Selama di perjalanan hanya ada suara bising kendaraan yang berlalu lalang, tidak ada yang berani membuka pembicaraan selama perjalanan.Alden yang fokus menyetir, di sampingnya ada Abi yang fokus kepada hpnya. Sedangkan di belakang ada Ayah dan Bunda Alan yang duduk mengapit tubuh Evan yang masih tertidur di pundak Shandy.
Mungkin Evan kelelahan setelah tadi berdebat dengan mereka semua hanya karena masalah infus yang tidak di lepas.
Hingga akhirnya Evan hanya pasrah saja lagian dia juga sudah berjanji bukan untuk di rawat di rumah sakit selama satu Minggu tapi Evan malah meminta pulang hari ini alahasil Evan harus mengalah dan menepati janjinya.
Setelah sampai di rumah Alden, mereka semua langsung turun dari mobilnya dan berjalan masuk ke dalam rumah Alden.
"Silahkan duduk, saya mau menidurkan Evan dulu di kamar," ucap Alden.
"Tidurkan dia di tempat yang paling nyaman," perintah Shandy kepada Alden dan hanya di angguki saja oleh Alden.
________"Sudah malam, waktunya kita makan malam, dan Alan kamu bangunkan Evan, suruh dia makan." Ucap Shandy.
"Tidak usah biar saya yang membangunkan Evan," ucap Alden, setelah itu dia langsung berjalan ke arah kamarnya untuk membangunkan anak tuyul yang bersarang di kamarnya.
Saat Alden masuk ke kamarnya dia langsung membangunkan Evan saja karena di bawah singa-singa kelaparan sudah menunggunya.
"Evan, bangun dulu kita makan," Alden menggoyangkan pundak Evan, tapi tidak ada jawaban dari Evan.
"Evan."
"APA SIH GUE MASIH NGANTUK AH, UDAH SANA LO JANGAN GANGGU GUE," Teriak Evan kepada Alden dengan mata yang masih terpejam.
"Gak usah manja, buruan bangun."
"GAK MAU, LO JANGAN GANGGU GUE BANGSAT!" Sentak Evan saat Alden membangunkannya lagi.
"Heh bangun sekarang atau saya siram nih pake air," ancam Alden karena sudah jengkel dengan Evan yang tidak bangun-bangun dan malah memarahinya.
"Silam aja," ucap Evan sedikit menantang rupanya.
"Gak jadi deh, nanti kamu ngadu lagi, 'kan lo anaknya aduan," sindir Alden.
Bukk
Evan membanting bantalnya kearah Alden yang duduk di sebelahnya, dia menatap tajam Alden dengan tajam.
"Apa bilang sekali lagi."
"Ya emang bener 'kan, kamu itu jelek, pendek, item, bodo, aduan, mana idup lagi."
"ALDEN GILAAA... ALDEN SINTING... ALDEN GAK WALAS... ALDEN BABI.. ALDEN BAU TAI.. ALDEN DOKTEL GADUNGAN.. ALDEN KAYA KALNA KOLUPSI."
"Heh kalo ngomong pake filter kek."
"Apa emang benel 'kan lo itu gila, sinting, gak walas, mukanya kaya babi, bau tai, doktel--"
Ucapan Evan harus terhenti karena Alden yang membekap mulut Evan.
"Kalo gak bisa ngomong mending jangan ngomel deh, nyebut R aja gak bisa, huhh cemen."
Dengan kasar Evan melepaskan tangan Alden yang menempel di mulutnya.
"Huuaaaa...... ABANGGG."
Brakk!!
"Woy woy woy apaan apaan, beraninya lo sama Adek gemes gue sini lo kalo berani sama Abang Sansan," ucap Sansan sambil menyingkilkan lengan bajunya ke atas.
"Kenapa?" Tanya Alan yang menghiraukan kehebohan Sansan.
"Abang... Si Alden bilang Evan jelek, pendek, item, bodo, aduan, mana idup lagi, katanya gitu Abang huaaa..." Ucap Evan di sela menangis ya.
"Nah 'kan apa kata saya bilang kamu itu aduan, baru segitu aja udah ngadu huuhhh cemen."
"Aaaabanggg..." Evan merengek seperti anak kecil.
Alan langsung mengangkat tubuh Evan ke gendongannya, dia mengusap-usap punggung Evan dengan lembut, seperti mengelus seorang bayi.
"Aduh Baby kamu jangan nangis ya, udah sayang, nanti bang Aldennya Bunda hukum okey."
"Benel di hukum bunda ental dia ngehina Evan lagi."
"Iya sayang nanti bunda-bunda bakalan hukum bang Alden, kita suruh bang Alden cuci piring, cuci baju, nyetrika, beresin rumah, ngepel, nyapu ya."
"Suluh dia bikin kolam lenang pake cangkul bunda."
"Heh tuyul kamu tuh ya, ya kali buat kolam renang pake cangkul."
"APA!"
"Awas ya," Alden menunjuk Evan.
"Udah hus sana bikin kolam lenang pake cangkul sana sana sana, kolamnya halus sama kaya kolamnya Ayah, awas kalo gak sama gue santet." Bahkan Evan tak tanggung-tanggung dia menyuruh Alden membuat kolam renang sebesar lapangan sepak bola.
"Santet santet santet saya infus juga tuh tangan kanan mu, biar nangis lagi."
"Aduhh pusing Bunda liat kalian berantem terus, udah ayo Alan bawa adikmu ke ruang makan, kasian ayah-ayah kalian udah nungguin dari tadi."
"Gak mau, suluh Alden bikin kolam lenang dulu Bunda."
"Evan udah, jangan aneh-aneh sekarang kita makan."
"Bunda mah, katanya si Alden mau di hukum bikin kolam lenang pake cangkul."
"Nggak ada, sekarang kamu ke bawah sama abang-abang mu atau bunda--"
"Bang cepet lali bunda udah ngamuk," ucap Evan menatap Alan yang menggendongnya.
"Iya."
"Wlee," Evan menjulurkan lidahnya ke arah Alden yang menatapnya.
_____________________________________
Haloo bestyy haha AU kira gak ada yang nungguin cerita ini UP.
Ternyata ada juga ya yang nungguin cerita ini up, ya udah deh AU mah seneng seneng aja ya ada yang nungguin up semoga kalian suka sama ceritanya yaOuh ya buat live insyaallah besok siang di mulai ya besty, pokoknya pantengin terus di ig author ya, kalo masih ada yg belum ke follback DM langsung AU y
KAMU SEDANG MEMBACA
PANGERAN CADEL [END]✓
Teen FictionDia milik ku. Dia milik kita. Dia milik kami. Dia untuk kita semua. Si nakal yang tidak tau apa yang namanya aturan, suka membantah, sering ngomong kasar tapi gak bisa nyebut R dan melakukan sesuatu dengan sesuka hatinya. Suka kabur dari rumah, bolo...