa nyebut R dan melakukan sesuatu dengan sesuka hatinya. Suka kabur dari rumah, bolo...