Terik matahari tak buat mereka gencar sama sekali, butiran peluh sebiji jagung sudah membanjiri tubuh mereka, ke dua hal itu adalah saksi bisu bagaimana kegigihan para keluarga Evan mengikuti demo bersama rombongan mahasiswa.Dari tadi mereka hanya diam saja tanpa melakukan apa-apa, meskipun risih dengan suara bising para pendemo. Evan yang sibuk membantu Salwa yang sedang memotret mahasiswa, Alan, Sansan, Eyres, dan Sansan hanya membatu Evan saja supaya cepat selesai dan segera pulang ke rumah, kasian juga para keluarganya yang sudah bela-belain terkena sinar matahari beberapa jam demi anaknya.
"Eh Sal, gue mau ke situ dulu ya," ucap Resti sambil menunjuk orang-orang yang berkumpul.
"Kemana sih? Udah di sini aja jangan kemana-mana, ental lo di culik sama olang asing," ucap Evan.
"Cie lo khawatir ya sama gue?" Ujar Resti sambil bercanda.
"Ya iyalah, lo gak liat apa, manusia sebanyak ini? Kalo lo pelgi sendilian entar di jadiin sate lagi."
Agak sakit sih sebenernya, tapi ya Resti harus berusaha sabar menghadapi orang yang satu ini, apalagi sekarang ada keluarganya, mana bisa dia marah di depan keluarganya.
"Iya bener res, lebih baik lo jangan kemana-mana deh, di sini aja udah cukup," ucap Salwa.
"Tapi Sal, di sana itu bagus banget loh."
"Gue temenin," ucap Alan yang langsung menarik tangan Resti ke arah yang Resti tunjuk tadi.
"Eh gue ikut," ucap Abi akan mengejar Alan dan Resti, tapi tangannya di pegang oleh Eyres.
"Apaan sih?" Tanya Abi kesal.
"Lebih baik lo diem di sini, jangan ganggu orang yang lagi pacaran deh," ucap Eyres.
"Lah, mereka pacaran? Kok gue gak tau sih jing?!"
"Anjir, bego banget sih lo."
___________Sedangkan di posisi para orang tua, mereka hanya diam saja memandangi orang-orang yang berlalu lalang di sekitarnya, tak sedikit dari mereka meminta foto karena ke gantengan dan ke cantikan keluarga ini, di tambah lagi mereka kaya, jadi mereka punya alasan untuk meminta berfoto, katanya kapan lagi mereka berfoto dengan orang kaya.
"Kapan selesainya sih ini?" Tanya Bunda Abi yang bernama Selen.
"Iya, panas banget."
"Sabar mih, ini 'kan juga demi anak kita yang lagi ulang tahun, kalo gak di turutin entar dia ngambek sama kita, emang Mamih mau di diemin sama Evan?" Jawab sang suami---- Vicky
"Iya juga sih, kalo dia ngambek bisa kacau urusannya, selain ngambek juga dia bisa nangis seharian," ucap Selen yang sudah tau dengan sikap Evan.
"Nah itu Mamih tau, di sabarin aja ya Mih," ucap Vicky sambil mengelap butiran keringat di dahi sang istri.
" kalo Mamih sabar, entar malem kita olahraga," bisik Vicky di telinga Selen.
"Iya."
"ADUH, UDAH PANAS, MALAH DI PANAS-PANASIN MAKIN PANAS NIH, MANA PUNYA SUAMI GAK PENGERTIAN BANGET!," Ucap bunda Sansan, Delia.
"KALO GINI SIH, MENDING CARI YANG LAIN AJA YAH, YANG MASIH MUDA, DI SINI MANA SIH YANG MAU NIKAH SAMA MOMY, ah kayaknya yang itu deh uhhh gemoy banget."
"Apa perlu saya operasi plastik?" Tanya sang suami Jodi.
"Idih siapa anda?" Ucap Deli. Ya memang seperti ini sikap mereka berdua yang satu agak ambekan dan cerewet, sedangkan yang satu cuek minta ampun.
"Sabar Del, suami kita sama," ucap Lia selaku bunda dari Abi.
"Ya udah kita cari bujang aja yuk, siapa tau ada yang lebih baik dari mereka," ajak Delia.
"Ayo."
"Mau yang mana hemm? Mau cari yang mana? Sini biar aku antarkan dia ke neraka," ucap Zidan sambil menunjukan pistol kebanggaannya.
"Mas kamu apa-apaan sih? Ini itu di tempat umum, cepet simpen pistolnya," ucap Lia yang langsung sigap menyimpan pistol kesayangannya ke dalam baju sayang suami.
"Heh sudah, sudah, kalian ini udah tua kelakuan kaya anak muda aja, seharusnya kita bersabar nunggu di sini, demi anak-anak kita, setidaknya kita ada di sini anak-anak ada yang nungguin jadi mereka gak berani macem-macem." Ucap sang Oma.
"Semangat demi anak," ucap Shandy dan Tantri berbarengan.
"Demi anak," Selen dan Vicky.
"Demi anak," Zidan dan Lia.
"Demi anak," Jodi dan Adelia.
"Demi cucu Opa bahagia, opa bakalan lakuin apapun buat mereka," ucap opa.
"Nah gitu dong semangat."
"DEMI KEPONAKAN!!" Ucap para Tante dan para Om yang ikut serta dalam demo ini.
"Semangat," ucap sang Oma yang ikut menyemangati keluarganya.
____________"Sal, duduk dulu yuk capek," Evan mengajak Salwa duduk di tempat yang teduh.
"Lo gak capek?" Tanya Evan saat mereka sudah berada di tempat yang teduh.
"Capek sih."
"Ouh iya, itu gimana fotonya udah cukup belum? Kalo udah mending kita pulang aja yuk, kepala gue masih pusing," ucap Evan.
"Siapa suruh ikut acara ginian?"
"Ya nggak sih, kan gue pacal lo, masa sesama pacal gak mau nolongin sih?"
__________"Kak, kayaknya udah aja deh, fotonya juga kayaknya udah cukup," ucap Resti.
"Yakin?" Tanya Alan.
"Iya."
"Ya udah kita pulang," ajak Alan.
"Yok."
__________"Gimana udah belum?" Tanya Shandy saat melihat Alan berjalan kearah mereka.
"Kayaknya udah aja deh om, gambarnya juga udah cukup kok."
"Ya sudah, Alan kamu cari adik kamu sana, suruh pulang," ucap Shandy.
"Sekalian sama anak-anak yang lain juga."
Tanpa mengucapkan sesuatu lagi, Alan langsung mencari keberadaan Evan di tempat awal mereka berpisah, dan saat di sana ternyata benar saja, mereka duduk di tempat yang teduh tak jauh dari tempat tadi.
"Pulang," ucap Alan.
"Yuk, Sal kita pulang," Evan menarik tangan Salwa lembut dan hanya di angguki saja oleh Salwa.
"Kok gak jawab sih? Lo kenapa? Pusing? Haus? Capek? Kalo capek sini gue gendong, " ucap Evan sambil berjongkok di depan Salwa.
"Nggak usah Evan, aku gak papa kok."
"Ya terus kenapa? Lo kenapa diem kaya tadi? Jangan-jangan lo marah sama gue?"
"Nggak Evan."
"Bener?"
"Iya bener, udah yuk ah katanya mau pulang," ajak Salwa.
"Iya," Evan menggenggam tangan Salwa, dan membawanya ke dalam mobil, banyak sekali pasang mata yang melihat mereka gemas, karena Evan yang tersenyum senang berjalan di depan Salwa, tangannya terus menggandeng tangan Salwa.
____________________________________
Yok 1M bisa gak ya?
Huuhuuu semoga cerita Evan ini nyape ke 1M lebih aminn
Makasih juga sama kalian yang udah baca, vote dan komen cerita author ini, makin banyak yang baca dan share EVAN makin sayang sama kalian hehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
PANGERAN CADEL [END]✓
Teen FictionDia milik ku. Dia milik kita. Dia milik kami. Dia untuk kita semua. Si nakal yang tidak tau apa yang namanya aturan, suka membantah, sering ngomong kasar tapi gak bisa nyebut R dan melakukan sesuatu dengan sesuka hatinya. Suka kabur dari rumah, bolo...