11.Hujan teman mainku

5.5K 346 5
                                    


Jam sudah menunjukan pukul dua siang tapi masih tidak ada tanda-tanda Alden akan pulang. Padahal di luar sedang hujan.

Evan sudah bosan menunggu, dia sudah menonton tv, makan semua cemilan yang ada di kulkas Alden dan yang lainnya sudah Evan lakukan untuk mengusir rasa bosannya tapi tetap saja Evan masih merasa bosan.

"Si doktel gadungan itu kemana sih, katanya sebental kok jam segini belum pulang juga sih?," Dumel Evan sambil memainkan bantal kursi. Sungguh Evan sangat bosan di rumah sebesar ini sendirian.

"Emang dia gak takut apa, kan di lual lagi hujan, kalo kena petil gimana," Evan memanyunkan bibirnya ke depan, matanya terus berkeliaran ke sana ke sini melihat se isi rumah.

"Punya lumah kok besal banget, mana sepi lagi."

Duarr!!

Suara petir yang sangat keras itu membuat Evan terlonjak kaget.

"Main ujan-ujanan kayaknya selu deh."

"Iya deh, mending main ujan ujanan Dali pada nungguin si gadungan itu."

Evan langsung berlari keluar rumah, saat dia membuka pintu, suara air langsung menyambut Indra pendengarannya.

Terlihat senyuman lebar dari wajah Evan saat melihat rintikan air hujan di luar. Dia langsung melipat celana jins nya ke atas sehingga terlihat kaus kaki putih panjang sebatas betis terlihat.

Langkah kecil Evan langsung menerobos derasnya hujan yang mengguyur kota Bandung saat ini. Dia rentangkan tangannya menadah ke atas langit menikmati tetesan air yang menerpa wajahnya, Hoodie, celana, dan sepatu Evan dia biarkan basah begitu saja.

"Hujan main sama gue sebental."

"Gue capek ngomong telus sama lo, kali ini gue mau main dulu, Lo jangan ninggalin gue dulu kayak meleka, sampai gue puas main sama lo."

"Ahhh, pegel juga telus ngelentangin tangan kaya gini," ucap Evan sambil menurunkan tangannya, kepalanya celingak celinguk seolah mencari sesuatu.

"Asik ada kolam."

Evan berlari ke arah genangan air yang ada di pinggir jalan, dia langsung menginjak genangan itu sehingga air yang ada di genangan itu muncrat dan mengenai pakaian yang Evan pakai.

Evan terus saja menginjak nginjak genangan air yang ada di pinggir jalan maupun di tengah jalan hingga bajunya basah kuyup, berlarian kesana-sini, tertawa gembira, seolah dia bermain dengan teman sebayanya.

Kadang hal sederhana saja akan membuat kita bahagia.

Biar lah kata orang kita norak, alay yang penting kita bahagia, biar lah mereka memakan omongannya sendiri.

"KAMU LAGI NGAPAIN?!."

Evan berhenti menginjak injak genangan air yang ada di sekitarnya, membalikan badannya menghadap ke arah sumber suara. Dan tepat di hadapannya terlihat seorang wanita seumurannya sedang berdiri dengan payung berwarna ungu di tangan kanannya. CANTIK satu kata yang hanya Evan ucapkan dalam hati setelah melihat wanita itu, kulitnya yang agak sawo matang tapi sangat manis, rambut hitam lurus, mata bulat hitam, dan bibir merah alami menggoda iman Evan.

"MAIN HUJAN-HUJANAN, LO NGAPAIN DI SITU, MAU IKUT MAIN?!," Teriak Evan karena suara hujan yang begitu bising.

"NGGAK AKU CUMA MAU NYAMPERIN KAMU, KAMU NGAPAIN HUJAN-HUJANAN SEPERTI INI ENTAR KAMU SAKIT!!," ujar wanita itu kepada Evan.

"GAK PAPA 'KAN GUE COWOK, GUE KUAT!!."

"YA UDAH KALO GITU AKU MAU PULANG LAGI."

"KOK CUMA SEBENTAL SIH? LO GAK MAU NEMENIN GUE MAIN?."

"NGGAK AKU TAKUT SAKIT."

"YAH KOK GITU SIH GAK ASIK AH."

"AKU TAKUT SAKIT."

"SEBENTAR."

"YA UDAH KITA MAU MAIN APA?."

cratt!!

Evan langsung menginjak genangan air yang ada di depan cewek itu, sehingga airnyapun menyembur ke baju bahkan ke wajahnya.

Tanpa mau kalah wanita itu langsung ikut menginjak genangan air yang ada di dekat Evan.

"kamu kena."

"Awas ya gue bales lo," ucap Evan sambil menunjuk wanita teman bermainnya saat ini.

"Sini kalo bisa."

Evan mengejar teman barunya itu, sedangkan wanita itu tertawa sambil berlari tanpa melepaskan payung ungu yang dia bawa tadi.
______________

"Udah aku capek," ucap wanita itu sambil terduduk di salah satu kursi pinggir jalan.

"Sama," balas Evan, dia ikut duduk di sebelah teman barunya itu.

"Eh iya kita belum kenalan, nama kamu siapa? Nama aku Salwa," ucap Salwa sambil menyodorkan tangannya

"Gue Evan," Evan membalas jabatan tangan dari Salwa.

"Ouh iya lo tinggal di mana kok bisa sampai sini?," Tanya Evan yang kepo.

"Rumah aku di sana," ucap Salwa sambil menunjuk rumah yang ada di sebelah rumah besar Alden.

"Yah kita tetanggan doang, gue kila lo olang yang lewat aja."

"Ouh ya, emang kamu di mana, perasaan di daerah sini gak ada rumah kosong."

"Itu lumah gue, gue tinggal sama si Alden dokter gila."

"Issh, jangan gitu, dokter Alden baik tau," ucap Salwa.

"Ya baik menulut lo, setan menulut gue."

"Kami cadel ya?," Tanya Salwa.

"Gue bukan cadel cuma gue gak bisa bilang L(R)."

"R bukan L," ucap Salwa mengoreksi ucapan Evan.

"Iya L."

"Rrrrr bukan L."

"Llllll."

"Rrrrrrr."

"Llllll."

"Coba lidahnya di gini in," ucap Salwa mencontohkan dengan mulutnya. Evan hanya melihat dengan tekiti bagaimana cara Salwa mengajarinya bicara huruf R.

"Lllll."

"Gak bisa ah capek."

"Kok udah nyerah gitu aja sih? Baru aja di coba."

"Bukan nyelah Sal tapi capek dali tadi main lali-lalian mulu."

"Ya emang siapa yang ngajak lari-larian kamu sendiri 'kan?."

"Iya sih, tapi capek, tapi pengen main lagi, nanggung hujannya masih ada," ucap Evan.

"EVAN!!."







_____________________________________

Halo ges ada yang Dedek emes EVAN kah?


Nih lagi foto pas si EVAN main ujan-ujanan di jalan tadi, dia nyuruh si Salwa buat fotoin wk dan ini hasilnya gimana keren kan, baru Nemu saya visual kakak ini sumpah dia baik banget pas aku chet buat dari visual.

PANGERAN CADEL [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang