13.kucing garong & bayi bagong

4.6K 272 1
                                    


"Kenapa bisa kayak gini?" Tanya Abi kepada Alden.

Abi, Alan, Sansan, dan Eyres semalam di telpon oleh Alden karena Evan terus ngamuk, dia membanting semua barang yang ada di ruangannya karena Alden melarang keras Evan untuk pulang, bahkan Alden nekat mengunci pintu ruang rawat Evan hanya karena dia takut Evan pergi, Alden sudah terlanjur sayang sama Evan, Alden tidak mau Evan pergi darinya meskipun baru kenal kemarin.

"Maaf, ini semua salah saya," ucap Alden, kepalanya terus menunduk karena merasa bersalah.

"Nyadar juga lo," sindir Eyres.

"Abang sakit pelut," keluh Evan sambil menekan perutnya, tadi Evan sempat tertidur sebentar karena semalaman habis menangis kejer hingga pagi.

Alan yang berada di samping Evan pun otomatis mengelus perut Evan hingga Evan kembali lagi ke alam bawah sadarnya, kasian juga Evan jika sedang sakit seperti ini, mata yang bengkak, hidung memerah.

"Kalo tau dari awal lo ngajak Adek gue tinggal sama lo itu cuma buat di sakitin, mending gue gak ngasih izin lo bawa Evan sekalian," ucap Sansan sambil menunjuk Alden.

"Saya gak bermaksud untuk nyakitin Evan, kejadian tadi malam bener-bener di luar kendali saya, mungkin karena saya kecapean abis kerja dan belum terbiasa menjaga anak kecil sehingga emosi saya labil saat itu."

"Setidaknya kalo lo pergi, lo bisa hubungi kita buat jagain nih bocah," balas Sansan yang mulai emosi dengan Alden.

"Sekali lagi saya minta maaf, saya berjanji lain kali saya gak bakalan ngelakuin itu semua."

"Turunin ego lo," ucap Alan.
_____________

"Eh kalian tau gak sih kemaren gue denger keributan di rumah dokter Alden."

"Hah serius lo Res? Bukannya dokter Alden tinggal sendiri?."

"Itu dulu, sekarang dia tinggal sama anak cowok seusia kita, kemaren sore dia main ujan-ujanan kaya anak kecil, terus pas malemnya gak tau kenapa gue sama si Salwa denger kaya banyak barang pecah gitu," ucap Resti kepada teman-temannya, sedangkan Salwa hanya terdiam sambil meminum minuman yang dia pesan tadi di ibu kantin.

"Ngaco lo, palingan juga dokter Alden melihara kucing garong makannya barang yang ada di rumah dokter Alden pada banyak yang pecah."

"Nggak, ini beneran Dokter Alden tinggal sama anak cowok, kalo lo gak percaya lo tanya aja sama si Salwa tuh, dia kemaren ikut ujan-ujanan sama anak itu."

Semua teman Salwa dan Resti membalikan bawahnya menatap Salwa dengan serius, Salwa yang risih pun langsung canggung karena dia di tatap serius seperti itu.

"Apaan?," Tanya Salwa.
_____________

Siang ini, suasana kamar rawat Evan sangat ricuh sekali karena ulah Evan yang terus memaksa untuk segera pulang, dari pagi dia terus berteriak meminta pulang, bahkan dia tidak mau makan dan minum.

"Evan mau pulang abangg," ucap Evan, dia menatap satu per satu abangnya yang setia berdiri si samping ranjang Evan meskipun sudah ada pembatas tapi tetap saja mereka sangat khawatir Evan jatuh.

"Nanti pulang okey, sekarang kamu diem dulu," lintah Alan sambil mengelus rambut belakang Evan.

"Kapan? Abang dali tadi bilang nanti, nanti, tapi sampai sekalang belum pulang juga!" Evan memanyunkan bibirnya lalu menunduk.

"Iya maksudnya nanti pas kamu udah bener-bener sembuh."

"Mau nangis," lirih Evan.

"Ya nangis aja Dek biasanya juga kamu nangis nangis aja," ucap Sansan sedikit mengejek Evan.

Tanpa berkata sedikitpun Evan menutup seluruh tubuhnya dengan menggunakan selimut tebal yang dia gunakan untung Evan masih memakai nassal canula di hidungnya, jadi mereka sedikit lega, tapi sepertinya itu tidak seberapa dengan rasa khawatirnya.

"Suluh tante cantik itu kelual dulu," Evan mengeluarkan sebelah tangannya Dan menunjuk suster yang berdiri di belakang Sansan.

Alan, Eyres, Abi, Sansan langsung melirik ke arah suster yang masih terdiam di sana, dia sudah seperti orang linglung saja saat di tatap ke empat cogan sekaligus.

"Maaf tuan, kalo begitu saya pamit permisi dulu," ucap suster itu saat menyadari suasana di ruangan sana mulai terasa mencengkram dan tidak aman.

Setelah mendengar suara pintu tertutup, Evan langsung menangis sejadi-jadinya.

"Eh gue kira becanda anjir," ucap Abi yang panik sekaligus kaget saat Evan tiba-tiba menangis, meskipun sering sih mendengar Evan menangis.

"Huaaa...... Mau pulang!!" Teriak Evan, untung saja ruangan ini kedap suara jadi mau sekeras apapun tangisan Evan pasti tidak akan kedengeran dan menganggu orang lain.

"Dek, udah nanti kamu demam," ucap Abi mencoba menenangkan Evan.

Brakk!!

"Kenapa?" Tanya seseorang yang baru saja mendobrak pintu kamar rawat Evan.

"Ay-- huaaaa..... Ayahh mau pulang."

"Tunggu sampai kamu sembuh boy," ucap pria itu sambil mendekat ke arah Evan.

"Mau sekalang, gak mau nanti, gak mau nunggu, Evan mau sekalang."

"Kamu mau di rawat di sini selama satu Minggu atau pulang sekarang tapi tangan kamu bakalan Ayah infus selama lima belas hari."

Seketika tangisan Evan yang histeris itu berhenti seketika saat mendengar tawaran Ayah Ayres yang biasa Evan panggil Ayah, awalnya Evan menolak tapi karena paksaan dari Ayah Eyres----- Shandy Evan jadi mau memanggil Shandy dengan sebutan Ayah, dan ke ibu Eyres di sebut Bunda. Begitupun dengan kedua orang tua abangnya yang lain yang sama-sama Evan panggil Ayah-Bunda.

"Jangan satu minggu," tawar Evan.

"Lima belas hari?" Ucap Shandy.

"Nggak, tiga hari."

"Okey, lima belas hari kamu di sini, dan kalian kabari keluarga kalian suruh mereka ke sini sekarang juga," perintah Shandy.

"Ayah.... Satu Minggu!"

"Tidak bisa, Ayah akan kurung kamu di sini selama lima belas hari."

"Ayah siapa?"

"Ayah 'kan bukan doktel jadi ayah gak ada hak buat lalang aku pelgi dali sini."

"Tidak ada hak apa maksud kamu boy?" Tanya Shandy.

Evan saat itu juga bungkam, bisa-bisanya mulut Evan mengeluarkan kata pedas itu, bisa habis sudah riwayat nya.

"Ng...nggak ayah salah dengel kali," elak Evan.

"Hukuman apa yang pantas untuk adik kalian yang cadel ini?" Tanya Shandy kepada anak-anaknya.

"Ayah Evan gak cadel, Evan cuma gak bisa bilang elll aja."

"Benar kah?."

"Iya benel ih, masa kalian gak pelcaya sih?" Evan memutarkan bola matanya malas.

"Ututut Adek gue ngambek udah kaya bayi Bagong aja," ucap gemas Abi.

"Abi jaga ucapan mu di hadapan ayah dan adik mu," Shandy memperingati Abi yang mungkin kelepasan atau di sengaja entah lah anak muda jaman sekarang memang seperti mungkin.

"Hehe maaf yah kelepasan."













______________________________________

Evan mode sanggar dan ngambek

Serem juga ya si Evan ngambek, mukanya sanggar banget asli, AU jadi takut asli.

Eh iya hampir lupa ada pengumuman sedikit nih,

Jadi kan AU udah diskusi tuh sama si Evan, terus sama visual lainnya juga mau ngadain LIVE bareng, ya anggap aja sebagai perkenalan juga sih. Nanti di LIVE
insyaallah kita bakalan bahas kelanjutan cerita EVAN ini, dan sebagainya. Kalo LIVE pertama rame kita bakalan LIVE lebih sering biar bisa kenalan sama kalian. Di sana kalian juga bisa tanya-tanya juga loh.

Kalo ada yang mau ikutan yok join ke akun IG

salwa_shalwa
            &
Restianggriani20

PANGERAN CADEL [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang