28. monyet liar kembaran abang

1K 80 5
                                    

Ke esok 'kan harinya. Di pagi hari Evan sudah membuat ulah lagi di rumah Eyres, karena kemarin sore setelah mengantarkan Salwa dan Resti ke rumahnya, kedua orang tua Eyres menyuruh Evan menginap di rumahnya.

Evan sudah menolak untuk malam ini dia mau tidur di rumah Alden supaya dia bisa menjahili Alden nanti malam, tapi rencananya gagal karena di ajak menginap, mau tak mau Evan harus menginap di rumah Eyres, tidak enak juga jika harus menolaknya.

"Evan bangun, lo gak mau makan apa? Ini udah jam sembilan pagi," ucap Eyres membangunkan Evan, namun Evan hanya diam saja seperti tidak ada orang yang membangunkannya.

"Kalo sama gue di bangunin gak mau bangun juga, gue panggilan Alan nih di bawah," ancam Eyres.

Akhirnya ancaman Eyres yang satu ini berbuahkan hasil, karena Evan langsung terusik, dan bergerak memutari kesana-kesini mengelilingi kasur besar milik Eyres.

"Heh ngapain sih, ayo buruan makan dulu," Eyres menarik tangan Evan supaya bangun, tapi bukannya bangun Evan malah menendang-nendang angin. Selimut, bantal yang awalnya ada di atas kasur kini sudah tergeletak tak berdaya di lantai.

"Gak mau, ngantuk, sana pelgi," ucap Evan dengan mata yang terpejam.

"Iya nanti lanjut tidurnya kalo udah makan."

"Nggak mau," lirih Evan.

"Buruan."

Perlahan mata Evan mulai terbuka, dan menatap wajah Eyres "tapi mau di gendong."

"Iya, Abang gendong sini," ucap Eyres sambil berjongkok di lantai.

"Ih gak mau," ucap Evan kesal, dia menggaruk kasar rambutnya dan memasang wajah marah di campur bersedihnya.

"Loh katanya mau di gendong, sini Abang gendong, oh atau mau di depan gendongnya, sini," saat Eyres akan mengangkat tubuh Evan, tiba-tiba Evan menendang tangan Eyres.

"Dek..."

"GAK MAU ABANG, EVAN MAUNYA GENDONG DI PUNDAK ABANG!!"

"Masa gitu aja gak ngelti sih?!" Evan menatap tajam Eyres, alisnya dia kerutkan agar terlihat galak.

"Hah! Ya kalo dek, bisa-bisa nanti Abang gak bakalan tumbuh tinggi lagi dong," ucap Eyres.

"Ya udah Evan gak mau, sana pelgi," usir Evan.

"Ya udah ayo sini," ucap Eyres yang nampak pasrah saja dengan tingkah Evan.

"Kok Abang mau sih?! Ah gak asik," Evan memalingkan wajahnya.

"Eh, ni bocah ya di turutin salah gak di turutin makin salah."

"Ya tapi sehalusnya Abang nolak dong, bial Abang malah sama Evan, telus Abang diemin Evan, gak di ajak kelual dali Kamal kan enak, Evan bisa tidulan di kamal sendilian."

"Banyak alasan untuk bermalas-malasan ya kau bocah, udah ah sini, katanya mau di gendong di pundak, kalo gak mau ya udah--"

"Buluan," ucap Evan sambil merentangkan tangannya.

"Nah gitu dong, kan ganteng."

Eyres menduduk 'kan tubuh Evan di tepi kasur, lalu dia berjongkok di depan Evan, setelah di rasa pas Eyres menyuruh tangan Evan memegang kepalanya supaya tidak jatuh.

"Pelan-pelan Abang, nanti kalo Evan jatoh lagi gimana? Kalo nanti kepala Evan kepentok lagi, bocol lagi gimana? Telus kalo gegel otak gimana? Eh masih mending gegel otak deh dali pada otak Evan kabul dali tempatnya gala-gala kepentok mulu, emang Abang mau ngebujuk otak Evan bial balik lagi sama Evan?" Cerocos Evan.

Sedangkan Eyres hanya mendengarkan saja sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, entah lah ada apa dengan isi pikiran Evan saat ini yang Eyres tau dan yakin kalo Evan itu masih setengah sadar jadi Eyres hanya memaklumi saja.

PANGERAN CADEL [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang