Hari sudah menjelang sore hari, hari ini begitu sangat cerah sanggar mendukung untuk bermain bersama tetangga-tetangga, merumpi ria di salah satu rumah tetangga.Namun beda lagi dengan Evan, dia sedang asik sendiri menonton tv kesukaannya.
Bahkan dari tadi Alden di angguri saja oleh Evan, Alden sudah berusaha untuk mengajak ngobrol anak itu namun Evan malah cuek dan tidak menggubris perkataan Alden.
"Van main sepeda yok," ajak Alden.
"Lo aja sendili," ucap Evan.
"Jalan-jalan keliling rumah yuk."
"Gak."
"Keliling komplek?"
"Capek."
"Main di taman belakang?"
"Panas."
"Ikut ibu-ibu ngegosip gimana?"
"Ogah, nanti dosa gue nambah banyak."
"Main bola gimana? Biar sehat."
"Nggak mau, udah deh diem, gue lagi gak mau ngapa-ngapain isshh," Evan memukul lengan Alden yang ada di dekatnya.
"Gendut tau rasa kamu."
"Gue mau makan sebanyak apapun gak bakalan gendut."
"Oh iya kamu kan gak punya perut ya kaya kuyang ahaha."
"Sembalangan aja ya kalo ngomong, Dali pada lo kaya tiang listlit badan aja tinggi tapi gak punya otak," ucap Evan dengan begitu emosi.
"Kalo saya gak punya otak mana mungkin saya jadi dokter sekaligus pengusaha."
"Telselah lo, bete gue," ucap Evan, dia langsung beranjak pergi meninggalkan alden yang masih terkekeh dengan kelakuan Evan.
"SAYA MAU KELUAR DULU SEBENTAR, KALO KAMU GAK MAU IKUT JAGAIN SAMPAI NI RUMAH DI KARUNGIN MALING," teriak Alden.
Tidak ada jawaban dari Evan, mungkin anak itu lagi ngambek di kamarnya sendirian.
Saat Alden membuka pintu depannya, tak sengaja dia melihat satu box hitam yang tersimpan di atas meja Alden.
Pelan-pelan Alden mendekati box itu, dia sangat curiga sekali dengan box itu yang berwarna hitam apakah itu bom? Tapi siapa yang berani menyimpan bom di rumahnya?.
Namun, saat di buka ternyata Alden cukup kaget karena box hitam ini bukanlah bom atau sejenisnya namun hanya berisi bolu ulang tahun yang di hias sebagus mungkin, di sana juga terdapat secuil surat, Alden cukup heran degan pengirim ini, perasaan di rumah ini tidak ada yang ulang tahun, dia ulangtahun nya masih lama sedangkan Evan bulan kemarin dia ulang tahun.
"Siapa sih?"
Saat Alden akan mengambil kue itu tiba-tiba ada yang berteriak dari luar gerbang.
"PUNTEN PAKET!!"
"Siapa yang pesen paket sih?" Dumel Alden.
"Maaf pak ini ada paket atas nama Alden," ucap pengantar paket itu saat Alden ada di hadapannya.
"Iya dengan saya sendiri--"
"Sendiri aja pak? Pasangannya mana?" Ucap pangantar paket itu.
"Maksudnya itu saya Alden pak, tapi perasaan saya gak pernah pesen paket apa-apa deh?" Ucap Alden sambil menatap paket yang masih di pegang oleh si pengantar.
"Si bapak mah kalo mau ngebohong jangan sama saya ya pak, kalo bapak gak pesen apa-apa kenapa coba ini ada paket atas nama bapak terus alamatnya sesuai dengan rumah bapak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PANGERAN CADEL [END]✓
Teen FictionDia milik ku. Dia milik kita. Dia milik kami. Dia untuk kita semua. Si nakal yang tidak tau apa yang namanya aturan, suka membantah, sering ngomong kasar tapi gak bisa nyebut R dan melakukan sesuatu dengan sesuka hatinya. Suka kabur dari rumah, bolo...