"ALDEN!" Teriak Evan saat baru bangun dari tidurnya ternyata dia ada di salah satu ruangan asing bagi Evan.
"Apa sih teriak-teriak mulu, gak sakit apa tuh tenggorokan?" Tanya Alden saat baru keluar dari toilet. Kalo boleh jujur Alden masih pengen stor tapi Alden urungkan karena dari tadi Evan terus berteriak memanggil namanya.
"Gue di mana?" Mata Evan terus berputar melihat ke sekelilingnya.
"Gak usah nge-drama kaya di sinetron-sinetron deh, gak cocok tau gak," Alden memutarkan bola matanya, kedua tangannya dia lipat di depan dada.
Bukk
Satu bantal tidur berhasil mendarat di wajah ganteng Alden, karena ulah Evan.
"Gue gak lagi dlama ya anjing!"
"Heh, bocil gak boleh ngomong kasar, entar titit nya di sunat lagi lima kali," ujar Alden sambil menunjukan lima jari nya.
Evan hanya melotot saja, tanpa dia sadari tangannya berapa ke bawah selimut.
"Hayoh loh di sunat lima kali kalo ngomong kasar satu kali, berarti kalo ngomong kasar dua kali di sunat sepuluh kali ihhh ngeri."
Melihat wajah Evan yang terlihat sangat ketakutan pun membuat Alden seketika ingin ketawa terbahak-bahak, wajahnya terlihat sangat lucu sekali melebihi anak kecil. Rasanya Alden jadi ingin mengerjai Evan terus.
"Udah kalo takut makannya gak usah ngomong kasar."
"Tadi kamu manggil-manggil, ada apa?"
"La...lapel," ucap gugup Evan.
"Oh kamu laperrr, boleh sih saya ambilin makanan kamu ke sini, tapi ada syaratnya."
"Apa?"
"Panggil saya dengan sebutan Abang, gak boleh nolak, kalo nolak saya gak bakalan abilin makanan untuk kamu."
"Seandainya ngebunuh olang pagi-pagi gak dosa," dumel Evan.
"Mau gak, kalo gak ya udah saya pergi," saat Alden akan melangkah, barulah Evan menarik tangan Alden lagi dengan cepat meskipun sempat meringis kesakitan karena jarum infus.
"Bang, ambilin makanan," Evan menatap Alden dengan penuh harapan. Tapi dalam hatinya terus mengumpat, andai saja kalo swkarang tubuhnya tidak lemas pasti dia akan mengambil makanannya sendiri.
"Yang bener."
"Bang Alden ambilin makanan, Evan lapel."
"Bang bang emang saya bang man***i."
"Hupfff... Sabal Evan sabal, olang sabal pacalnya tetanggaan," dumel Evan.
"Abang Alden yang paling ganteng, baik, lendah hati, dan penyabal, Evan minta tolong dong ambilin makanan Evan, pelut Evan udah keloncongan dali tadi," ucap Evan, mengeluarkan bakat terpendamnya yaitu muka lucu nya.
Sedangkan Alden hanya memalingkan wajahnya menahan tawanya, menahan hasratnya untuk mencubit pipi gembul Evan.
"Okey, tunggu di sini yang anteng, gak boleh kemana-mana entar saya sunat enam kali."
"Lah kok nambah?" Evan mengerutkan dahinya bingung.
"Mau ngebantah? Ya udah ayo saya anterin kamu ke rumah sakit biar di sunat---"
"Wehhh iya iya iya, udah sana Abang ku yang ganteng, bikinin makanan untuk Adek mu yang ganteng dan imut ini ya."
Alden berjalan ke arah pintu, tapi saat akan menutup pintu Alden membalikan badannya.
"Inget, lima kali."
"Iya iya, Evan tau kok," ucap Evan degan muka datarnya.
______________Di salah satu sekolah yang terkenal di Bandung, yaitu sekolah SMA Nusantara.
KAMU SEDANG MEMBACA
PANGERAN CADEL [END]✓
Teen FictionDia milik ku. Dia milik kita. Dia milik kami. Dia untuk kita semua. Si nakal yang tidak tau apa yang namanya aturan, suka membantah, sering ngomong kasar tapi gak bisa nyebut R dan melakukan sesuatu dengan sesuka hatinya. Suka kabur dari rumah, bolo...